Upaya penyelamatan Prasasti Sambangan 1 dan Sambangan 2 berlanjut. Dua prasasti yang letaknya berdekatan itu berhasil diangkat ke permukaan.
Upaya pengangkatan 2 prasasti yang berada di areal persawahan di Dusun Sambangan, Desa Sambangrejo, Modo itu membuahkan hasil. Dua prasasti yang sebelumnya terpendam dalam tanah itu berhasil menampak secara keseluruhan, mulai dari kaki prasasti hingga bagian atas prasasti yang berbentuk kurawal.
"Proses sebelum pengangkatan ini dimulai terlebih dahulu oleh teman-teman dari BRIN yang melakukan proses awal penelitian, yang kemudian kami tindaklanjuti dengan upaya penyelamatan oleh Balai Pelestarian Budaya (BPK) Wilayah XI Jatim," kata Pamong Budaya BPK Wilayah XI Jatim Albertus Agung Viddy kepada detikJatim, Kamis (2/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya penyelamatan, ungkap Viddy, dimulai dengan mengetahui bentuk prasasti secara utuh dan posisi prasasti yang sempat terpendam dalam tanah. Dari proses ini, lanjut Viddy, kemudian dilakukan proses lanjutan, yaitu upaya pengangkatan dari dalam tanah. Dua prasasti yang ada di Dusun Sambangan ini, jelas Viddy, hanya ditanam dan tanpa adanya batu slop penahan prasasti.
"Dari upaya penyelamatan beberapa waktu lalu itu diketahui kalau batu prasasti ini terdiri hanya satu batu yang ditanam di dalam tanah dengan kekuatan bagian bawah berupa batu," kata Viddy.
Proses pengangkatan ini, menurut Viddy, dilakukan dengan mengembalikan prasasti ke bentuk semula. Posisi prasasti ditinggikan tapi kanan kiri prasasti mengikuti bentuk lama yang ada dalam prasasti atau bentuk aslinya. Hanya saja, kata Viddy, untuk prasasti Sambangan 2 diangkat ke permukaan untuk kemudian diletakkan di samping Prasasti Sambangan 1.
"Jadi untuk prasasti Sambangan 2 yang sebelumnya terpisah dari Prasasti Sambangan 1 akan diletakkan di samping Prasasti Sambangan 2 dan disejajarkan," ungkap Viddy.
Upaya pengangkatan, papar Viddy, menggunakan alat berat berupa trackbell dan alat derek atau katrol agar bisa mengikuti bentuk awal prasasti. Tanah bekas prasasti tertimbun, lanjut Viddy, kemudian diuruk menggunakan batu dan tanah.
"Kita pakai model pengangkatan sederhana saja, yaitu dengan menggunakan derek atau katrol dan trackbell, untuk mengangkat prasasti secara perlahan," paparnya.
(dpe/iwd)