Lagu Indonesia Raya: Lirik, Pencipta dan Sejarah Terciptanya

Lagu Indonesia Raya: Lirik, Pencipta dan Sejarah Terciptanya

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Jumat, 08 Mar 2024 21:13 WIB
WR Supratman memiliki nama asli Wage Rudolf Soepratman. Profil WR Supratman dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan tanah air yaitu Indonesia Raya.
WR Supratman/Foto: Istimewa/Dokumen keluarga WR Supratman
Surabaya - Lagu Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan Indonesia. Penggunaannya sebagai lagu kebangsaan dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan dari penjajahan.

Lagu Indonesia Raya sering dinyanyikan pada acara-acara penting. Seperti dalam upacara bendera, seminar, hingga pertandingan sepakbola. Bahkan dalam konser musik, lagu Indonesia Raya juga sering kali dinyanyikan.

Lirik Lagu Indonesia Raya

Berikut ini adalah lirik lagu Indonesia Raya lengkap tiga stanza, dengan ejaan yang sudah disempurnakan.

Stanza I

Indonesia, tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku

Indonesia, kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

Stanza II

Indonesia, tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri
Untuk selama-lamanya

Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia!

Suburlah tanahnya
Suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya
Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

Stanza III

Indonesia, tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri
Menjaga ibu sejati

Indonesia, tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia abadi!

Selamatlah rakyatnya
Selamatlah putranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

ilustrasi bendera merah putihIlustrasi bendera Merah Putih/ Foto: Unsplash @bismamahendra07

Pencipta Lagu Indonesia Raya

Lagu Kebangsaan Indonesia ini diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Melansir laman Kemdikbud, lirik beserta notasi lagu Indonesia Raya dipublikasikan dalam majalah mingguan Sin Po dengan judul Indonesia.

Lagu Indonesia Raya dilantunkan saat acara penting Kongres Pemuda Kedua yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928. Untuk pembuatan rekaman gramofon, WR Supratman berkomunikasi dengan Yo Kim Tjan dari Toko Populair di Pasar Baru agar dapat menghasilkan piringan hitam.

WR Supratman merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Setiap tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional, salah satunya untuk mengenang jasa WR Supratman.

Sejarah Lagu Indonesia Raya

Lagu Indonesia Raya diciptakan ketika WR Supratman membaca artikel di majalah Timboel Solo, yang bertanya mengenai komponis Indonesia yang mampu menciptakan lagu kebangsaan yang membangkitkan semangat rakyat. Artikel itu menggerakkan hati Supratman.

Pada suatu malam tahun 1926, Supratman mulai mencatat not-not lagu Indonesia Raya dan memainkannya dengan biola. Tahun 1927, Supratman menghubungi beberapa perusahaan rekaman di Batavia, termasuk milik Odeon, Thio Tek Hong, dan Yo Kim Tjan. Ia ingin merekam karyanya.

Hanya perusahaan Yo Kim Tjan yang bersedia. Sebab dua perusahaan lainnya takut terdeteksi oleh Belanda yang mencurigai gerakan bawah tanah waktu itu.

Yo Kim Tjan, yang juga sahabat Supratman dan pemain biola, mengusulkan dua versi rekaman. Yang satu langsung dinyanyikan oleh Supratman sambil memainkan biola, dan yang satu lagi dengan irama keroncong. Ini dimaksudkan agar masyarakat mudah mengenali lagu Indonesia Raya.

Dua versi direkam di kediaman Yo Kim Tjan, dibantu oleh seorang teknisi Jerman. Master rekaman versi asli disimpan oleh Yo Kim Tjan dengan hati-hati, sementara versi keroncong dikirim ke Inggris untuk diperbanyak.

Setelah Supratman mengumandangkan lagu Indonesia Raya pada 28 Oktober 1928, Belanda panik dan menyita semua piringan hitam versi keroncong. Mereka tidak menyadari bahwa lagu tersebut telah direkam setahun sebelumnya dalam dua versi.

Pada 1944, Jepang membentuk Panitia Lagu Kebangsaan yang memperbarui naskah asli Supratman tiga kali. Lagu Indonesia Raya kemudian diumumkan secara resmi saat Indonesia merdeka dan tetap dinyanyikan di setiap kesempatan hingga saat ini.

Mengapa Lagu Indonesia Raya Hanya Dinyanyikan Satu Stanza?

Umumnya lagu Indonesia Raya hanya dinyanyikan masyarakat Indonesia sebanyak satu stanza saja. Padahal, lagu kebangsaan Indonesia ini memiliki tiga stanza.

Dikutip detikJabar, ini merujuk pada keputusan Panitia Lagu Kebangsaan Indonesia yang memutuskan untuk cukup menyanyikan satu stanza dari lagu tersebut. Panitia tersebut dipimpin oleh Soekarno yang kemudian menjadi Presiden Pertama RI, dan terdiri dari anggota-anggota seperti Ki Hadjar Dewantara, Achiar, Soedibjo, Darmawidjaja, dan Mr. Oetojo.

Sejak saat itu, satu stanza dari lagu Indonesia Raya ini wajib dimainkan pada setiap upacara bendera HUT RI tanggal 17 Agustus, bersamaan dengan pengibaran bendera Merah Putih.

Keputusan itu kemudian diresmikan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Menurut ketentuan pasal 60 bagian ketiga UU tersebut, penggunaan lagu kebangsaan diatur sebagai berikut:

  1. Lagu kebangsaan dapat dinyanyikan dengan diiringi alat musik, tanpa diiringi alat musik, ataupun diperdengarkan secara instrumental.
  2. Lagu kebangsaan yang diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu strofe, dengan satu kali ulangan pada refrain.
  3. Lagu kebangsaan yang tidak diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu stanza pertama, dengan satu kali ulangan pada bait ketiga stanza pertama.


Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads