Seekor kerbau raksasa dipanggul ribuan warga didampingi dua ekor kerbau berukuran lebih kecil yang ditunggangi 2 orang lelaki berpakaian serba hitam. Kedua lelaki itu membawa cemeti di tangan masing-masing.
Bukan kerbau sungguhan, kerbau-kerbau ini adalah kerbau replika yang sengaja dibuat untuk memeriahkan Ritual Adat Keboan suku Osing di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Sejumlah petani keturunan sesepuh Desa Aliyan kesurupan. Mereka bertingkah layaknya kebo (kerbau) berkeliling ke empat penjuru desa diiringi tabuhan khas Banyuwangi. Para petani ini sesekali mandi lumpur di kubangan sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini adalah tradisi, ungkapan suka cita atas berkah yang telah diterima selama setahun sekaligus permohonan untuk keberkahan dan kejayaan di tahun berikutnya. Ini adalah adat masyarakat Osing Aliyan yang sudah mendarah daging secara turun temurun.
![]() |
"Tradisi Keboan ini merupakan sarana kami untuk mempererat tali silaturahmi. Dengan adat, masyarakat kami di Aliyan ini bisa bersatu membangun dan menjaga bersama," ungkap Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo.
Tradisi Keboan ini dimulai sejak pagi diawali dengan selamatan di empat penjuru desa. Bersamaan itu, sejumlah petani dan warga yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan.
Mereka melakukan Ider Bumi dengan berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para 'kerbau' itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
![]() |
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi Dwi Yanto mengungkapkan bahwa masyarakat Banyuwangi patut bangga pada seni tradisi Blambangan yang kaya dan lestari dan terus digelar secara langsung dan offline.
"Dengan Keboan Aliyan ini kami bisa melihat bahwa tradisi adat masih terus lestari di daerah kami. Kami sampaikan selamat kepada Masyarakat Aliyan, semoga acara ini berlangsung dengan sukses sampai selesai." kata Dwi Yanto.
(dpe/dte)