12 Motif Kain dalam Upacara Adat Tingkepan dan Filosofinya

12 Motif Kain dalam Upacara Adat Tingkepan dan Filosofinya

Savira Oktavia - detikJatim
Senin, 27 Nov 2023 13:00 WIB
gaya selebriti di acara tujuh bulanan
Ilustrasi/Foto: Instagram
Surabaya -

Upacara adat Tingkepan atau Mitoni merupakan upacara yang diadakan masyarakat khususnya Jawa, untuk menyambut kelahiran bayi dari dalam kandungan sang ibu. Upacara ini dilakukan ketika janin telah berusia tujuh bulan dalam perut ibu, dan pada kehamilan pertama.

Dalam pelaksanaannya, seorang ibu akan berganti pakaian kain batik sebanyak tujuh kali sebelum menggunakan kain bermotif. Ada 12 kain bermotif yang digunakan dalam upacara adat ini, di antaranya kain bermotif Wahyu Temurun, Sido Asih, Sidomukti, dan masih banyak lagi yang memiliki filosofi.

Sebelum menggunakan kain bermotif, seorang calon ibu harus mengenakan kain mori sebagai busana dasar. Itu bertujuan agar segala perilaku calon ibu senantiasa didasarkan dengan hati yang bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak penjelasan mengenai filosofi dari 12 motif kain yang digunakan dalam upacara adat Tingkepan, seperti dikutip dari buku Adat Istiadat Masyarakat Jawa Timur karya Yodi Kurniadi.

Motif Kain dalam Upacara Adat Tingkepan:

1. Wahyu Temurun

Motif wahyu temurun umumnya terdiri atas beberapa unsur. Di antaranya mahkota terbang, ayam atau burung, dan bunga.

ADVERTISEMENT

Motif ini memiliki makna agar bayi yang akan dilahirkan nanti menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tahun Yang Maha Esa. Juga selalu mendapatkan petunjuk dan perlindungan dari-Nya.

2. Sido Asih

Kain dengan motif sido asih umumnya digunakan dalam upacara adat Tingkepan, yang memiliki makna agar bayi yang akan lahir kelak menjadi seseorang yang selalu dicintai dan dikasahi oleh sesama, serta mempunyai sifat belas kasih.

3. Sidomukti

Penamaan sidomukti terdiri dari dua kosa kata yang berasal dari bahasa Jawa. Yaitu sido yang artinya benar-benar terjadi, dan mukti yang artinya kebahagiaan, kekuasaan, disegani, dan tidak kekurangan sesuatu.

Dikutip jurnal berjudul Makna Batik Motif Sidomukti pada Upacara Ritual Lurub Layon oleh Masiswo, motif ini sudah ada sejak awal berdirinya karaton, yang dipimpin oleh Paku Buwana I digunakan dalam upacara Lurub Gayon.

Sementara itu, dalam upacara tingkepan, kain bermotif sidomukti memiliki makna agar bayi yang dilahirkan nantinya menjadi orang yang mukti wibawa. Yakni berbahaya dan disegani karena kewibawaannya.

4. Truntum

Buku Panduan Menggambar Motif Batik Tulis karya Aprilia Sartika menjelaskan bahwa motif truntum menggambarkan bunga yang tampak dari depan terletak pada bidang berbentuk segi empat. Penamaan truntum diambil dari kata teruntum-tuntum dalam bahasa Jawa, yang artinya tumbuh lagi. Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana, seorang Permaisuri Sunan Paku Buwana III.

Motif ini memiliki makna tersendiri, yaitu cinta yang tumbuh kembali. Kanjeng Ratu Kencana menciptakan motif ini untuk menyimbolkan cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur dan berkembang.

5. Sidoluhur

Motif Sidoluhur memiliki arti keluhuran. Sehingga anak yang dilahirkan diharapkan dapat mencari keluhuran materi atau tercukupi segala kebutuhan ragawinya dengan cara yang benar. Juga keluhuran nonmateri atau keluhuran budi, ucapan, dan tindakan yang dapat dipercaya.

6. Parangkusumo

Motif parangkusumo mempunyai makna supaya anak yang dilahirkan nantinya memiliki kecerdasan yang tajam bagaikan parang, dan ketangkasan bagaikan parang yang sedang dimainkan oleh pesilat. Anak tersebut juga diharapkan dapat mikul dhuwur mendhem jero atau menjunjung harkat dan martabat orang tua, serta mengharumkan nama baik keluarga.

7. Semen Romo

Motif semen romo memiliki makna agar seorang anak yang kelak dilahirkannya memiliki rasa cinta kasih kepada sesama. Seperti halnya cinta kasih Rama dan Sinta terhadap rakyatnya.

8. Udan Iris

Motif udan iris mengandung makna agar anak yang dilahirkan mempunyai ketabahan dalam menjalani rintangan hidup. Meskipun dilanda hujan dan panas.

9. Cakar Ayam

Motif cakar ayam mengandung makna agar anak tersebut kelak pandai mencari rezeki. Seperti halnya seekor ayam yang sedang mencari ayam menggunakan cakarnya, karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi, dan mensyukuri kelebihan.

10. Grompol

Penamaan grompol diambil dari kosakata nggrompol yang artinya berkumpul. Sehingga motif grompol memiliki makna agar keluarga bayi tersebut tetap bersatu, tidak tercerai-berai karena ketidakharmonisan keluarga.

11. Lasem

Motif lasem mengandung makna agar anak yang dilahirkan nanti senantiasa bertakwa hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

12. Dringin

Motif dringin berbentuk garis horizontal. Motif ini mengandung makna supaya anak dapat bersosialisasi, bermasyarakat, dan berguna bagi sesama.


Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads