Petani di Desa Karanganom, Durenan, Trenggalek menggelar labuh panen menjelang panen raya padi. Dalam tradisi ini turut digelar kirab manten pari dan kenduri bersama.
Prosesi labuh panen diawali dengan kirab manten pari atau penganten padi dari area persawahan menuju pendapa lapangan Desa Karanganom. Pengantin padi disimbolkan dalam bentuk boneka yang diikat bersama tangkai padi. Tak hanya itu, petani turut serta membawa kembar mayang atau hiasan dekoratif dari janur untuk pengiring kirab pengantin.
Petani turut serta dalam iring-iringan pengantin padi sambil membawa tumpeng ayam ladha khas Trenggalek. Tiba di pendapa lapangan, dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh tani setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pengantin ini adalah perlambang dari Dewi Sri dan Jaka Sedana. Dalam legenda Jawa itu Dewi Sri dan Jaka Sedana adalah pembawa bulir padi dari kahyangan," kata tokoh petani Karanganom, Sutomo, Senin (26/6/2023).
Menurut Sutomo, tradisi labuh panen merupakan salah satu cara yang dilakukan petani setempat untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen padi yang melimpah. Sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
Rasa syukur itu diwujudkan melalui sedekah atau kenduri bersama nasi tumpeng ayam ladha. Dengan guyub rukun para petani saling berbagi dan makan bersama di pinggir sawah.
"Kami berharap ke depan panen padi di sini semakin melimpah dan dijauhkan dari hama," ujarnya.
Sutomo menambahkan pada musim panen kali ini hasil yang didapatkan petani dinilai cukup baik, karena dalam satu hektare sawah mampu menghasilkan sekitar 7 ton padi.
"Alhamdulillah hasilnya seperti yang bisa kita lihat ini," kata Sutomo.
(dpe/iwd)