6 Candi di Tulungagung

6 Candi di Tulungagung

Nadza Qur’rotun Aini - detikJatim
Senin, 06 Nov 2023 14:30 WIB
Candi Penampihan
Candi Penampihan/Foto: Kemdikbud
Tulungagung -

Tulungagung merupakan kabupaten di Jawa Timur yang menjadi salah satu pusat industri marmer terbesar di Indonesia. Selain itu, Tulungagung juga memiliki peninggalan sejarah berupa candi.

Melansir laman Kemdikbud, candi berasal dari salah satu nama Dewa Durga sebagai Dewi Maut yaitu Candika. Dalam mitologi Hindu, Dewa Durga dikaitkan dengan dewa kematian. Jadi, candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah meninggal. Biasanya khusus untuk orang-orang terkemuka dan para raja.

Candi di Tulungagung

Tanggung jawab mengamankan dan memelihara peninggalan sejarah diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Berikut candi yang bisa ditemukan di Tulungagung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Candi Gayatri atau Boyolangu

Candi Gayatri atau Boyolangu.Candi Gayatri atau Boyolangu. Foto: Cagar Budaya Jatim

Candi Gayatri merupakan candi Hindu yang telah runtuh. Candi Gayatri terletak di Desa Boyolangu. Terdapat tulisan angka 1289 C (1367 M) dan 1291 Caka (1369 M) pada bagian tangga batu candi. Kemungkinan tanda pembuatan candi Gayatri di zaman Kerajaan Majapahit.

Sekitar kawasan candi terdapat satu candi induk dan dua candi perwara di selatan dan utara. Candi induk memiliki arca Gayatri, yang merupakan arca Ratu Sri Rajapatni (nenek Raja Hayam Wuruk).

ADVERTISEMENT

Candi perwara di sebelah selatan terdapat Arca Dwarapala, Arca Nandi, dan Arca Mahisasura Nandini. Sebelah utara candi perwara terdapat dua patung yoni yang disangga Arca Ganesa, kepala naga, dan patung Jaladwara.

2. Candi Dadi

Candi DadiCandi Dadi Foto: Kemdikbud

Candi Dadi terletak di dekat Desa Wajak Kidul, Boyolangu. Sampai saat ini tahun berdirinya belum diketahui. Keindahan panorama alam yang ada di puncak bukit kapur dapat dilihat dari Candi Dadi dengan memandang pegunungan Wilis.

Candi ini dikelilingi pemandangan alam seperti kebun dan hutan. Jadi, untuk dapat sampai ke sini harus berjalan kaki kurang lebih setengah jam. Terdapat cerita mengenai pohon 'bonzai' yang pernah ditanam orang Jepang. Banyak orang yang mencari keberadaan pohon tersebut.

Candi Dadi dahulunya juga dipakai orang Jepang untuk ibadah. Para biksu juga mengunjungi candi ini untuk melakukan meditasi. Biasanya ada kelompok pecinta alam yang berkunjung ke candi ini.

3. Candi Penampihan atau Penampian

Candi PenampihanCandi Penampihan Foto: Kemdikbud

Candi Penampihan merupakan candi bercorak Hindu yang dibangun tahun Saka 820 atau 898 Masehi. Candi ini terletak di lereng Gunung Wilis, di tengah kebun teh Desa Geger, Sendang. Di sebelah candi ada sungai kecil yang dimanfaatkan warga desa sebagai sumber air minum.

Penampihan adalah berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti penolakan dan penerimaan masyarakat. Candi Penampihan adalah candi pemujaan yang terdapat tiga tahapan (teras). Tahapan ini digunakan untuk memuja Dewa Siwa. Konon, peresmian candi dilakukan dengan menggelar wayang (ringgit).

Pada era perebutan kuasa dan politik tanah Jawa yang berganti dari Kerajaan Mataram Kuno, Singosari, sampai Majapahit pada abad ke 9-14 M, candi ini terus digunakan sebagai tempat pemujaan Tuhan, Sang Hyang Wenang.

Kompleks candi juga terdapat Arca Siwa dan Dwarapala, yang kemudian rusak karena ulah manusia. Namun, terdapat arca yang tersisa yaitu Arca Siwa yang disimpan pada Museum Situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa Timur.

4. Candi Sanggrahan

Candi SanggrahanCandi Sanggrahan Foto: Kemdikbud

Candi Sanggrahan terletak di Desa Sanggrahan, Boyolangu. Candi yang disebut juga dengan istilah Candi Cungkup ini memiliki kaki yang luas. Terdapat batu yang terletak di sebelah tangga yang dulunya adalah gapura.

Bangunan utama candi ini agak runtuh tetapi masih indah karena mempunyai papan-papan yang tidak ada gambaran sama sekali. Dahulu tempat ini ramai orang ibadah, namun saat ini sepi. Meskipun begitu, warga sekitar masih mengadakan selamatan di candi apabila memiliki hajat.

Candi ini terbuat dari batu bata dan andesit. Namun, batu-bata lebih banyak mendominasi di bagian selasar, candi-candi perwara, dan gerbang. Terdapat relief di kaki yang menceritakan Tantri Kamandaka. Relief tersebut menceritakan mengenai harimau yang ditipu kambing.

5. Candi Mirigambar

Candi MirigambarCandi Mirigambar Foto: Kemdikbud

Candi Mirigambar terletak di Desa Mirigambar, Sumbergempol. Candi ini memang lumayan sulit dicapai karena agak besar. Candi Mirigambar terletak di lapangan sepak bola yang memiliki pemandangan tenang dan sepi. Bangunan candi agak runtuh serta dindingnya miring.

Meskipun begitu, relief yang ada di candi ini masih tinggi kualitasnya. Reliefnya menceritakan tentang legenda Angling Dharma yang menjadikan Candi Mirigambar disebut dengan Candi Angling Dharma.

Sayangnya, saat ini Candi Mirigambar hanya tersisa bagian kaki dan gapura karena telah runtuh. Candi ini terbentuk dari bahan utama batu bata, yang diperkirakan dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke XIII hingga akhir abad ke XIV.

6. Candi Ngampel atau Ampel

Candi NgampelCandi Ngampel/Foto: Kemdikbud

Candi Ngampel terletak di Desa Joho, Kalidawir. Candi ini terletak di antara hutan yang sepi. Menurut warga setempat, candi yang terletak paling selatan di daerah ini mempunyai makna tersendiri.

Candi ini memiliki bangunan utama yang terbuat dari batu bata, namun saat ini sudah runtuh. Ada juga patung kecil serta altar yang terdapat di depan candi tersebut. Patung-patung tersebut ditutupi dengan bangunan bambu dan kayu sehingga di depan patung tersebut terdapat lemping.

Berdasarkan catatan Rapporten Oudheidkundig Onderzoek tahun 1908 mengungkapkan bahwa terdapat Arca Purwati yang ditemukan di sekitar Candi Ampel yang menunjukkan tahun 1331 saka atau 1409 Masehi.

Warga sekitar setiap malam jumat menggelar selamatan di candi tersebut. Hal ini dipercaya karena candi ini masih ada keterkaitan dengan cerita rakyat setempat, yaitu Joko Sindono (Banjisa Putra).

Sebelum selamatan dimulai, warga sekitar meminta izin kepada Joko Sindono agar diizinkan. Biasanya hajat tersebut berupa pesta pernikahan atau jika ingin merenovasi rumah. Panjatan doa yang dipakai adalah menggunakan bahasa Arab dicampur Jawa.

Orang Hindu biasa mengunjungi candi ini untuk upacara. Menurut warga sekitar patung-patung yang ada di candi ini pernah hilang karena dicuri. Namun, terdapat juga dua patung yang kembali lagi ke asalnya. Peninggalan bersejarah di sekitar Candi Ampel, yaitu Yoni dan dua buah Arca Dwarapala.

Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A'ini, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads