Mengenal Kiai Amin, Tokoh Legendaris Lamongan yang Ulama Sekaligus Pahlawan

Urban Legend

Mengenal Kiai Amin, Tokoh Legendaris Lamongan yang Ulama Sekaligus Pahlawan

Imam Wahyudiyanta - detikJatim
Kamis, 04 Jan 2024 16:23 WIB
Kiai Amin Lamongan
Kiai Amin, ulama dan pahlawan asal Lamongan (Foto: Istimewa)
Lamongan -

Warga Lamongan tidak asing dengan nama Kiai Amin yang dianggap sebagai ulama sekaligus pahlawan. Siapa Kiai Amin yang namanya sangat dihormati oleh warga Lamongan?

Mantan Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan, Imam Ghazali mengatakan Kiai Amin lahir tahun 1910 di Desa Kranji, Paciran, Lamongan. Ayahnya adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Tarbiyatut Tholabah Kranji, KH Musthofa Abdul Karim. Ibunya adalah Nyai Hajjah Aminah binti KH Moh Sholeh Tsani, seorang dai yang berasal dari Bungah,Gresik.

Kiai Amin merupakan anak ketujuh dari 10 bersaudara. Saudaranya terdiri dari dua perempuan dan delapan laki-laki. Dua saudara perempuannya meninggal di waktu kecil yakni anak pertama dan terakhir yakni Maryam dan Sofiyah. Sedangkan kelima saudara laki-lakinya adalah Kiai Abdul Karim, Kiai Moh Sholeh, Kiai Ahmad Muhtadi, Kiai Abdur Rahman, dan Kiai Abdullah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nama beliau adalah KH. Muhammad Amin Musthafa, alumni santri dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Beliau juga ulama sekaligus pendiri Ponpes Tunggul, Paciran. Beliau adalah putra dari KH Musthofa Abdul Karim, pendiri Ponpes Tarbiyatut Tholabah Kranji dan Nyai Hj. Aminah," kata Imam Ghazali memulai ceritanya kepada detikJatim.

Di usia yang masih 24 tahun, Kiai Amin mendirikan dan mengasuh Ponpes Al Iman wal Islam yang kemudian dikenal dengan nama Ponpes Al-Amin Tunggul. Sebelum mendirikan pesantren, Kiai Amin telah menimba ilmu di beberapa pondok pesantren, yakni di Tebuireng, Termas, Ngeloh, Sepanjang, Kediri dan Maskumambang. Kiai Amin bahkan bermukim di Makkah pada tahun 1936.

ADVERTISEMENT

Saat Belanda ingin mengusai Indonesia kembali, jiwa patriot Kiai Amin bergejolak. Saat itu ia masih menjadi santri muda di Ponpes Tebuireng Jombang. Ia bersama saudaranya KH. Ahmad Muhtadi Musthofa tergabung dalam laskar Hizbullah. Karena kecakapannya dalam melawan Belanda Kiai Amin diangkat sebagai komandan Hizbullah.

"Keahlian dan keberanian Kiai Amin melawan penjajah menjadikannya diangkat sebagai pemimpin Hizbullah. Tugasnya mempertahankan Lamongan dari serangan sekutu, tepatnya Surabaya wilayah utara," kata Imam.

Saat tentara memberi ultimatum untuk Surabaya, maka Kiai Amin bersama dengan ribuan santri berangkat ke Surabaya. Ikut serta dalam pertempuran yang kelak diperingati sebagai hari Pahlawan itu adalah KH Abdurrahman Syamsuri, Kiai Ridlwan Syarqowi, dan KH Anwar Mu'rot. Selain itu, ada pula KH Adnan Noer, KH Anshory, KH Sa'dullah, dan beberapa alim ulama lainnya.

Tak hanya semangat juang, Kiai Amin saat itu menyumbangkan 100 gram emas berupa kalung, gelang, cincin, dan batangan untuk dana mobilisasi santri dan logistiknya. Karena itu selain perjuangannya, Kiai Amin juga legendaris karena kedermawanannya.

Namun perjuangan Kiai Amin berakhir saat ia tertangkap Belanda pada Agresi Militer Belanda ke 2. Kiai Amin bersama saudaranya KH Muhtadi tertangkap di Desa Dagan, Solokuro, Lamongan.

Sebelum ditembak mati, Kiai Amin mengajukan permintaan untuk mengumandangkan azan terlebih dahulu. Kiai Amin gugur pada 9 Juli 1949. Jenazahnya dikebumikan di tempat ia tertangkap di Desa Dagan, Solokuro, Lamongan.

Keberanian dan dedikasi Kiai Amin bagi bangsa dan negara tidak dapat diragukan lagi sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat mengusir penjajah.

"Semangat heroik yang terus dikobarkan ini merupakan bagian bela negara yang dilakukan para ulama pendiri bangsa," tandas Imam.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads