6 Seniman Ludruk Jawa Timur yang Namanya Melegenda

6 Seniman Ludruk Jawa Timur yang Namanya Melegenda

Savira Oktavia - detikJatim
Selasa, 24 Okt 2023 16:30 WIB
seniman ludruk surabaya akan tampil di jakarta
Ilustrasi pertunjukan Ludruk/Foto: Istimewa
Surabaya -

Kata "Ludruk" diambil dari bahasa Jawa yakni lodrok yang artinya badhut atau lawak. Sehingga ludruk dapat diartikan sebagai kesenian rakyat yang berasal dari Jawa Timur berbentuk sandiwara yang dipertontonkan dengan menari dan menyanyi.

Pada masa sebelum kemerdekaan, ludruk diyakini sebagai elemen penting bagi revolusi Indonesia. Hal inilah yang mendorong para seniman ludruk mempertahankan keberadaan ludruk sebagai alat untuk menumbuhkan rasa nasionalis dan mempersiapkan kemerdekaan.

Seniman Ludruk Jawa Timur yang Namanya Melegenda:

Berikut daftar seniman ludruk di Jawa Timur yang namanya melegenda. Seperti dikutip dari buku Jejak-jejak Ludruk karya Eveline Y. Bayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pak Santik

Pak Santik berasal dari Desa Ceweng, Kecamatan Goda, Kabupaten Jombang. Ia dan temannya bernama Amir merupakan pelopor ludruk ngamen atau lerok pada 1905-1915. Ia jugalah yang memelopori pertunjukan ludruk besut pada 1915-1920an.

Lerok artinya penuh coretan, di mana wajah pemainnya penuh coretan. Pertunjukan ini mengutamakan nyanyian dalam bentuk kidungan dan pantun yang bertemakan sindiran.

ADVERTISEMENT

Pak Santik menggunakan alat musik lira yang dipetik sambil bersenandung mengenai isi hatinya. Ia selalu menghiasi wajahnya dengan coretan, memakai ikat kepala berwarna merah, bertelanjang dada, dan mengenakan celana berwarna hitam, serta mengenakan selendang sebagai sampur.

2. Cak Pono

Cak Pono merupakan salah seorang seniman ludruk pada periode ludruk lerok besut pada 1920-1930. Pertunjukan ini terdiri atas tandhakan (tarian), dagelan (lawakan), dan besutan.

Di akhir tahun 1930-an, Cak Pono menggunakan kesenian ludruk sebagai alat propaganda anti penjajahan. Ia juga berperan dalam menyebarkan informasi terkait berdirinya organisasi Budi Otomo melalui kidungnya ketika pentas. Akibatnya ia ditangkap Belanda dan harus mendekam di penjara.

3. Cak Durasim

Cak Gondo Durasim atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Durasim berasal dari Jombang. Ia merupakan seniman ludruk yang mendirikan Ludruk Organizatie (LO) pada 1933.

Tahun 1937, Cak Durasim mempopulerkan lakon-lakon dalam ludruk yang diambil berdasarkan legenda Surabaya. Mereka mengadakan pementasan kesenian tersebut di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Surabaya secara teratur.

Pada 1942, pemerintah Jepang menganggap ludruk sebagai alat propaganda semangat Asia Timur Raya. Namun, hal sebaliknya justru dilakukan Cak Durasim dengan menjadikan ludruk sebagai alat penguat rasa nasionalisme.

Karena itulah Cak Durasim dipenjara hingga meninggal dunia pada Agustus 1944. Versi lain menyebutkan, pada 1944 Cak Durasim ditembak mati oleh tentara Jepang ketika pentas ludruk di Peterongan, Jombang.

4. Cak Markeso

Markeso atau Cak Markeso atau Cak So merupakan seniman ludruk yang menciptakan ludruk baru, yaitu ludruk garingan dan ludruk ontang-anting yang berlangsung pada 1950-1980.

Berkat pengabdiannya terhadap dunia kesenian Indonesia, pemerintah mendirikan Balai Budaya Cak Markeso di Kampung Ketandan, Genteng, Surabaya. Balai budaya itu sebagai bentuk penghormatan untuk Cak Markeso.

5. Cak Sidik

Sidik Wibisono atau Cak Sidik merupakan seniman ludruk senior kelahiran Surabaya. Tahun 1969, Cak Sidik mengawali karier di dunia kesenian ludruk dengan melamar di Ludruk Tri Sakti, yang tampil di Taman Hiburan Rakyat Surabaya.

Di sana, Cak Sidik diajarkan dasar-dasar kesenian ludruk, mulai dari kidungan hingga lawakan. Beberapa bulan kemudian, Cak Sidik memutuskan pindah dan bergabung dengan Ludruk RRI.

Pada akhir tahun 70an, Cak Sidik mendirikan grup ludruk yang diberi nama Sidik CS. Grup ini terdiri atas Cak Sidiki bersama sang istri Ning Surya Dewi, dan beberapa seniman ludruk lainnya.

6. Cak Kartolo

Kartolo atau Cak Kartolo merupakan seniman ludruk kelahiran Watuagung. Tahun 1971, Kartolo mengawali karier dengan bergabung ke dalam grup ludruk RRI Surabaya. 3 tahun setelahnya, ia berpindah ke grup ludruk Persada Malang.

Cak Kartolo menjadi seniman yang meletakkan dasar-dasar ludruk modern. Sudah banyak kidungan dan lawakannya yang direkam ke dalam bentuk kaset maupun CD. Kidungannya pun tidak hanya berisi kalimat jenaka, melainkan mencerminkan kehidupan dan kritik sosial.

Itulah deretan seniman ludruk dari setiap periode perkembangan ludruk di Jawa Timur. Semoga informasi ini bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads