Paguyuban Aji Wengker Ponorogo Gelar Jamasan Pusaka di Bulan Selo

Paguyuban Aji Wengker Ponorogo Gelar Jamasan Pusaka di Bulan Selo

Charolin Pebrianti - detikJatim
Sabtu, 03 Jun 2023 17:20 WIB
Paguyuban Aji Wengker Ponorogo Gelar Jamasan Pusaka di Bulan Selo
Jamasan Pusaka di Bulan Suro (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Paguyuban Aji Wengker Ponorogo menggelar acara jamasan pusaka di Bulan Selo. Padahal biasanya jamasan dilakukan saat tahun baru Islam atau Bulan Suro. Lantas apa alasannya?

Acara ini disebut Jamasan Pusaka Tumpak Landep. Ada 58 keris, 2 tombak dan 1 kujang yang dijamas. Puluhan pusaka itu diyakini sudah berusia ratusan tahun.

"Acara jamasan pusaka tumpak landep pada dasarnya sama dengan jamasan di waktu lain. Sejarah yang kami kaji, Jamasan tumpak landep ada sebelum Mataram Islam," ujar Ketua Aji Wengker Ponorogo, Titis Mursito, Sabtu (3/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Titis menambahkan pada masa Sultan Agung Mataram Islam dilakukan pada Suro. Dia pun berusaha menggali menghidupkan kembali sehingga warna Warni budaya.

"Jamasan diawali dengan selamatan kemarin Jumat (2/6/2023) malam. Kemudian mocopat tentang filosofi Jamasan pusaka," imbuh Titis.

ADVERTISEMENT

Titis pun menceritakan prosesi jamasan dimulai dengan mengumpulkan 7 sumber mata air yang dicampur dengan 7 macam bunga. Setelah itu, satu per satu pusaka dibersihkan dan dimandikan dengan air tersebut.

"Selama prosesi jamasan dilakukan oleh 54 anggota paguyuban Aji Wengker dan dilakukan dengan hening tanpa ada yang berbicara," terang Titis.

Titis menerangkan prosesi jamasan pusaka diiringi dengan kirab dan larungan. Setelah selesai proses jamasan, kemudian digelar larungan dengan kirab pertunjukan Reog.

Kirab Reog ini juga dilakukan oleh pembarong kembar Ponorogo, Wondo dan Wandi. Juga jathil lanang, Sudirman dan Agung Priyanto.

"Larungan digelar di Sungai Paju, Kelurahan Paju, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo," ujarnya.

Dipilihnya Sungai Paju ini, lanjut Titis, sebagai filosofi berkumpulnya air nanti bermuara pada air laut. Dengan adanya jamasan pusaka selain untuk nguri-uri budaya juga diharapkan Indonesia diberi kemakmuran dan terhindar dari malapetaka.

"Kami berharap dengan menggelar tradisi ini, bangsa indonesia terus diberi kemakmuran dan terhindar dari malapetaka," pungkasnya.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads