Kadisah, Tradisi Selamatan Desa di Bondowoso Sambut Datangnya Ramadan

Kadisah, Tradisi Selamatan Desa di Bondowoso Sambut Datangnya Ramadan

Chuk Shatu W - detikJatim
Minggu, 25 Feb 2024 15:05 WIB
Ritual Kadisah di Bondowoso.
Ritual Kadisah di Bondowoso. Foto: Chuk Shatu W/detikJatim
Bondowoso -

Tradisi tahunan bertajuk Kadisah yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu kembali digelar di Desa Blimbing, Tapen, Bondowoso. Selain sebagai selamatan desa, acara setiap pertengahan bulan Syaban itu sekaligus untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.

Tradisi Kadisah dimulai dengan nyekar ke pesarean tokoh masyarakat setempat Juk Sheng atau Mbah Singo Ulung. Kemudian dilanjutkan arak-arakan massal tari Singo Ulung ke balai desa setempat. Prosesi selanjutnya pagelaran Tari Topeng Konah, Tandek Binik, dan lainnya.

Lalu ada Rokat Dhebuan, yaitu melakukan ritual menyelamati sumber mata air desa. Dalam ritual ini, sebuah tumpeng beserta ubo rampenya dibawa ke bawah pohon besar di tepi sungai tak jauh dari sumber air. Sesampainya di tempat tersebut, semua tumpeng yang dibawa warga dikumpulkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sajian tumpeng beserta ubo rampe itu disatukan dengan tumpeng lain yang dibawa setiap keluarga di desa. Tumpeng tersebut lalu ditaruh di ancak, yakni baki terbuat dari pelepah pisang dan dirakit menggunakan bilah bambu. Seorang tetua desa akan memimpin doa di sana.

Tumpeng berikut ubo rampenya lantas dilarung ke sungai. Sementara tumpeng yang dibawa warga saling ditukar, lalu dimakan bersama di tempat. Setelah itu, dilakukan prosesi Ojhung. Pertarungan satu lawan satu menggunakan sebilah rotan. Keduanya bertarung dengan saling memukul bagian punggung lawan.

ADVERTISEMENT

"Ritual dan rokat ini dilakukan untuk selamatan desa," kata Kepala Desa Blimbing Samin kepada detikJatim di lokasi ritual, Minggu (25/2/2024).

Menurutnya, rangkaian prosesi yang sudah berlangsung sejak 532 tahun itu tak boleh ada yang tertinggal. Jika hal itu terjadi, masyarakat setempat meyakini akan mendatangkan musibah desa.

"Sejak kakek buyut dulu. Prosesinya dimulai dari nyekar ke pesarean Juk Sheng, lalu selamatan di sumber mata air," tandas Samin.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads