Musim kemarau disertai panas ekstrem menyebabkan air Kolam Segaran di Dusun Unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan, Mojokerto, surut hingga nyaris kering. Mengeringnya kolam raksasa warisan Kerajaan Majapahit ini menjadi berkah bagi para pencari ikan.
Kolam kuno di tepi jalur wisata sejarah ini luasnya mencapai 375 x 175 meter persegi. Struktur berbahan bata merah kuno sebagai dinding kolam mempunyai ketinggian 3,16 meter. Tebal dinding Kolam Segaran mencapai 160 cm. Terdapat 1 struktur tangga masuk di bagian barat kolam.
Selama musim hujan, air di Kolam Segaran selalu penuh. Saat ini, kondisinya nyaris kering total imbas musim kemarau dan panas ekstrem. Sehingga dasar kolam yang mayoritas berupa tanah dan lumpur terlihat jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kubangan air yang dalamnya hanya semata kaki sampai sebetis tersisa di sudut timur laut dan barat daya kolam. Kedua kubangan air itu seolah menjadi danau di dalam kolam. Pemandangannya kian menarik berhiaskan kawanan burung kuntul (bangau) yang sibuk mencari mangsa.
![]() |
Sebagian besar dasar Kolam Segaran kini berupa tanah lumpur yang permukaannya ditumbuhi lumut dan rumput. Sehingga menjelma bak permadani nan hijau. Beberapa tumpukan alga yang dikumpulkan juru pelihara menghiasi sisi utara kolam. Ikan, siput dan kerang mati banyak dijumpai di permukaan tanahnya.
Kondisi ini justru menjadi berkah bagi para pencari ikan. Salah satunya Nur Kodim (56), warga Mojowarno, Jombang. Bagi Nur, berburu ikan sebatas hiburan di sela kesibukannya sebagai tukang kayu. Ia biasa mencari ikan di kubangan bekas galian C di wilayah Kecamatan Jatirejo, Mojokerto.
"Saya cari ikan di sini (Kolam Segaran) baru satu mingguan. Diberi tahu teman kalau Kolam Segaran surut," kata bapak 3 anak ini kepada detikJatim di lokasi, Rabu (18/10/2023).
Nur biasa berburu ikan di Kolam Segaran pukul 07.30-14.00 WIB. Jala menjadi senjata utamanya. Mula-mula jala tersebut ia tebar ke kubangan air yang dangkal. Kemudian ia meraba-raba jala yang tenggelam dalam air berlumpur untuk menemukan ikan.
Setiap ikan lantas ia masukkan ke karung plastik kecil di pundak kirinya. Barulah ia mengangkat jala untuk ditebar ke titik yang lain di kubangan. "Soalnya ikan sembunyi di dalam lumpur, kalau tidak diraba-raba tidak bisa ditangkap hanya dengan jala," terangnya.
Setiap harinya, Nur mampu menangkap 5-10 Kg ikan air tawar jenis nila, mujair, gabus. Mayoritas ikan yang ia tangkap jenis nila sukuran 3-4 jari orang dewasa.
"Tidak pernah saya jual. Hanya untuk makan dengan teman-teman juga saya bagikan ke saudara," ujarnya.
Juru Pelihara Kolam Segaran Supali (53) menjelaskan air di kolam peninggalan Kerajaan Majapahit ini surut sejak 2 bulan lalu. Secara bertahap air kolam surut hingga kini menyisakan 2 kubangan di sudut timur laut dan barat daya. Menurutnya, fenomena ini terjadi setiap musim kemarau.
"Setiap tahun ketika musim kemarau selalu kering seperti ini. Karena sumber airnya dari hujan saja," jelasnya.
Warga Desa Trowulan yang sudah 21 tahun menjadi juru pelihara Kolam Segaran ini menuturkan, terdapat 2 saluran sebagai akses masuk air dari persawahan di sekitarnya. Pertama, saluran di sudut tenggara Kolam Segaran yang mengalirkan air dari saluran irigasi persawahan warga.
Kedua, saluran di bawah tanah di sudut barat daya Kolam Segaran yang menjadi akses masuk air dari Balong Bunder sekitar 100 meter di selatan kolam. Menurut Supali, air masuk ke Kolam Segaran melalui 2 saluran itu hanya selama musim hujan. Sedangkan di sudut barat laut terdapat 2 saluran sebagai akses keluarnya air dari kolam.
"Kalau 2 lubang (saluran di sudut barat laut) itu pembuangan air dari Kolam Segaran ke sungai-sungai kecil yang mengarah ke Desa Bejijong," ungkapnya.
Terkait banyaknya pencari ikan sejak air Kolam Segaran surut, Supali menegaskan memang tidak ada larangan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim. Hanya saja masyarakat diimbau tidak berjalan di atas dinding kolam untuk menjaga kelestarian situs cagar budaya ini. Sebab kini sudah ada pedestrian di sebelah luar dinding kolam.
"Tidak ada larangan, memang untuk masyarakat. Setiap kering warga mencari ikan di sini," tandasnya.
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, Kolam Segaran sempat terkubur di dalam tanah. Situs purbakala ini baru ditemukan pada masa penjajahan Belanda, yaitu tahun 1926. Pemugaran kolam ini berlangsung selama 10 tahun sejak 1974.
(dpe/iwd)