Cak Durasim: Pagupon Omahe Doro, Urip Melu Nippon Tambah Sengsoro

Cak Durasim: Pagupon Omahe Doro, Urip Melu Nippon Tambah Sengsoro

Neshka Rizkita - detikJatim
Senin, 28 Agu 2023 12:30 WIB
Cak Durasim
Cak Durasim/Foto: Museum Penerangan RI
Surabaya -

Cak Durasim memiliki nama lengkap Gondo Durasim. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur. Cak Durasim menjadi legenda ludruk Surabaya.

Mengutip laman Universitas Dinamika, Cak Durasim memprakarsai perkumpulan ludruk di Kota Surabaya. Pembentukan ludruk itu didukung Dr Soetomo atau yang dikenal Pak Tom.

Cak Durasim menggunakan ludruk untuk menghibur rakyat sekaligus mengkritik pemerintahan Jepang saat itu. Ludruk pun menjadi hiburan rakyat Surabaya sejak masa penjajahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjuangan Cak Durasim dalam melawan penjajah memang tak perlu diragukan. Jiwa kepahlawanan telah mengakar pada kesenian ludruk Cak Durasim.

Pada 1930, penampilan ludruk Cak Durasim jauh lebih modern dibanding saat awal tercipta. Ludruk pada akhirnya menjadi satu kesatuan dengan Tari Remo, yang menonjolkan jiwa kepahlawanan, ditambah dagelan sebagai sisipan, kemudian masuk pada inti cerita.

ADVERTISEMENT

Cak Durasim bukanlah seniman biasa. Ia merupakan salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang berani berkata tidak pada penjajah. Ada satu kidung karyanya yang mengkritik keras penguasa Jepang dan sangat melegenda, yaitu:

Pagupon omahe doro

(Pagupon rumahnya burung dara)

Urip melu Nippon tambah sengsoro

(Ikut Nippon (Jepang) tambah sengsara)

seniman ludruk surabaya akan tampil di jakartaseniman ludruk surabaya akan tampil di jakarta Foto: Istimewa

Penguasa Jepang saat itu awalnya tidak mengetahui artinya. Sampai akhirnya mereka tahu dan menjadi sangat marah. Cak Durasim dan rekannya pun ditangkap saat menggelar pagelaran ludruk di Desa Mojorejo, Kabupaten Jombang.

Hingga saat ini ada dua cerita yang menyebut tentang kematian Cak Durasim. Menurut satu sumber, Cak Durasim meninggal di penjara karena dibunuh tentara Jepang pada 1944. Akan tetapi, sumber lain mengatakan Cak Durasim meninggal setelah dibebaskan pada Agustus tahun itu.

Kini nama Cak Durasim tersohor di dunia seni. Saking terkenalnya, mahasiswa Institut Teknologi Bandung selalu menggaungkan nama Cak Durasim setiap berdiskusi tentang seni ludruk. Sayangnya, tidak banyak data-data tentang Cak Durasim maupun keluarganya.

Meski terkenal di Surabaya lewat Cak Durasim, ludruk sebenarnya berasal dan dibesarkan di Jombang. Ialah Pak Santik, seorang petani dari Desa Ceweng (sekarang bagian dari Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang), orang pertama yang mendirikan ludruk.

Sebagai petani dengan penghasilan kecil, dia tidak pernah sedih. Sebaliknya, dia sering membuat orang tertawa. Pada 1907, Pak Santik mulai mencari uang dengan mengamen.

Dari sinilah sejarah ludruk. Pak Santik berkenalan dengan Pak Amir dari Desa Plandi, yang pandai bermain musik. Kemudian bergabunglah Pak Pono, yang tampil berpakaian wanita atau yang dikenal wedokan dalam ludruk.

Mereka bertiga melakukan perjalanan dari satu desa ke desa lain. Mereka menyampaikan pesan melalui parikan-parikan (pantun bahasa Jawa) yang menarik perhatian orang yang mendengarkannya. satu di antaranya:

Keong nyemplung neng blumbang

(Keong masuk kolam)

Tinimbang nyolong aluwung mbarang

(Daripada mencuri lebih baik mengamen)

Artikel ini ditulis oleh Neshka Rizkita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)


Hide Ads