Pentingnya Belajar Aksara Jawa Kuno untuk Menguak Jati Diri Budaya Bangsa

Pentingnya Belajar Aksara Jawa Kuno untuk Menguak Jati Diri Budaya Bangsa

Eko Sudjarwo - detikJatim
Sabtu, 27 Jan 2024 19:02 WIB
Acara pengenalan aksara Jawa kuno di Lamongan
Acara pengenalan aksara Jawa kuno di Lamongan (Eko Sudjarwo/detikJatim)
Lamongan -

Sering melihat huruf-huruf yang ada di prasasti kuno? Salah satu huruf yang kerap ditemukan dalam prasasti tersebut merupakan huruf Jawa Kuno atau Kawi. Aksara yang hampir punah ini dikenal di Lamongan.

Pengenalan aksara Jawa kuno ini digelar Rumah Sejarah dan Budaya Lamongan. Acara berlangsung di aula Disparbud Lamongan, Sabtu (27/1) dengan tema 'Situs Jetis Menafsir Ulang Sejarah Lamongan dan pengenalan aksara Jawa Kuno'.

Hadir dalam acara ini yakni pengajar aksara Jawa kuno, Andri Setyo N. Menurutnya, aksara Jawa kuno mulai dikenal mulai abad 9 sampai abad 16. Aksara ini mulai tidak dikenal seiring dengan runtuhnya Majapahit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aksara jawa kuno ini, kata Andri, pertama kali diketahui dalam prasasti Harinjing. "Prasasti sebelumnya diketahui menggunakan bahasa Sansekerta," kata Andri.

Andri mengungkapkan sebutan yang lebih netral terhadap aksara Jawa kuno ini adalah aksara Kawi. Berbeda dengan huruf Jawa ha na ca ra ka yang ada, aksara Jawa kuno atau Kawi ini berjumlah 33 dan ada juga pengaruh Sansekerta dalam aksara Jawa kuno atau kawi.

ADVERTISEMENT

"Sejumlah tanda baca mengubah vokal seperti harakat pada abjad Arab dan menambahkan konsonan akhir," terang Andri.

Andri menambahkan aksara jawa kuno penting dipelajari, terutama di Lamongan. Ini karena banyak prasasti peninggalan masa lalu yang ditemukan di Lamongan.

Banyaknya prasasti ini akan bisa menjadi ajang pembelajaran agar bisa diketahui isi dan pelajaran serta pesan sejarah apa yang ditulis dalam prasasti tersebut.

"Meskipun sangat terbatas, akan bisa menjadi proses menularkan pembelajaran tentang aksara Jawa kuno yang ada di prasasti yang ada," imbuhnya.

Ketua Rumah Sejarah dan Budaya Lamongan Supriyo mengatakan tujuan diadakannya acara pengenalan terhadap aksara Jawa kuno ini karena banyak prasasti di Lamongan yang juga berbahasa Jawa kuno. Sehingga, lanjut Priyo, akan lebih baik jika banyak yang mengenal dan bisa membaca aksara Jawa kuno ini.

"Ada banyak prasasti yang ditemukan di Lamongan sehingga pembelajaran aksara Jawa kuno ini bisa menjadi titik awal agar isi prasasti-prasasti tersebut terbaca," terang Priyo.

Selain pembelajaran aksara Jawa kuno, digelar juga sarasehan tentang situs Jetis yang ditemukan beberapa waktu lalu yang ada di Lamongan. Temuan struktur bangunan seperti halnya situs Jetis ini diduga banyak mencatat terkait kebudayaan masa lalu di tempat tersebut. Data yang ada adalah Situs Jetis, tambah Priyo, terdapat struktur bangunan dari batu putih.

"Selain diikuti oleh pelajar dan mahasiswa, acara yang digelar bekerja sama dengan Disparbud Lamongan ini juga diikuti oleh guru-guru di Lamongan dan para penyuka sejarah," jelasnya.

Selain Andri sebagai pengajar aksara Jawa kuno, hadir sebagai pembicara dalam sarasehan ini di antaranya adalah staf pengajar Unair Andrian Perkasa dan peneliti sekaligus epigraf Gunawan A Sambodo.

Sementara itu, Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah mengapresiasi sarasehan tersebut. Sebab dengan demikian kepedulian terhadap kebudayaan, terutama di Lamongan masih ada.

"Kami mengapresiasi sarasehan ini sekaligus mendukung acara ini sebagai upaya untuk pelestarian budaya dan sejarah," pungkas Rubikah.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads