6 Pencipta Lagu Tema Nasionalisme Asal Jatim, Gombloh hingga Kiai Wahab

6 Pencipta Lagu Tema Nasionalisme Asal Jatim, Gombloh hingga Kiai Wahab

Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Jumat, 10 Nov 2023 08:15 WIB
Ilustrasi Lirik Lagu
Ilustrasi not lagu/Foto: Getty Images/iStockphoto/CJ_Romas
Surabaya -

Lagu bertema nasionalisme kerap dibawakan saat hari besar nasional seperti Hari Pahlawan. Beberapa pencipta lagu bertema nasionalisme yang populer asal Jatim, siapa saja mereka?

Hari ini, Jumat (10/11/2023), bangsa Indonesia sedang memperingati Hari Pahlawan. Apakah detikers mengisi Hari Pahlawan dengan mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu bertema nasionalisme?

Lagu-lagu bertema nasionalisme diciptakan untuk mengenang perjuangan para pahlawan, maupun membangkitkan semangat cinta tanah air. Seperti lagu Kebyar-kebyar yang diciptakan Gombloh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ilustrasi bendera merah putihIlustrasi bendera Merah Putih/ Foto: Unsplash @bismamahendra07

Pencipta Lagu Tema Nasionalisme Asal Jatim:

1. Gombloh

Soedjarwoto Soemarsono atau yang kerap disapa Gombloh merupakan salah satu pencipta lagu bertema nasionalisme. Ia kelahiran Jombang pada 12 Juli 1948. Ia adalah seorang anak dari pasangan Slamet dan Tatoekah.

Nama Gombloh melekat sejak ia masih anak-anak. Nama itu berasal dari kata 'Nggomblohi' yang berarti 'pura-pura bodoh'. Siapa sangka julukan itu malah membawa keberuntungan dalam kariernya.

ADVERTISEMENT

Setelah lulus dari SMAN 5 Surabaya, Gombloh sempat melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa jurusan Arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Namun, Gombloh memilih untuk tidak menyelesaikannya karena ingin fokus di industri musik.

Gombloh pun pergi ke Bali untuk menjadi seorang seniman. Dikutip situs Pascasarjana UIN Walisongo, Gombloh menciptakan lagu-lagu bertemakan nasionalisme seperti Dewa Ruci, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan Buat Negeriku, Kebyar-kebyar, dan lainnya.

Gombloh wafat di umur 39 tahun. Tepatnya pada 9 Januari 1988 di Surabaya akibat penyakit paru-paru.

2. Tonny Koeswoyo

Koestono bin Koeswoyo atau Tonny Koeswoyo merupakan anggota grup Koes Bersaudara dan Koes Plus. Tonny Koeswoyo merupakan kelahiran Tuban pada 19 Januari 1936. Ia merupakan anak dari pasangan R. Koeswojo dan Rr. Atmini.

Tony menunjukkan ketertarikannya pada musik ketika ia dibelikan alat-alat musik oleh sang kakak, Jon. Ia mulai tekun belajar secara otodidak dan mempelajari not balok dari Nick Manolov, serta gaya pemetikan gitaris Spanyol, Carcasi dan Tjio Bun Tek. Ia pun kemudian mengajari saudara-saudaranya untuk memainkan instrumen musik.

Karena naluri bermusiknya, Tony pun kemudian membentuk band yang diberi nama Gita Remaja dengan menggandeng empat temannya di tahun 1952. Tonny menjadi gitaris utama.

Kemudian di tahun 1956, band tersebut berganti nama menjadi Irama Remaja. Dua tahun berselang, band bentukan Tony pun harus berhenti karena ia harus fokus untuk melanjutkan pendidikan sarjananya.

Di tahun 1958, ia pun kembali membentuk band dengan mengajak saudara-saudara kandungnya yakni Jon Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo. Band tersebut diberi nama Koes & Bros.

