Sepenggal Sejarah Kabupaten Lamongan yang Kini Berusia 454 Tahun

Sepenggal Sejarah Kabupaten Lamongan yang Kini Berusia 454 Tahun

Eko Sudjarwo - detikJatim
Jumat, 26 Mei 2023 14:54 WIB
makam mbah lamong
Makam Mbah Lamong Adipati Lamongan pertama (Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim)
Lamongan -

Kabupaten Lamongan menginjak usia 454 tahun. Hari Jadi Lamongan diperingati setiap tanggal 26 Mei. Hari Jadi Lamongan didasarkan pada prosesi wisuda atau pengangkatan Adipati Lamongan pertama.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan Siti Rubikah menjelaskan hari jadi Lamongan ini didapat dari sumber buku wasiat Silsilah Sunan Giri yang ditulis dengan huruf jawa lama. Buku ini masih disimpan oleh juru kunci Makam Sunan Giri, Almarhum Mohammad Badawi.

"Hari Jadi Lamongan ditetapkan bertepatan dengan diwisudanya Adipati Lamongan yang pertama, Ronggo Hadi yang memiliki nama kecil Hadi, seorang pemuda yang berasal dari Desa Cancing, yang saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Ngimbang," kata Rubikah kepada detikJatim, Jumat (26/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak masih muda, Hadi sudah nyuwito di Kasunanan Giri yang ada di Gresik dan menjadi santri yang sangat dikasihi Sunan Giri. Dari sini lah kecakapan, keterampilan, dan kecepatannya menguasai ajaran Islam serta seluk-beluk pemerintahan menjadi perhatian Sunan Giri.

Sunan Giri kemudian memerintahkan Hadi untuk menyebarkan ajaran Islam sekaligus menata pemerintahan dan kehidupan rakyat di kawasan yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri. Wilayah tersebut bernama wilayah Kenduruhan.

ADVERTISEMENT

"Kampung Kenduruhan hingga saat ini masih ada, saat ini masuk di Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Lamongan," ujar Rubikah

Untuk melaksanakan tugas berat tersebut, Sunan Giri lalu memberi sebutan Rangga kepada Hadi. Sejak saat itu Hadi mulai dipanggil dengan sebutan Rangga Hadi. Ia bersama segenap pengukutnya kemudian menaiki perahu melewati Kali Lamong dan
berhasil menemukan tempat bernama Kenduruhan sesuai yang dititahkan oleh Sunan Giri.

"Di Kenduruhan usaha Rangga Hadi menyebarkan ajaran Islam, mengatur pemerintahan dan kehidupan rakyat berjalan dengan baik dan lancar," terang Rubikah.

Di tempat baru itu, Rangga Hadi sangat dicintai rakyatnya. Rakyat, tambah Rubikah, selalu 'Lam-Lamen kepada sosok 'Pamong' yang bijaksana seperti Rangga Hadi. Dari sifat kepemimpinan dan sosoknya yang ngemong ini, Rangga Hadi kemudian lebih dikenal dipanggil dengan sebutan Mbah Lamong.

"Kata Lamong berasal dari kata Lam-Lamen yang berarti terkenang-kenang, dan kata Pamong yang berarti pemimpin. Jika diambil arti dari Bahasa Kawi atau Jawa Kuno, kata Lamong berasal dari kata La atau Ra yang berarti baik, dan kata Mong dari kata Ngemong yang artinya menjaga atau memelihara," jelas Rubikah.

Jadilah nama Rangga Hadi yang adalah sosok pemimpin yang baik, pandai memelihara dan menjaga rakyat hingga membuat rakyatnya terkenang-kenang menjadi tersohor dengan nama Mbah Lamong. Dari kata ini pula, kawasan dimana Mbah Lamong bertempat tinggal dan memegang kepemimpinan lama-kelamaan disebut Lamongan.

"Kampung tempat tinggal Rangga Hadi berada di sebelah Kampung Kenduruan yang bernama Kampung Kranggan yang hingga saat ini juga masih ada kampung tersebut," jelasnya.

Karena wilayah yang dipimpin oleh Rangga Hadi atau Mbah Lamong sudah tertata, ungkap Rubikah, kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen meningkatkan status wilayah tersebut dari sebuah Kranggan Menjadi Kadipaten yaitu Lamongan.

Penetapan menjadi sebuah kadipaten atau kabupaten itu berlangsung dalam Pasamuan Agung yang diselenggarakan Kasunanan Giri yang mengundang seluruh Adipati dan Tumenggung yang telah memeluk agama Islam, bersamaan dengan peringatan Grebeg Besar 10 Dzulhijjah.

"Rangga Hadi atau Mbah Lamong diangkat menjadi Adipati Lamongan yang pertama dengan Gelar Tumenggung Surajaya. Pasamuan Agung tersebut terjadi pada 10 Dzulhijjah tahun 976 Hijriyah,"tandas Rubikah.




(abq/iwd)


Hide Ads