Film Primbon sedang tayang di bioskop Indonesia. Dalam budaya Jawa, apa itu Primbon?
Sebelum membahas apa itu Primbon, tak ada salahnya untuk menyimak sekilas mengenai sinopsis film Primbon yang bergenre horor tersebut.
Mengutip detikHot, film Primbon disutradarai Rudi Soedjarwo. Film ini mengangkat nuansa kearifan lokal tentang Primbon sebagai bagian dari budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sederet pemeran dalam film Primbon yakni Happy Salma, Nugie, Flavio Zaviera, Chicco Kurniawan, Azela Putri, Jajang C. Noer, Oppie Andaresta, Septian Dwi Cahyo, hingga Ony Seroja Hafiedz. Film ini mengisahkan hilangnya seorang anak bernama Rana.
Baca juga: 3 Tradisi Malam 17 Agustus HUT RI di Jatim |
Rana diyakini telah meninggal dunia saat melakukan pendakian gunung bersama temannya, Janu. Sang ibu, Dini, tidak dapat menerima kenyataan tersebut dan dengan teguh memegang keyakinan bahwa putrinya masih hidup.
Keajaiban terjadi ketika Rana kembali pulang setelah digelar tahlilan. Mereka yang hidup dengan mengandalkan Primbon sebagai pegangan, percaya bahwa Rana yang kembali ini bukanlah manusia.
Terlepas dari kisah di film tersebut, lantas apa itu Primbon dalam budaya Jawa?
Primbon
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Primbon merupakan kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari baik, hari nahas, dan sebagainya). Atau buku yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib (rajah, mantra, doa, tafsir mimpi), sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur untuk mengadakan selamatan, mendirikan rumah, memulai perjalanan, dan mengurus segala macam kegiatan yang penting, baik bagi perseorangan maupun masyarakat.
Mengutip situs Informasi dan Publikasi Masyono Staff UGM (Universitas Gadjah Mada), Maryono, SIP menjelaskan, Primbon merupakan salah satu warisan budaya, yang mungkin di dalamnya terdapat pengetahuan dan kearifan lokal (local wisdom) dari warisan nenek moyang. Kitab Primbon biasanya berisi petunjuk dan panduan dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau keterangan ringkas tentang suatu masalah.
Dalam repository Unair dijelaskan, Kejawen berkaitan dengan spiritualitas. Spiritualitas adalah prinsip hidup seseorang untuk menemukan makna serta tujuan dalam hidup, disertai rasa keterikatan dengan sesuatu misteri, maha tinggi Tuhan, atau sesuatu yang universal.
Seperangkat kejawen yang selalu hadir adalah dunia mistik yang misterius dan kompleks. Di dalamnya terdapat berbagai tradisi ritual dan sejumlah petungan (perhitungan).
Ajaran-ajaran kejawen biasanya disebarluaskan melalui tuturan (lisan). Namun ada pula yang telah dibukukan.
Kumpulan dari Cathetan yakni tulisan tangan atau compendium yang sudah dibukukan disebut Primbon. Primbon mempunyai maksud yakni pengetahuan mistik yang terus diperbarui.
Sebab menurut Arps pada 1999, akar kata Primbon yaitu imbuh yang berarti tambah. Artinya catatan yang terus menerus diperbarui manakala ada tambahan ilmu yang baru.
Baca juga: 3 Tradisi Malam 17 Agustus HUT RI di Jatim |
Kata Primbon berasal dari kata dasar imbu yang berarti memeram buah agar matang, yang kemudian mendapat imbuhan pari- dan mendapat akhiran -an, sehingga terbentuk kata Primbon. Secara umum, Primbon memiliki pengertian buku yang menyimpan pengetahuan tentang berbagai hal. Materi yang disimpan di dalam kitab Primbon tentu saja informasi dan pengetahuan penting yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Masyarakat Jawa pada umumnya menganggap Primbon adalah kitab yang berisikan perhitungan hari baik dan hari naas. Juga buku yang menghimpun berbagai pengetahuan spiritual kejawaan.
Masyarakat Jawa pada umumnya juga menganggap Primbon berisi rumus ilmu gaib seperti rajah, mantra, doa, tafsir mimpi. Juga berisi sistem bilangan pelik untuk menghitung hari mujur, mengadakan selametan, mendirikan rumah, memulai perjalanan, serta mengurus segala macam kegiatan yang penting, baik bagi perorangan maupun masyarakat.
Ada 19 kearifan lokal yang terdapat dalam Primbon Jawa. Kearifan lokal tersebut bersumber dari ilmu titen, yakni daya ingat melalui proses kognisi dalam masyarakat Jawa, yang diwariskan secara turun-temurun.
Awalnya, Primbon merupakan teks yang bersifat privat dan rahasia yang hanya beredar secara turun-temurun melalui jaringan keluarga waris. Kemungkinan, Primbon hanya diberikan kepada seseorang melalui transmisi keguruan atau jalur berguru melalui sesepuh atau dukun.
Itu disebabkan karena kitab Primbon merupakan hasil dari upaya mengumpulkan catatan lepas dari pinisepuh. Sehingga dapat memunculkan variasi teks yang beragam dalam kitab Primbon.
(sun/iwd)