Kapan Megengan? Ini Maknanya untuk Menyambut Ramadan

Kapan Megengan? Ini Maknanya untuk Menyambut Ramadan

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Kamis, 29 Feb 2024 09:06 WIB
Suasana megengan di Halaman Masjid Agung Demak, Sabtu (2/4/2022) sore.
Ilustrasi megengan di Jawa. Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng
Surabaya -

Ramadan bulan istimewa bagi umat Islam akan segera datang. Umat Muslim menyambut bulan penuh keberkahan ini dengan berbagai cara. Salah satunya masyarakat Jawa yang menggelar tradisi megengan menjelang Ramadan. Apa itu megengan?

Megengan diambil dari kata megeng yang artinya menahan. Makna tradisi ini sendiri ialah menahan segala hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum. Megengan artinya juga keselamatan agar tetap terjaga selama menghadapi bulan Ramadan.

Apa Itu Tradisi Megengan?

Tradisi megengan merupakan hasil akulturasi antara kebudayaan Jawa dengan agama Islam. Akulturasi yang terjadi dalam megengan merupakan bentuk proses penyebaran nilai-nilai Islam di tanah Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Megengan pertama kali digelar pada kepemimpinan Kerajaan Demak sekitar tahun 1.500 M. Hal tersebut menjadi bukti nyata tradisi megengan merupakan akulturasi antara budaya Jawa dan Islam.

Megengan masih menjadi tradisi yang eksis dan rutin dilakukan masyarakat Jawa. Tradisi ini dilaksanakan setiap menjelang bulan Ramadan. Uniknya, tak hanya masyarakat Islam saja, non Muslim juga boleh mengikuti tradisi ini.

ADVERTISEMENT

Megengan juga menjadi suatu pengingat bahwa bulan Ramadan akan segera tiba, yang mana umat Islam akan menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Selama menjalankan ibadah puasa wajib megeng atau menahan hawa nafsu.

Tradisi megengan dilakukan dalam beberapa kegiatan. Misalnya saja berdoa di masjid, membuat kue khas megengan, ater-ater (berkirim makanan), pisang, tumpeng, urap-urap, dan ayam ingkung. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi ciri khas megengan menjelang Ramadan.

Kapan Megengan?

Tradisi megengan dilaksanakan menjelang bulan Ramadan, tepatnya pada hari terakhir bulan Syakban. Megengan dilaksanakan sebelum melaksanakan puasa wajib Ramadan.

Umumnya, acara megengan dilakukan masyarakat Muslim dengan membaca doa dan tahlil di masjid setempat. Masyarakat membawa makanan ke masjid, kemudian dikumpulkan di satu tempat.

Megengan dimulai dengan pembacaan doa dan tahlil dilaksanakan setelah ibadah salat Isya. Setelah membaca doa dan tahlil, acara dilanjutkan dengan pembagian makanan tersebut kepada seluruh masyarakat yang hadir.

Makna Megengan

Tradisi ini merupakan budaya turun-temurun dari nenek moyang yang masih dilestarikan sampai sekarang. Tujuan megengan ialah ucapan rasa syukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan menikmati bulan Ramadan yang penuh kebaikan.

Melansir studi yang diterbitkan Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, terdapat beberapa makna simbolik dari megengan. Tradisi ini sebagai simbol permohonan maaf hingga penyebaran ajaran Islam. Berikut penjelasannya.

1. Permohonan Maaf

Makna megengan pertama adalah permohonan maaf bagi sesama. Kue apem, sebagai salah satu ciri khas dalam tradisi ini memiliki simbol permohonan maaf untuk sesama manusia. Terutama dalam persiapan memasuki bulan suci Ramadan.

Bulan suci Ramadan dianggap sebagai bulan penuh ampunan. Sehingga masyarakat menilai tradisi megengan sebagai tradisi bersih diri dari segala dosa yang lalu.

2. Saling Berbagi

Makna tradisi megengan kedua adalah saling berbagi antar sesama. Simbol tersebut tampak dari pembuatan nasi berkat yang nantinya akan dibagi kepada masyarakat sekitar. Tradisi ini menjadi kegiatan ungkap rasa syukur karena masih mendapat kesempatan bertemu dengan bulan Ramadan.

3. Media Dakwah

Makna simbol ketiga, megengan diartikan sebagai media dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Megengan menjadi salah satu model penyebaran agama Islam yang tidak jauh berbeda dengan masa para Wali Songo. Para Wali Songo menyebarkan ajaran Islam dengan mencampurkan unsur kebudayaan.

Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads