4 Tari Penyambut Tamu di Jawa Timur

4 Tari Penyambut Tamu di Jawa Timur

Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Selasa, 28 Nov 2023 14:06 WIB
Tari Remo Surabaya
Tari Remo Surabaya/Foto: surabaya.go.id
Surabaya -

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya budaya. Wujud keragaman budaya di Indonesia terwujud melalui seni tari. Seperti Jawa Timur yang memiliki empat tari penyambut tamu.

Seni tari kerap tampil sebagai sarana hiburan atau gelaran acara adat. Tak hanya itu, seni tari biasanya ditampilkan sebagai penyambutan tamu.

Tari Penyambut Tamu di Jawa Timur:

Ingin tahu seperti apa tari Jawa Timur yang kerap tampil sebagai sarana penyambutan tamu? Yuk, mengenal lebih dekat empat tari penyambut tamu dalam artikel di bawah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tari Remo

menari remo massal di kota surabayaTari remo massal di Surabaya Foto: Esti Widiyana

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, tari menyambut tamu ini berasal dari Jombang. Tari remo mengisahkan perjuangan seorang pangeran di medan perang.

Tarian ini melibatkan banyak penari yang dilengkapi dengan gongseng (lonceng yang dipasang di pergelangan kaki). Gongseng menjadi unsur paling penting dalam gerakan tari remo. Selain gongseng, penari juga akan disematkan selendang atau sampur.

ADVERTISEMENT

Busana yang digunakan penari meliputi ikat kepala merah, baju berwarna hitam dengan motif kerajaan abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis dengan kaitan dari jarum emas, sarung batik pesisiran, stagen yang diikat pada pinggang, serta keris yang disematkan pada bagian belakang.

Gerakan tari remo meliputi gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari. Terdapat beberapa versi tari remo di antaranya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan.

2. Tari Jejer Gandrung

Sekitar 700 orang penari menampilkan tarian Jejer Gandrung Kembang Menur di atas flyover susun Semanggi. Penasaran? Yuk, lihat.Sekitar 700 orang penari menampilkan tari jejer gandrung kembang menur di atas flyover susun Semanggi. Foto: Lamhot Aritonang

Dilansir dari situs Kemenag Jatim, tari jejer gandrung merupakan salah satu kesenian tradisional asal Kabupaten Banyuwangi. Tarian ini tampil dengan iringan musik gabungan dari budaya Jawa dan Bali.

Adapun istilah 'jejer gandrung' didapat dari bahasa Osing yakni 'jejer' yang berarti ditampilkan, dan 'gandrung' yang berarti senang. Tari ini merupakan jenis tarian yang berasal dari daerah Kemiran di kaki Gunung Ijen.

Tari jejer gandrung dimainkan sejumlah remaja putri yang mengenakan busana berwarna hitam dari beludru, serta dilengkapi hiasan ornamen berwarna kuning keemasan dan manik-manik. Ornamen ini membentuk leher botol yang disampirkan ke leher hingga dada.

3. Tari Adara Purwa

Tari Adara PurwaTari Adara Purwa Foto: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan

Dilansir dari situs resmi Pemkab Lamongan, tari sambutan ini dari Kabupaten Lamongan. Tari Adara Purwa kerap ditampilkan untuk acara penyambutan di Lamongan.

Tarian Adara Purwa memiliki sejumlah makna. Di antaranya tarian selamat datang, tarian sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta, tarian untuk tolak bala, dan rasa suka cita.

Tarian ini diadaptasi dari Tari Kiprah Balun, di mana penari mengenakan kaca mata hitam dan gongseng. Kostum yang dipakai penari yakni kuluk gajah mada dan jamang mojopahitan, yang pernah dipakai ibu dari Gajah Mada, Nyi Dewi Andongsari.

4. Tari Lenggang

Tari LenggangTari Lenggang Foto: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, tari lenggang merupakan tarian selamat datang asli Surabaya. Tarian ini ditampilkan oleh penari perempuan.

Tari lenggang diadaptasi dari tari tanda'an atau ledek tayub dan sandur Madura. Berdasarkan sejarahnya, tarian ini dicetuskan Dimas Pramuka Admaji pada 1995. Saat itu, Dimas diminta menciptakan tarian sambutan dalam peringatan hari jadi Kota Surabaya.

Itulah sekilas informasi mengenai tari penyambutan tamu di Jawa Timur. Semoga informasi dalam artikel ini dapat menambah wawasan mengenai kebudayaan di Jawa Timur.

Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads