2 Pejuang Gagah Berani Ini Abadi Menjadi Nama Kecamatan di Surabaya

Urban Legend

2 Pejuang Gagah Berani Ini Abadi Menjadi Nama Kecamatan di Surabaya

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Kamis, 07 Mar 2024 14:47 WIB
Asal usul Mulyorejo
Patung Moeljono dan Sariredjo (Foto: Ardian Dwi Kurnia)
Surabaya -

Arek Suroboyo pasti tak asing dengan sebuah kecamatan di Surabaya Timur yakni Mulyorejo. Kecamatan ini berdiri sejak tahun 1992 dengan dikeluarkannya PP No. 26 Tahun 1992 Pasal 17 Ayat 1-3.

Sebelumnya, Mulyorejo adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Sukolilo. Tapi tahukah kamu jika Kelurahan Mulyorejo dulunya bernama Dukuh Kalikepiting? Lantas mengapa Kalikepiting berubah nama menjadi Mulyorejo?

Ternyata nama Mulyorejo berasal dari nama dua orang yakni Moeljono dan Sariredjo. Mereka adalah pejuang saat Surabaya diduduki sekutu yang diboncengi NICA. Mereka berdua gugur pada 27 November 1945 dalam upayanya menahan tentara sekutu yang hendak masuk ke Dukuh Kalikepiting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Moeljono dan Sariredjo ini menurut cerita dari warga sekitar itu warga asli dari Kalikepiting. Di nisannya tertulis mereka adalah pejuang PRI," ujar pegiat sejarah dari Komunitas Begandring Surabaia Achmad Zaky Yamani kepada detikJatim, Kamis (7/3/2024).

Asal usul MulyorejoPlang Jalan Mulyorejo (Foto: Ardian Dwi Kurnia)

"Karena dengan persenjataan yang tidak lebih modern dari tentara Inggris dan jumlahnya yang hanya dua orang, Moeljono dan Sariredjo gugur," tutur Zaky.

ADVERTISEMENT

Aksi heroik Moeljono dan Sariredjo begitu dikenang oleh warga setempat. Hingga pada 1970-1980-an, masyarakat mengusulkan perubahan nama Dukuh Kalikepiting menjadi Desa/Kelurahan Mulyorejo. Perubahan ini disepakati bersama sebagai wujud penghormatan warga terhadap kepahlawanan revolusi setempat.

"Saya secara detail nggak terlalu paham. Tapi sekitar tahun 70-80-an lah karena ada pemekaran," tutur Zaky.

Selain itu, warga juga berinisiatif membangun patung Moeljono dan Sariredjo di perbatasan Kecamatan Mulyorejo dengan Kelurahan Mojo. Ornamen itu menggambarkan Moeljono sedang menaiki kuda serta patung Sariredjo yang berjalan kaki sembari menenteng bambu runcing.

Patung itu diresmikan oleh Kepala Desa Mulyorejo pada akhir 1950-an. Menurut Pemuda Pegiat Sejarah Mulyorejo, Ferdin Ardiansyah, patung tersebut sempat direnovasi dua kali hingga berbentuk seperti sekarang.

Asal usul MulyorejoSalah satu gang di Mulyorejo (Foto: Ardian Dwi Kurnia)

"Sudah direnovasi dua kali, yang terakhir karena ada kecelakaan yang menabrak relief lalu dibuatlah patung tiga dimensi seperti sekarang," kata Ferdin.

Setelah gugur, Moeljono dan Sariredjo dimakamkan di Makam Islam Dukuh Kaliwaron (sekarang Mulyorejo Tengah). Namun atas perintah Presiden Soekarno, makam mereka berdua dipindahkan ke Makam Pahlawan Ngagel pada tahun 1950-an.

"Sempat kita tidak ada yang tahu di mana makamnya dipindahkan, terus dicari sama Pemuda Mulyorejo dibantu Mas Zaky, ketemu lah di Makam Pahlawan Ngagel," ujar Ferdin.

Sementara itu Zaky membantah bila dirinya disebut yang menemukan makam Moeljono dan Sariredjo. Dia sebutkan bahwa saat itu penemu makam itu salah satunya adalah Ady Setiawan, pegiat sejarah dari Komunitas Roodebrug Soerabaia.

"Bukan. Jadi begini ceritanya. Dulu itu ada Mas Andi Bogel, Karang Taruna Mulyorejo. Nah mereka mencari makam itu. Mas Andi Bogel ngobrol-ngobrol dengan Mas Adi, Mas Adi Setiawan. Kemudian dibantu sama Mas Adi, saya ndak tau apakah beliau sempet menghubungi Garnisun atau langsung mencari, intinya kemudian makam itu didapati sama Mas Adi di TPU Ngagel," ujar Zaky.

Saat ini, warga Mulyorejo masih rutin melaksanakan Upacara HUT RI di depan Monumen Moeljono dan Sariredjo. Selain itu, mereka juga rutin berziarah ke makam setiap peringatan hari tertembaknya Mulyono dan Sarirejo.

"Tiap hari kemerdekaan ada upacara di depan patung Sarirejo, terus kalo tanggal 27 November kita berbondong-bondong ke makam untuk berziarah," pungkasnya.

*Catatan redaksi: kami menambahkan informasi di tubuh berita, tepatnya pada paragraf ke-13 dan 14 (4 paragraf terakhir). Tanpa 2 paragraf itu terkesan bahwa Zaky Yamani yang menemukan makam kedua pejuang. Atas perubahan ini kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada pembaca.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads