17 Pesan Pahlawan untuk Dibacakan dalam Upacara 10 November 2023

17 Pesan Pahlawan untuk Dibacakan dalam Upacara 10 November 2023

Tari Pagusa - detikJatim
Kamis, 09 Nov 2023 13:29 WIB
Bung Tomo adalah pahlawan nasional Indonesia. Pemilik nama asli Sutomo itu berperan saat pertempuran rakyat Surabaya melawan Belanda pada 10 November 1945.
Bung Tomo. Foto: detikcom/Edi Wahyono
Surabaya - Para pahlawan rela mengorbankan dirinya untuk berjuang melawan penjajah. Pesan-pesan perjuangan mereka tak hanya membangkitkan semangat patriotisme saat itu, tetapi menjadi pesan motivasi di masa kini.

Para pahlawan telah menginspirasi masyarakat untuk bersatu dan melawan penjajahan. Mereka menjadi simbol keberanian dan tekad kuat dalam menghadapi segala rintangan.

Kini, kita mendapatkan warisan sebuah negara berdaulat. Maka, tugas kita sebagai generasi muda adalah meneruskan perjuangan para pahlawan.

Pesan Perjuangan Pahlawan Nasional:

Kita bisa mengenang semangat perjuangan para pahlawan dengan membaca pesan-pesan yang disampaikan para pahlawan dahulu. Jejak sejarah itu masih bisa ditemukan.

Pidato-pidato mereka berhasil menyatukan rakyat untuk berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Maka seperti itulah kita seharusnya ketika mendengar ataupun membaca pesan perjuangan para pahlawan.

Ada banyak pesan perjuangan peninggalan para pahlawan nasional. Pesan-pesan para pahlawan ini dikutip detikJatim dari laman resmi Kementerian Sosial. Pesan pahlawan ini juga dapat dibacakan saat upacara Hari Pahlawan 10 November 2023.

1. Abdul Muis

"Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa jika memang mau berjuang".

Abdul Muis menyampaikan pesan itu saat menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi. Saat itu, Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI.

2. Ki Hajar Dewantara

"Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh). Ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat). Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)".

Semboyan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara saat merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922. Semboyan tersebut hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan.

3. Dokter Cipto Mangunkusumo

"Hari kemudian dari pada tanah kita dan rakyat kita terletak dalam hari sekarang, hari sekarang itu ialah kamu, hari generasi muda!".

4. Tjut Nyak Dien

"Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan"

5. Gubernur Suryo

"Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali".

Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

6. R.A. Kartini

"Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata aku tidak dapat melenyapkan rasa berani. Kalimat aku mau membuat kita mudah mendaki puncak gunung".

7. Jendral Surdiman

"Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder pemerintah TNI akan berjuang terus".

Kalimat tersebut disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta. Saat itu, Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab permintaan presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat.

8. Moh. Yamin

"Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri".

Pesan itu disampaikan pada Kongres II 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres tersebut dihadiri berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, di mana ia menjabat sebagai sekretaris.

9. Pattimura

"Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit".

Pesan tersebut disampaikan Pattimura saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817.

10. Nyi Ageng Serang

"Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya".

Kalimat itu disampaikan Nyi Ageng Serang saat mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut atau rakyat karena perlakuan kaum penjajah.

11. Teuku Nyak Arif

"Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama".

Disampaikan Teuku Nyak Arif saat pidato bulan Maret 1945. Saat itu, ia menjabat Wakil Ketua DPR seluruh Sumatera.

12. I Gusti Ngurah Rai

"Kami sanggup dan berjanji bertempur terus hingga cita-cita tercapai".

Isi surat I Gusti Ngurah Rai kepada Letnan Kolonel Termeulen. Seperti tersalin dalam Bali Berjuang.

13. Supriyadi

"Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan, ataupun gaji yang tinggi".

Pesan yang disampaikan Supriyadi saat memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta, untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang.

14. Soekarno

"Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya".

Kalimat yang diucapkan Soekarno saat pidato Hari Pahlawan 10 November 1961.

"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka"

Kalimat itu disampaikan Soekarno saat pidato HUT Proklamasi 1963.

15. Moh. Hatta

"Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita".

"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi."

16. Silas Papare

"Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku".

Kalimat tersebut disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat/Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda, dan kembali bergabung dengan Indonesia.

17. Bung Tomo

"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga".

Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945.

Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(irb/sun)


Hide Ads