Ada satu tradisi unik yang dilakukan warga Malang pada saat Hari Raya Idul Adha. Warga mengarak kambing keliling kampung dimeriahkan seluruh warga dengan sangat meriah.
Tradisi unik itu digelar di sejumlah kelurahan. Salah satunya di Kelurahan Temenggungan, Kecamatan Klojen. Di lokasi itu diketahui bahwa tradisi itu dilakukan turun temurun sejak 1978.
Salah satu warga Kelurahan Temenggungan Anang Fadilah Fanani mengatakan bahwa awalnya tradisi arak-arakan kambing itu digelar hanya di dalam perkampungan saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Arak-arakan kambing keliling itu kita lakukan hanya di dalam kampung awalnya. Tidak sampai ke jalan-jalan. Dulu juga tidak terlalu ramai," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (27/6/2023).
Seiring waktu berjalan, sejak 2015 para pemuda kampung tergerak mengemas tradisi itu lebih modern dan meriah. Saking meriahnya kegiatan itu menyerupai karnaval.
"Jadi kan dari masa ke masa zaman semakin berubah. Sama anak-anak muda dikreasikan, jadi semacam karnaval tapi ngarak kambing gitu. Rute kelilingnya juga sampai keluar ke jalan-jalan," kata Anang.
"Tahun 2016 semakin maju lagi dengan didokumentasikan pakai drone sampai bikin kaos biar warga kampung seragam saat mengarak kambing," katanya.
Tradisi serupa juga ditemukan di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen. Alif, salah satu pemuda setempat mengatakan arak-arakan kambing di kampungnya tak jauh berbeda dengan daerah lain.
Anak-anak hingga orang dewasa akan membawa kambing satu per satu berkeliling kampung. Saat berkeliling panitia menyiapkan sejumlah pernak-pernik untuk menambah euforia seperti spanduk hingga flare.
"Di lingkungan kami ini memang dominan dengan pemuda supporter bola. Karena itu kami berkreasi dengan membuat spanduk, flare, dan smoke ala supporter bola," terangnya.
Tradisi arak-arakan kambing itu ternyata bukan sekadar iseng-isengan yang dilakukan secara turun-temurun. Ada maksud di balik tradisi itu yang tujuannya masuk akal.
Alif mengatakan bahwa arak-arakan kambing itu bertujuan agar hewan kurban, baik sapi maupun kambing menjadi segar, sehingga darahnya keluar lancar saat penyembelihan.
"Ini sebenarnya adalah syiar dari tetua agama kami dan sudah dilakukan sejak dulu hingga sekarang," kata Alif.
(dpe/iwd)