Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan yang terletak di Jawa Timur. Sedangkan Udayana adalah ayahnya, Raja Kerajaan Bedahulu di Pulau Bali.
Melalui dua tokoh itu, kita bisa melihat kedekatan masyarakat Bali dan Jawa Timur di masa lampau. Dikutip laman resmi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Raja Airlangga lahir pada tahun 990 Masehi.
Airlangga merupakan keturunan ayahnya yang bernama Prabu Udayana dari Dinasti Warmadewa. Oleh karena itu, Raja Udayana memiliki hubungan yang erat dengan sejarah raja-raja di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar masyarakat Jawa Timur pasti sudah mengenal nama Airlangga, namun mungkin tidak dengan Udayana. Padahal Raja Udayana juga memiliki peranan penting dalam perkembangan kerajaan di Jawa Timur.
Baca juga: 5 Candi di Jawa Timur dan Kisahnya |
Perjalanan Udayana ke Jawa Timur
Dikutip dari buku bertajuk Raja Udayana Warmadewa yang ditulis Purnawan Basundoro, Raja Udayana memiliki nama lengkap Dharma Udayana Warmadewa. Raja Udayana memerintah Bali bersama dengan permaisurinya yang berasal dari Jawa Timur bernama Gunapriya Dharmapatni.
Udayana lahir sekitar tahun 885 Saka di Bali, dan kemudian berpindah ke Jawa Timur. Saat berada di Jawa Timur, Udayana menikah dengan Gunapriya atau dikenal juga dengan nama Mahendradatta sebelum tahun 911 Saka.
Kemudian Udayana dan Mahendradatta pulang ke Bali dan menjadi seorang raja. Raja Udayana mulai berkuasa di Bali diperkirakan pada tahun 911 Saka. Diperkirakan, ia dan permaisurinya berkuasa hingga tahun 923.
Mereka dikaruniai beberapa putra, salah satunya dinamakan Airlangga yang lahir di Bali pada tahun 922 Saka. Pada umur 16 tahun, Airlangga dikirim ke Jawa Timur untuk dinikahkan dengan seorang putri.
Gunapriya atau Mahendradatta wafat antara tahun 923-933 Saka. Sementara Raja Udayana tutup usia setelah tahun 933 Saka.
Beberapa bukti sejarah tersebut mengungkapkan kedekatan antara Raja Udayana dengan Jawa Timur yang sangat erat. Bahkan Raja Udayana memiliki jasa yang sangat besar dalam memunculkan raja-raja di Jawa.
Baca juga: 9 Kerajaan Besar di Jawa Timur |
Perjalanan Airlangga ke Jawa Timur
Dikutip Unair News, ketika berusia 16 tahun, Airlangga dikirim ke Jawa untuk menjalani pernikahan dengan Galuh Sekar, putri Raja Dharmawangsa Teguh. Sayangnya, tak lama setelah perayaan pernikahan Airlangga dan Galuh Sekar, ibukota kerajaan diserbu oleh Wurawari.
Akibatnya, istana mengalami kehancuran dan Dharmawangsa Teguh gugur dalam pertempuran tersebut. Peristiwa itu disebut Mahapralaya.
Airlangga melarikan diri ke hutan dan mencari perlindungan di sebuah asrama pertapaan, setelah Raja Wurawari merusak persatuan kerajaan. Seperti yang dilansir laman resmi PHDI.
Beberapa waktu kemudian, utusan datang dengan permintaan Airlangga bersedia kembali ke ibu kota dan menerima tanggung jawab sebagai raja. Pemerintahan Raja Airlangga dimulai pada tahun 1019-1042 Masehi.
Antara tahun 1028-1035 Masehi, Airlangga memulai proses penyatuan kerajaan-kerajaan kecil, dan berhasil menaklukkan seluruh Jawa Timur. Ketika memasuki usia senja, Airlangga membagi kerjaannya untuk dua putranya. Setelahnya, Airlangga memutuskan untuk mengundurkan diri dan bertapa.
Raja Airlangga tutup usia pada tahun 1049 Masehi dan dihormati dengan upacara keagamaan di kawasan lereng Gunung Penanggungan, yang terkenal dengan sebutan Candi Belahan.
Itulah kisah singkat Raja Airlangga dan ayahnya yang menggambarkan hubungan erat Bali dan Jawa Timur di masa lampau. Airlangga diabadikan dalam bentuk patung sebagai Wisnu yang mengendarai Garuda, yang saat ini ditempatkan di Museum Mojokerto.
Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)