5 Sifat Umum Orang Jawa

5 Sifat Umum Orang Jawa

Savira Oktavia - detikJatim
Selasa, 05 Des 2023 13:30 WIB
Ilustrasi orang atau adat Jawa.
Ilustrasi orang Jawa/Foto: Agto Nugroho/Unsplash
Surabaya -

Masyarakat Jawa tidak hanya kental dengan tradisi dan budayanya, melainkan juga memiliki sifat-sifat atau karakteristik umum. Hal ini timbul karena faktor budaya dan sejarah.

Mengutip situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Babad Jawa Kuno mengungkap bahwa nenek moyang suku Jawa berasal dari seorang pangeran Kerajaan Kling yang tersisih dari perebutan kekuasaan. Raja tersebut membangun kerajaan baru bersama para pengikutnya.

Mereka membangun lahan baru di sebuah pulau terpencil dan tidak memiliki penghuni. Kemudian, menetap di sana dan hidup secara berkelompok membentuk kerajaan baru dengan membentuk peradabannya sendiri. Kerajaan inilah yang disebut sebagai kerajaan Javaceckwara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada banyak teori yang mengungkap sejarah kemunculan suku Jawa. Nilai budaya dan sejarah turut membentuk sifat-sifat atau karakteristik masyarakat Jawa. Sifat umum ini diturunkan dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya, sehingga menjadi warisan yang tidak dapat dihilangkan dari peradaban.

Ciri-ciri Umum Orang Jawa

Terdapat sifat-sifat umum yang dimiliki sebagian besar masyarakat Jawa. Sifat tersebut antara lain pemalu, memiliki rasa sungkan, ramah, kalem, dan pekerja keras. Simak penjelasannya di bawah ini. Seperti yang disebutkan dalam situs Jadesta Kemenparekraf.

ADVERTISEMENT

1. Pemalu

Sifat masyarakat Jawa yang paling umum adalah pemalu. Pemalu merupakan orang yang mudah merasa atau mempunyai sifat malu. Biasanya, orang Jawa akan merasa malu ketika mereka berada di lingkungan baru. Hal ini disebabkan adanya faktor budaya dan sejarah.

Masyarakat Jawa dikenal mempunyai nilai-nilai yang berkaitan dengan sopan santun. Mereka cenderung bersikap rendah hati dan tidak mencolok. Selain itu, pengaruh sejarah dan kearifan lokal serta nilai-nilai tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi juga dapat memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.

2. Memiliki Rasa Sungkan

Sifat umum masyarakat Jawa selanjutnya adalah memiliki rasa sungkan. Sungkan merupakan sifat yang menggambarkan seseorang merasa tidak enak hati, menaruh hormat terhadap orang lain, dan segan.

Pada dasarnya, mereka cenderung menjaga keselarasan dan keharmonisan dalam hubungan sosial, sehingga memunculkan rasa sungkan untuk menghindari adanya ketegangan atau konflik. Sifat ini juga ditunjukkan untuk menghindari perilaku yang dianggap menyombongkan diri.

3. Ramah

Ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya atau manis tutur kata serta sikapnya. Meskipun masyarakat Jawa cenderung pemalu dan memiliki rasa sungkan, akan tetapi mereka sangat ramah. Hal ini tercermin dalam tutur kata, sikap tubuh, dan tindakan sehari-hari.

Sikap ramah ini dianggap dapat membantu membangun dan menjaga hubungan sosial serta interaksi antaranggota masyarakat. Di samping itu, budaya gotong royong yang diwariskan secara turun-temurun turut menciptakan suasana hangat dan ramah di antara anggota masyarakat.

4. Kalem

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalem diartikan sebagai keadaan seseorang tidak tergesa-gesa, tenang, dan santai. Masyarakat Jawa cenderung menunjukkan tingkat kesantunan yang tinggi dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Seperti penggunaan bahasa ngoko, krama alus, dan krama lugu demi terciptanya ketenangan. Meskipun tampak kalem dan tenang, masyarakat Jawa juga dapat menunjukkan ketegasan dengan cara yang halus.

Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik. Sifat ini juga mencerminkan perilaku sehari-hari termasuk dalam berbicara, berinteraksi, dan bersikap yang sangat dijunjung tinggi agar dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik.

5. Pekerja keras

Pekerja keras adalah sifat yang dimiliki masyarakat Jawa karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, dan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sifat ini didorong dengan adanya ketekunan yang dimiliki sebagian besar masyarakat Jawa.

Mereka lebih menghargai usaha keras dan konsistensi dalam bekerja untuk mencapai tujuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya budaya agraris yang mengharuskan mereka bersusah payah mencari penghasilan dari lahan pertanian.

Meskipun begitu, masyarakat Jawa dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Oleh karena itu, mereka mampu memahami pentingnya waktu bersama keluarga dan kehidupan bermasyarakat.

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads