- Asal-usul Jaranan Pegon Karyo Budoyo
- Struktur Jaranan Pegon 1. Suguhan Sesaji 2. Kiprah Jaranan Pegon 3. Perang Celeng dan Jaranan 4. Perang Barong dan Penari Jaranan
- Elemen Jaranan Pegon Karyo Budoyo 1. Gambaran Karakter Penari Jaranan Pegon 2. Formasi Pola Lantai Jaranan Pegon 3. Iringan 4. Tata Busana 5. Properti Kuda Kepang Celengan Barongan atau Caplokan
Selain jaranan Turonggo Yakso, Kabupaten Trenggalek juga memiliki kesenian jaranan lainnya yang dikenal dengan Jaranan Pegon. Nama jaranan ini diambil dari kata pego yang berarti ora jangkep atau tidak lengkap.
Istilah ini merujuk penggunaan instrumen gamelan yang hanya menggunakan kendang, kenong, gong, dan slompret. Berikut penjelasan mengenai jaranan pegon yang dirangkum dari jurnal berjudul Jaranan Pegon Karyo Budoyo Desa Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek (Kajian Bentuk) karya Sindhi Galugawati Siska dan Jajuk Dwi Sasanadjati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Jaranan Pegon Karyo Budoyo
Jaranan merupakan salah satu kesenian yang telah berkembang sejak abad ke-11. Jaranan yang dapat dijumpai di Trenggalek ini pertama kali ditemukan pada tahun 1945.
Kesenian jaranan Pegon bermula dari Birni yang terinspirasi dari cerita wayang. Pada mulanya, kesenian jaranan Pegon kerap ditampilkan sebagai pertunjukan untuk ritual tolak bala di Desa Wonorejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek.
Seperti diketahui, kesenian ini terinspirasi dari beberapa tokoh wayang. Di antaranya Gatotkaca, Werkudara, Puntadewa, Arjuna, Srikandi, dan Subadra. Adapun karakter ini dibawakan oleh enam penari.
Mereka terdiri dari empat penari laki-laki dan dua penari perempuan. Gerakan Jaranan Pegon Karyo Budoyo didominasi gerakan tangan dan kaki seperti tekuk samping, ngaca, nyabuk, ukel tumpang, tepuk setan, dan bumi langit.
Struktur Jaranan Pegon
Terdapat sejumlah struktur penyajian jaranan Pegon Karyo Budoyo, di antaranya sebagai berikut.
1. Suguhan Sesaji
Suguhan ini dihidangkan sebelum pagelaran jaranan Pegon. Adapun pada tahapan ini, sesepuh akan membakar kemenyan hingga keluar asap. Kemudian, sesepuh akan dirasuki danyang dan memakan sesajen yang telah disediakan. Isian sajen tersebut pisang, bunga kenang, dawet, kelapa, dan sebagainya.
2. Kiprah Jaranan Pegon
Jaranan pegon yang terbentuk dari enam penari jaranan Pegon dan satu penari celeng masuk dan membentuk pola lantai A, di mana penari celeng berada di tengah sambil melakukan sembahan. Penari jaranan pegon dan celeng lalu membentuk lingkaran dan berputar berlawanan arah.
Penari jaranan berputar ke kanan. Sementara penari celeng berputar ke kiri. Putaran yang berlawanan arah tersebut disimbolkan bahwa arah kanan berarti sisi baik manusia, sedangkan arah kiri berarti sisi buruk manusia.
3. Perang Celeng dan Jaranan
Selanjutnya, perang yang terjadi antara penari celeng dan penari jaranan. Pada tahapan ini, para penari membentuk garis sejajar. Garis ini dapat dimaknai sebagai pola kekuatan dan gotong royong untuk mengatasi masalah.
4. Perang Barong dan Penari Jaranan
Perang ini terjadi antara Barong dan penari jaranan. Pola yang terbentuk sama seperti sebelumnya yakni sejajar. Perang dilakukan barong dan tiga penari jaranan. Barong sendiri disimbolkan sebagai sifat buruk manusia.
Elemen Jaranan Pegon Karyo Budoyo
Ada lima elemen jaranan Pegon. Berikut penjelasan terkait elemen jaranan Pegon Karyo Budoyo.
1. Gambaran Karakter Penari Jaranan Pegon
- Gatotkaca: karakter ini digambarkan sebagai sosok karakter yang tangguh melawan penjajah.
- Werkudara: karakter Werkudara ini digambarkan sebagai sosok yang kuat dalam melawan penjajah.
- Puntadewa: karakter ini digambarkan sebagai karakter yang memiliki sifat jujur dan baik.
- Arjuna: karakter ini digambarkan sebagai sosok yang bijaksana dalam mengambil keputusan.
- Srikandi: karakter srikandi ini merupakan karakter prajurit wanita yang berani.
- Subadra: karakter ini menggambarkan sosok manusia yang lembut.
- Celeng: celeng merupakan karakter yang rakus.
- Barong: karakter ini digambarkan sebagai sosok yang pendendam. Hal ini dilihat dari kekuatan caplokan barong.
2. Formasi Pola Lantai Jaranan Pegon
Dilihat dari susunan jaranan Pegon, terdapat tiga bentukan formasi yakni pola A, melingkar, dan sejajar. Pola penari yang memutar ke arah kanan dimaknai sebagai gerakan positif. Sementara pola penari yang memutar ke arah kiri dimaknai sebagai gerakan memutar yang negatif.
Pola lantai sejajar merupakan formasi pola yang terbentuk saat terjadinya perang. Pola ini menggambarkan manusia yang bersatu atau bergotong royong melawan musuh. Musuh yang dimaksudkan yakni barong dan celeng.
3. Iringan
Pagelaran jaranan Pegon menggunakan iringan dari instrumen gamelan pelog. Di antaranya kendang, kempul, kethuk, slompret, dan saron.
4. Tata Busana
Kostum yang digunakan tokoh penari jaranan pegon mengikuti karakter atau tokoh yang digunakan. Gatotkaca dan Werkudara menggunakan praba.
Puntadewa dan Arjuna menggunakan panah. Adapun kostum untuk penari lainnya sebagai berikut.
- Celeng menggunakan busana hitam.
- Barong celana kombor dan jarik kotak-kotak.
- Penari jaranan atau para prajurit menggunakan kostum baju putih, kace, sempyong, boro-boro, jarik, stagen, sabuk, sampur, celana panji, deker, dan binggel.
- Penari celeng menggunakan baju hitam, kace, sempyong, boro-boro, jarik, stagen, sabuk sampur, celana panji, deker, dan gongseng.
- Penari barong menggunakan celana kombor, kaos hitam, jarik, dan stagen.
5. Properti
Perlengkapan juga dibutuhkan para penari, di antaranya kuda kepang, celengan, dan sampur. Simak penjelasannya di bawah ini.
Kuda Kepang
Kuda kepang dibuat dari anyaman bambu yang menyerupai kuda berwarna putih. Kuda kepang laki-laki berukuran besar, sedangkan kuda kepang perempuan berukuran kecil.
Celengan
Properti celengan digunakan oleh penari celeng. Celengan dibentuk dari anyaman kulit sapi yang menyerupai hewan babi hutan berwarna hitam. Bagian leher dari celengan dilengkapi aksesori klinting, yang akan menimbulkan suara 'cring-cring' saat menari.
Barongan atau Caplokan
Barongan atau caplokan digunakan para penari barong. Bahan barongan dibuat dari kayu yang diukir membentuk kepala naga, atau ular besar dengan gigi keluar dan mata melotot.
Itulah ulasan singkat mengenai jaranan pegon dari Trenggalek. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan mengenai budaya dan kesenian.
Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)