10 Puisi untuk Guru

10 Puisi untuk Guru

Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Rabu, 04 Okt 2023 19:00 WIB
Ilustrasi puisi
Ilustrasi puisi untuk guru/Foto: Getty Images/iStockphoto/mizar_21984
Surabaya -

Hari Guru Sedunia 2023 jatuh pada 5 Oktober mendatang. Berikut ini sederet puisi untuk guru kamu tercinta, Rek.

Peringatan ini merupakan momen untuk mengingat dan merenungkan jasa besar guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Kamu bisa menyampaikan rasa terima kasih dengan banyak cara. Salah satunya dengan bait-bait puisi.

Ada banyak puisi tentang guru. Berikut ini 10 di antaranya, yang merupakan buah karya dari banyak penyair.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ilustrasi anak membaca puisi atau syairIlustrasi anak membaca puisi untuk guru/ Foto: Getty Images/iStockphoto/photosvit

Puisi untuk Guru:

1. Guruku

Karya: Dr. Mampuono

Guruku...
Engkaulah tuntunanku
Karenamu aku sregep sinau
Sejak menjadi muridmu
Sampai akhir hidupku
Karena aku
Mencontoh dirimu

Guruku...
Panjenengan nate ngendikan
"Ojo pisan pisan mandeg sinau
Merga iku bakal gawe rugine awakmu
Keluargamu lan bangsamu."

"Ngertiya yen sliramu mandeg sinau
Opo meneh yen awakmu dadi guru
Bakal gedhe gethinge Pengeran
Marang wong kang iso ujar
Iso kongkon muride sinau
Nanging lali yen deweke wis suwe mandeg sinau
Astagfirullahaladzim."

"Ganti tahun ganti pirang-pirang buku
Nem tahun muridmu ngetekke luwih seka 70 buku dienggo sinau
Pira buku sing wis mbok sinau? Ing dalem nem tahun sing pada dilakoni bareng muridmu
Etunga dewe
Yen luwih disyukuri
Yen kurang diistigfari."

"Sinauo sak lawase
Kamangka bakal mulya uripmu... "

Guruku...
Matur sembah nuwun amargi kanthi nindakaken nasehat panjenengan
Sapunika kawula saget gersang kanthi langkung sae
Tumuju khairunnas anfa'uhum linnas
Saapik-apike menusa yaiku sing paling migunani tumrap liyan
Saya akeh sinauku, saya migunani awakku

Puisi ini dikutip laman resmi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Tengah.

2. Sang Pencipta Penerang Jiwa

Karya: Dr. Mampuono

Engkau pembelajar sesungguhnya
Mengkaji dan berbagi hingga batas
Dengan dahaga tak pernah puas
Namun bagimu bekal itu serasa tak pantas
Membawa kami mengejar yang teratas

Guruku, husnuzhon adalah jiwamu
Suuzhon pada muridmu pantanganmu
Kau beri kami bekal terbaik
Agar bertahan dalam kemarau sulit
Cintamu kucuran hujan dari langit

Doa terbaikmu untuk kami
Agar kuat berjalan di tengah badai
Bening di sudut matamu menitik
Bahagia, saat cita-cita itu kami gapai
Restumu terpancar di senyummu

Guruku, sang pencipta penerang jiwa
Inspirasimu asupan jiwa kami
Petuahmu adalah tongkat sihir
Yang menyulap masa depan kami
Gelap berubah cerah
Menjadi pahlawan anak-anak nusa

Tak ada bahagia yang lebih indah
Kecuali saat masa-masa itu datang
Panen atas apa yang kau usahakan
Jerih payah dalam susah dan senang
Saat kami berhasil meraih impian

Puisi ini dikutip laman resmi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Tengah.

3. Guru

Karya: Lukman Hakim Saifuddin

Tanpa guru tak kan ada yang kita tahu
Tanpa guru tak kan ada yang kita mampu
Kita hanyalah debu yang terbang tak berarah
Ditiup angin tak tentu arah

Guru
Ucapanmu adalah petunjuk kami
Tindakanmu adalah teladan kami
Ridlamu adalah kunci sukses kami
Dan doamu, doamu adalah berkah tak bertepi

Maka, jika ada yang bertanya pada diri ini
Siapakah yang paling berjasa pada diri ini?
Maka namamu yang akan kusebut pertama kali
Karena ibu dan ayah adalah juga guru utama kami

Puisi ini dikutip melalui laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia.

4. Jangan Berhenti, Guruku

Karya: Novem Kusainun

Waktu terus berjalan dan berlalu
Akan ada yang berubah, akan ada yang baru
Namun siapa yang pantas menggantikanmu
Pemilik ketulusan yang selalu membuat haru
Kau ajarkan kata, kau ajarkan angka
Di sana kau balut cerita dengan cinta
Cinta yang menjadikanmu bangga
Akan peran dan tugasmu untuk bangsa
Kini kemajuan sedang menguji
Hendak memerankanmu namun tanpa hati
Karenanya kehadiranmu tetap dinanti
Menyambut mereka bersama cerahnya pagi
Jangan berhenti, guruku
Tetaplah menebar semangat untuk bangsamu
Jadikan mereka kuat dengan moral pembaharu
Kuatkan dan cerdaskan, jangan berhenti, guruku

Puisi ini dikutip laman resmi UIN Sunan Kalijaga.

5. Guruku Pahlawanku

Karya: Ascension Rechterine Siendo Luankali

Sebuah pepatah berkata bahwa
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Yang Engkau miliki adalah ilmu
Ilmu yang kau teruskan padaku

Engkau mengajar dan membimbingku
Semua yang kau ajarkan sangat berguna bagiku
Mengajar dan mendidikku dengan cinta
Semuanya itu sangat bermakna

Kadang aku membuatmu gusar
Tapi entah bagaimana caranya,
Engkau masih bisa bersabar
Dan menasihatiku dengan sepatutnya

Guruku inspirasi dan pahlawan
Ku sangat menghormatimu
Satu hal yang ingin kusampaikan
Terima kasih banyak guruku

Puisi ini dikutip situs BPK Penabur.

6. Merindukan Guru

Karya: I Made Wardita

Hujan merindu kemarau
Kemarau merindu hujan
Ramai merindu sepi
Sepi merindu sunyi
Sunyi merindu gemuruh
Guru terkadang tidak dirindukan, kini semua merindukan guru
oknum guru malas enggan enggan bersua murid, kini paling merindukan sekolah
Siswa malas dan suka bolos, kini bergelimang kerinduan, memelas mohon ijin bersekolah

7. Guruku Pelitaku

Kuikuti sudah langkah kaki ini
Membawaku menuju lorong-lorong tak berujung
Namun, selalu kudengar sang pelita memanggilku
Dengan untaiannya sang pelita menuntunku

Karena pelita kukeluar dari lorong
Karena pelita kudapat meraih cita-cita
Tahukah engkau?
Ada pelita yang selalu kuingat
Ada pelita yang selalu kuhormati

Dialah Guruku
Guru yang memberi setitik ilmu
Tak putus asa walau peluh terus mengucur
Tidaklah untuk dirinya seorang
Hanya untuk generasi penerus bangsa

Janganlah pernah redup pelitaku
Chaya ilmu selalu ditunggu
Bukan untuk satu jiwa
Tapi untuk semua umat

Puisi ini dikutip situs SMPN 2 Kota Bima.

8. Guruku

Karya: Marvello

Dalam lirih keluh di bibirku
Aku benar tak maksud membencimu, wahai guruku
Ego kami masih bangkitkan ragu
Kesal dan bosan terus menipu, hati ini terlalu menyepelekanmu.
Di relung terdalam aku juga pernah sadar
Kelabunya di mataku, kau tetaplah pengajar
Mengalirkan bakti tanpa ingkar
Demi negeri agar tidak buyar

Guruku
Maksudku sampaikan rasa bukanlah untuk ungkap luka
Engkan adalah pelita terang, saat kau mampu berkelana
Merangkul seluruh siswa tanpa pilah cinta
Bercengkerama bak sohib dan tetap beretika
Terima kasih kuucapkan
Untuk seluruh pembangun insan cendekiawan
Si petatur ilmu dari guratan awan
Penuh kasih nan tulus selalu kau berikan

Guruku
Kau adalah renjana, sosok inspiratif dalam senja
Kau selayaknya surya, penerang untuk generasi bangsa
Dan kau ibarat gerimis kiranya
Yang nanti menangis melihat kami sukses dengan bangga

Puisi ini dikutip situs SMAIT Abu Bakar.

9. Guru Pemberi Harapan

Karya: Hendra Syah Putra

Anak, siswa, jiwa masa muda
Mencari, meraih, meraba mimpi-mimpi
Hilang, tertelan, kejam dunia nista
Tenggelam, terburai tanpa dapat signifikansi

Kami tersesat tanpa akal budi
Cipta, karsa, dan karya kami tak bersatu di hati
Gapai kami, bimbing kami, peluk kami
Kembalikan asa akan hidup untuk berarti

Guru, engkau datang memberi akan diri pribadi
Penuntun, penggagas cahaya dalam mimpi
Menuju suatu asa penuh harapan murni
Hingga murid pahami gejolak dalam hati
Yang memerdekakan kau nanti sesuai jati diri

Waktumu adalah kini, masamu telah di sini
Berjuanglah demi kami agar kami dapat perbaiki laku diri
Cerdas, bermartabat, beradab, berbudi pekerti
Cita-cita memerdekakan karakter agar maju nanti negeri

Pendidikan menyenangkan tanpa paksaan
Berselaras, menjelajah dunia tanpa beban
Mengumpulkan, membagikan tanpa lelah
Memberi senyuman puas bagi siswa tanpa kesah

Hari ini aku sendiri
Merenung akan arti diri
Akankah kurengkuh yang dipercaya
Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara kini

Puisi di atas dilansir melalui situs Dapodik.

10. Tak Terganti

Karya: Rachmat Priyanto

Seberkas Cahaya itu begitu redup dan nyaris padam dari kejauhan.
Engkau datang merenda suluh yang terburai tuk sulutkan secercah cahaya keabadian
Cahaya itu bangkit memberi terang dan menghangatkanku di sepanjang lorong kehidupan
Itulah guru sang pemberi berjuta cahaya terang dari kelam dan temaramnya kegelapan

Jejak langkah itu begitu sulit dan berliku
Diri ini begitu lemah dan terjatuh luruh tiada mampu
Engkau datang menguatkan tekadku dan menyemangatiku agar ku bertahan langkahkan kakiku
Itulah guru sang motivator sejati yang tak pernah lekang oleh tajamnya semilu waktu

Tak terbayangkan olehku yang bagai seonggok debu jika guru tak pernah ada dalam hidupku.
Kaulah pengumpul ilmu yang terserak, mengajariku dan membimbingku dengan jiwa dan hatimu
Kaulah penebar kebaikan disaat semua mata hanya memandangmu dengan sebelah pandangan
Itulah guru yang mengabdikan seluruh hidupnya demi ilmu berserta segumpal harapan

Hatimu begitu tulus dan ikhlas mengabdi walau nasibmu begitu kelam oleh pedihnya realita
Trima kasih atas dian ilmu yang kau suluhkan yang telah membebaskan setiap insan dari kebodohan demi mewujudkan segala cita-cita dan impian terpendam mereka.
Siapapun tak akan mampu membalas budi baikmu walau seluruh nyawa dan raga telah diserahkan
Guru, kau kan selalu ada di hati dan di setiap hela nafas seluruh insan

Tanpamu, guru
Angin bertiup lirih tak bermakna, berhembus lesu di sela daun cemara dan terhempas ke batu karang lalu bisu basahi pasir putih itu.
Hujan yang basahi kemarau takkan mampu redakan resah dan senja yang tlah kehilangan ronanya takkan mampu basahi jingga
Tinggallah aku sendiri bagai tulang kering tanpa nyawa yang menatapmu dari kejauhan
Guru, kau takkan pernah tergantikan

Puisi ini dikutip situs SMAN 1 Depok.

Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/dte)


Hide Ads