Masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa memiliki beberapa tradisi untuk menyambut bulan Ramadan (Ramadhan). Lantas, bagaimana agama Islam melihat tradisi Jawa yang dilakukan masyarakat tersebut?
Dalam menyambut bulan Ramadan, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Islam menyambut bulan mulia tersebut dengan sukacita atau kegembiraan. Dalam konteks masyarakat lokal, mereka mengekspresikan kegembiraan menyambut bulan Ramadan dengan berbagai tradisi yang berkembang.
Baca juga: 6 Syarat Wajib Puasa Ramadan |
Tradisi Jawa Jelang Ramadan
Ada banyak tradisi menyambut Ramadan yang masih dilestarikan sampai sekarang. Tradisi-tradisi ini biasanya digelar sehari menjelang puasa Ramadan dengan melibatkan semua warga desa. Berikut beberapa tradisi Jawa untuk menyambut Ramadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Megengan
Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan sesuai tradisi masing-masing daerah. Seperti beberapa wilayah di Pulau Jawa yang menggelar megengan.
Megengan adalah tradisi menyambut datangnya bulan Ramadan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan tertentu. Megengan dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga, makan bersama, zikir, dan tahlil.
Membaca zikir dan tahlil dimaksudkan untuk mendoakan anggota keluarga yang telah meninggal. Selain itu, doa untuk keluarga yang sudah wafat juga bisa dilakukan dengan berziarah kubur dan mengadakan sedekah.
Kegiatan lainnya yang dilakukan sebagian besar masyarakat Jawa saat megengan adalah bersilaturahmi. Masyarakat bersukacita menyambut bulan Ramadan dengan hati bersih dan saling memaafkan.
2. Arwah Jamak
Masyarakat Demak, Jawa Tengah menggelar tradisi tahunan yang bernama Arwah Jamak dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga.
Tradisi Arwah Jamak dilakukan dengan membaca doa untuk keluarga seperti orang tua dan saudara yang telah meninggal dunia. Pembacaan doa diadakan bersama-sama menjelang bulan Ramadan dan sepuluh hari terakhir ketika malam ganjil bulan Ramadan.
Masyarakat juga memberikan sedekah atas nama keluarga yang meninggal. Selain mendoakan keluarga atau leluhur yang sudah meninggal dunia, doa-doa juga dipanjatkan untuk keluarga yang masih hidup.
3. Ruwahan
Tradisi ruwahan yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan tradisi masyarakat lokal untuk menyambut bulan Ramadan. Ruwahan berasal dari kata Ruwah yang berarti bulan Syakban dalam kalender Islam.
Bulan Ramadan sendiri merupakan bulan setelah bulan Syakban. Tradisi ruwuhan dilakukan dengan menggelar kenduri yang bertujuan mendoakan leluhur dan berbagi sedekah kepada tetangga sekitar.
Pandangan Islam tentang Tradisi Jawa Jelang Ramadan
Melansir situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) Online, dalam riwayat Imam Ahmad dan An-Nasa'I, Rasulullah SAW menyambut bulan Ramadan dengan mengabarkan berita gembira datangnya bulan suci ini kepada para sahabat, sebagaimana dikutip berikut.
ููููุฏู ููุงูู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุจูุดููุฑู ุฃูุตูุญูุงุจููู ุจูููุฏูููู ู ุฑูู ูุถูุงูู ููู ูุง ุฃูุฎูุฑูุฌููู ุงูุฅูู ูุงู ู ุฃูุญูู ูุฏู ููุงููููุณูุงุฆูููู ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ููููููุธููู ูููู ููุงูู ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุจูุดููุฑู ุฃูุตูุญูุงุจููู ุจูููุฏูููู ู ุฑูู ูุถูุงูู ุจููููููู ููุฏู ุฌูุงุกูููู ู ุดูููุฑู ุฑูู ูุถูุงูู ุดูููุฑู ู ูุจูุงุฑููู ููุชูุจู ุนูููููููู ู ุตูููุงู ููู ุชูููุชูุญู ููููู ุฃูุจูููุงุจู ุงูุณููู ูุงุกู ููุชูุบููููู ููููู ุฃูุจูููุงุจู ุงููุฌูุญููู ู ููุชูุบูููู ููููู ุงูุดููููุงุทูููู ููููู ููููููุฉู ุฎูููุฑู ู ููู ุฃููููู ุดูููุฑู ู ููู ุญูุฑูู ู ุฎูููุฑูููุง ููููุฏู ุญูุฑูู ู ุงูุฎูููุฑู ุงูููุซูููุฑู
Artinya:
Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadan dengan sabdanya, "Bulan Ramadan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak". (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyah, (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 222).
Kemudian, Al-Qamuli menyebutkan beberapa ulama memiliki pandangan berbeda tentang ucapan selamat atas hari raya, pergantian tahun, dan pergantian bulan yang dijalankan masyarakat. Apabila tradisi masyarakat tersebut mengandung ucapan selamat datang atas bulan mulia, maka bukan termasuk sunah.
ูุงู ูู ููู ูู ุงูุฌูุงูุฑ ูู ุฃุฑ ูุฃุญุฏ ู ู ุฃุตุญุงุจูุง ููุงู ุง ูู ุงูุชููุฆุฉ ุจุงูุนูุฏ ูุงูุฃุนูุงู ูุงูุฃุดูุฑ ูู ุง ููุนูู ุงููุงุณ ููู ูููู ุงูุญุงูุธ ุงูู ูุฐุฑู ุนู ุงูุญุงูุธ ุฃุจู ุงูุญุณู ุงูู ูุฏุณู ุฃู ุงููุงุณ ูู ูุฒุงููุง ู ุฎุชูููู ููู ูุงูุฐู ุฃุฑุงู ุฃูู ู ุจุงุญ ูุง ุณูุฉ ููุง ุจุฏุนุฉ ุงูุชูู
Artinya:
Al-Qamuli dalam Kitab Al-Jawahir mengatakan, "Saya tidak melihat pendapat para ulama kita perihal tahniah atau penyambutan gembira atas hari Id, pergantian tahun, atau bulan sebagaimana dilakukan oleh banyak orang. Tetapi Al-Hafiz Al-Mundziri mengutipnya dari Al-Hafiz Abul Hasan Al-Maqdisi, "Orang-orang selalu berbeda pendapat perihal ini. Sedangkan, pendapatku adalah bahwa hal itu mubah, bukan sunah, bukan bidah," Selesai,". (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 223).
Tradisi megengan dan beberapa tradisi jawa lain yang dilakukan masyarakat mengandung hal-hal baik. Seperti, zikir, tahlil, silaturahmi, makan bersama, ziarah kubur, dan sedekah, yang sejatinya tidak melanggar syariat Islam.
Megengan juga dilihat sebagai kegiatan menyambut bulan Ramadan dengan bahagia. Islam sendiri menganjurkan umatnya bersukacita ketika bulan suci Ramadan tiba seperti yang dilakukan Rasulullah SAW.
Sejumlah ulama pun menjadikan hadis Nabi Muhammad SAW di atas sebagai landasan dasar anjuran bergembira menyambut Ramadan. Dan, sebagian ulama berpendapat bahwa hadis tersebut adalah dasar atas praktik penyambutan kedatangan bulan Ramadan.
Dengan begitu, tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut bulan suci Ramadan seperti megengan termasuk dalam anjuran agama Islam. Sebab, tradisi tersebut sebagai bentuk ekspresi kegembiraan menyambut bulan suci Ramadan.
Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)