Hingga pada tahun 1960, Tony mengubah nama grupnya menjadi Kus Brothers. Dua tahun kemudian, Kus Brothers mencoba peruntungannya untuk masuk ke dapur rekaman di bawah naungan perusahaan PT Irama, milik Soerjoso Karsono. Tony turut menciptakan dua lagu yang ia selesaikan dalam satu minggu yakni Weni dan Terpesona.

Tonny sempat masuk ke Penjara Glodok pada 29 Juni 1965. Dalam masa penahanannya tak menyurutkan langkah Tonny untuk terus berkarya. Tiga lagu ciptaannya ketika di dalam penjara di antaranya Di Dalam Bui, Jadikan Aku Dombamu, Balada Kamar 15, dan Untuk Ayah dan Ibu.

Terlepas dari kisahnya bersama grup musiknya, Tonny turut menciptakan lagu bertemakan nasionalisme yang berjudul Nusantara.

Tonny Koeswoyo mengembuskan napas terakhirnya pada 27 Maret 1987 di Jakarta pada umur 51 tahun akibat penyakit kanker usus.

3. A Rachman

A Rachman merupakan seorang musisi sekaligus ayah dari 2 anggota Dara Puspita, grup musik asal Surabaya. A Rachman turut menciptakan lagu nasional berjudul Surabaya. Lagu ini diciptakan untuk menanamkan jiwa cinta tanah air pada anak-anaknya.

Lagu Surabaya ini kemudian dipopulerkan oleh Dara Puspita untuk mengenang pertempuran yang terjadi pada November 1945 di Surabaya. Kemudian, salah satu personel Dara Puspita, Titik Hamzah membawakan lagu Surabaya ini secara solo.

4. Kusbini

Kusbini kelahiran1 Januari 1910 di Desa Kemlagi yang terdapat di Mojokerto. Kusbini menunjukkan ketertarikan di dunia musik sejak kecil. Ia pun turut menciptakan sejumlah lagu nasional untuk membangkitkan rasa semangat nasionalisme.

Kusbini menempuh pendidikan di Mulo dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dagang. Di samping itu, Kusbini juga menjadi seorang pemusik di Jong Indische Styken Tokkel Orkest (Jitso). Jitso ini merupakan grup musik bergenre keroncong.

Lagu-lagu nasional ia ciptakan bersama Ibu Sud. Di antaranya Bagimu Negeri, Bersatu, Nyanyian Bunga, Cinta Tanah Air, Pembangunan, dan lainnya. Kusbini wafat pada tanggal 28 Februari 1991, pada usia 81 tahun di Pengok, Yogyakarta.

5. R Dirman Sasmokoadi

R Dirman Sasmokoadi lahir di Sitiarjo, Kabupaten Malang pada 1 Juni 1910. Dirman dikenal sebagai seorang penulis di Malang pada tahun 1970-an.

Sebelum menjadi seorang penulis, R Dirman Sasmokoadi pernah menjabat sebagai Kepala SGB Negeri Mojokerto di tahun 1960. Kemudian ia juga sempat menjadi guru seni suara di SPGN Malang di tahun 1960 hingga 1970.

Dirman turut menciptakan sederet lagu nasional. Di antaranya Lihat Benderaku, Bendera Kita, Pesan Ibu, Mars Yalsenastri (Persatuan Istri Angkatan Laut).

R Dirman wafat di Malang pada 24 Januari 1974 dan dimakamkan di Pemakaman Kristen Sukun, Kota Malang Blok 2 No. 9455.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama. Kiai Wahab lahir di Jombang pada 31 Maret 1888. Beliau merupakan putra dari pasangan KH Hasbullah Said dan Nyai Latifah.

Selain semangat perjuangannya di bidang agama, Kiai Wahab ternyata turut menciptakan sebuah lagu bertemakan nasionalisme. Lagu ini diciptakan dalam bahasa Arab yang berjudul Yaa Lal Wathan. Atau juga dikenal dengan Syubbanul Wathan (pemuda cinta tanah air). Lagu ini menjadi lagu wajib para santri yang dinyanyikan saat hendak memulai kegiatan belajar.

Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)


Hide Ads