Tumpeng Sewu, Tradisi Osing Kemiren yang Tetap Mengakar hingga Kini

Tumpeng Sewu, Tradisi Osing Kemiren yang Tetap Mengakar hingga Kini

Eka Rimawati - detikJatim
Kamis, 22 Jun 2023 23:30 WIB
Tradisi Tumpeng Sewu
Tradisi Tumpeng Sewu Suku Osing Banyuwangi (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi -

Lilin lilin dinyalakan, tikar digelar, tumpeng-tumpeng dengan ayam bakar bercampur bumbu parutan kelapa ditata. Sepanjang pinggiran jalan Desa Osing Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi penuh dengan warga yang siap menggelar ritual adat Tumpeng Sewu.

Tak ada catatan pasti sejak kapan ritual ini digelar. Namun tokoh adat kampung Osing, Adi Purwadi mengungkapkan, tradisi memasak tumpeng dengan kelengkapan pecel pithik sudah ada sejak sebelum ia lahir, namun baru digelar secara masal pada tahun 2000-an.

"Sejak jaman dulu sudah ada, tapi di rumah sendiri - sendiri dan baru tahun 2000-an digelar bersamaan seperti sekarang," ungkap Adi, Kamis (22/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ritual akan, sebagian lampu jalan dimatikan, obor-obor dinyalakan pertanda waktunya ritual tumpeng Sewu digelar. Nasi putih hangat dipadu dengan pecel pithik menjadi hidangan wajib khas suku Osing yang tidak boleh ditinggalkan.

"Pecel pithik ini wajib itu menu utama, salah satu kuliner khas Osing." Tutur kepala desa Kemiren, Muhammad Arifin.

ADVERTISEMENT

Arifin menambahkan Tumpeng Sewu merupakan wujud syukur dan ekspresi gotong royong serta toleransi di dalam masyarakat Osing. Hadir dalam acara tersebut bukan hanya masyarakat Osing tapi juga sejumlah warga dari luar kampung adat. "Ini merupakan wujud syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa," Tutur Arifin.

Makan bareng dalam tradisi Tumpeng Sewu dimulai setelah Magrib, atau sekitar pukul 15.30 WIB.

Sebelum tumpeng digelar, barong Osing diarak di sepanjang desa Osing. Barong diarak dari dua sisi timur dan barat, lalu bertemu di titik utama yakni di bagian tengah kampung.

"Tadi sore barong ubes-ubes blarak diarak di jalan desa, baru tumpeng makan bersama-sama," Terang Arifin.

Bagi warga yang hadir di ritual ini, maka wajib makan saat tumpeng telah disajikan. Hal ini sebagai salah satu bentuk penghormatan dan kebersamaan.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads