Menguak Jejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan

Menguak Jejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan

Eko Sudjarwo - detikJatim
Minggu, 16 Jan 2022 11:34 WIB
Jejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan
Prasasti Kerajaan Airlangga (Foto: Eko Sudjarwo/detikcom)
Lamongan -

Jejak-jejak kuno peninggalan Raja Airlangga banyak ditemukan di Lamongan. Jejak-jejak sejarah ini berupa prasasti dan juga benda-benda sejarah lainnya diduga berasal dari masa Kerajaan Airlangga. Banyaknya temuan ini membuat Lamongan disebut sebagai daerah yang penting semasa pemerintahan Kerajaan Airlangga.

Pemerhati budaya dari Lamongan Supriyo mengatakan, Lamongan menyimpan data yang luar biasa mengenai Raja Airlangga yang selama ini belum banyak diketahui. Tinggalan yang diperkirakan dari masa Airlangga itu di antaranya berupa tulisan di atas batu atau prasasti, candi, sisa struktur, sisa pemukiman, lumpang umpak, lingga yoni dan masih banyak lagi.

"Dari data sementara yang terkumpul paling tidak terdapat lebih dari 20 peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh Lamongan tapi lebih dominan di wilayah Lamongan selatan," kata Supriyo saat berbincang dengan detikJatim, Minggu (16/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa prasasti-prasasti yang dikeluarkan Raja Airlangga dan ditemukan di Lamongan seperti prasasti pamwatan (Pamotan), prasasti Pasar Legi (Sendang Rejo, prasasti Puncakwangi, Prasasti Wotan (Slahar Wotan), dan lainnya. Tinggalan lainnya yang hingga saat ini masih terus dilakukan adalah situs Candi Patakan yang ada di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng yang diduga adalah tempat persembunyian raja Airlangga.

"Menurut hasil-hasil penelitian para arkeolog, sebagian besar prasasti Airlangga banyak ditemukan di sekitar Jombang dan Lamongan, membujur dari sekitar Ploso ditepian sungai Brantas, Sambeng, Ngimbang, Modo, dan Babat sekitar Bengawan Solo," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Berdasar data faktual berupa prasasti tersebut, lanjut pria yang juga Ketua Lesbumi Lamongan ini, bisa disimpulkan jika Kota Soto merupakan daerah penting semasa pemerintahan Airlangga. Tidak dapat dinafikan pula, wilayah Lamongan menjadi sentral dalam upaya mengungkap dan mempelajari sejarah Kerajaan Airlangga.

"Prasasti Cane sebagai awal pemerintahan Airlangga di Lamongan yang bertahun 1021), Prasasti masa akhir pemerintahan Airlangga juga di Lamongan, yaitu Prasasti Sendangrejo yang berangka tahun 1043). Rasanya sudah cukup jelas bahwa posisi Lamongan sangat penting dalam pemerintahan Airlangga," terang pria yang juga menggagas Laskar Airlangga Lamongan ini.

Jejak Raja Airlangga di Bumi LamonganJejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan/ Foto: Eko Sudjarwo

Setidaknya, imbuh Supriyo, daerah atau desa-desa ditemukan peninggalan sejarah ini seperti Desa Cane, Patakan, dan sekitarnya adalah sekelas kota dagang di masa lalu. Bahkan, Supriyo menduga, meski berpindah-pindah tapi ibukota Kerajaan Airlangga masih di sekitar wilayah Lamongan.

"Soal ibu kota, Airlangga berkali-kali pindah istana, dari Watanmas, Kahuripan dan terakhir Dahanapura. Patakan juga pernah menjadi ibukota sementara sebelum pindah ke Kahuripan. Dugaanku sih ibu kota-ibu kota itu juga sangat mungkin di sekitar wilayah Lamongan," ungkapnya.

Sementara ini menurut dia, keberadaan Desa Patakan sebagai pusat pemerintahan juga dikuatkan dengan adanya Prasasti Sendangrejo Kecamatan Ngimbang yang berangka tahun 965 Saka atau 1043 M yang memuat penghargaan atau anugerah terhadap penduduk Desa Patakan yang memuat tentang status Sima bagi Desa Patakan. Sayangnya, prasasti ini rusak pada bagian sambandha-nya sehingga tidak bisa terbaca secara jelas lagi.

"Sangat mungkin pemberian anugerah ini berhubungan dengan pertolongan dan darma bakti penduduk Patakan terhadap Raja Airlangga pada saat melarikan diri ke desa tersebut," jelasnya.

Banyaknya peninggalan sejarah masa Airlangga juga diakui oleh pemerhati budaya Lamongan lainnya, Navis Abdul Rauf. Navis mengungkapkan, dari banyaknya sebaran temuan peninggalan ini menunjukkan Lamongan dahulunya adalah kota penting.

Navis menyebut, beberapa prasasti yang ditemukan dan berkaitan dengan Lamongan itu saat ini banyak yang sudah berada di Museum Nasional Jakarta seperti prasasti Patakan, Cane, Selorejo, Biluluk I-IV yang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

"Untuk prasasti Patakan itu isinya Penetapan sima kepada penduduk Desa Patakan karena memelihara bangunan suci Bhatara ri Sang Hyang Patahunan, sehingga sima di Patakan termasuk dalam jenis sima punpunan yang biasanya berkaitan dengan bangunan keagamaan, bangunan wihara atau kabikuan," ungkapnya.

Jejak Raja Airlangga di Bumi LamonganJejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan/ Foto: Eko Sudjarwo

Pentingnya Lamongan di masa lalu itu, menurut Navis, juga terlihat dalam prasasti Patakan yang menyebut tentang keberadaan warga asing dan para profesional yang dikenai pajak. Orang-orang asing yang disebutkan di prasasti tersebut di antaranya adalah Klin (Kalingga) yang merupakan salah satu suku dari India, Sińhala (Srilanka), aryya adalah salah satu suku dari India (non Dravidian), Pandikira adalah salah satu suku dari Asia Selatan (Pandyas and Keras), Dravida salah satu suku dari Asia Selatan (Tamil), Campa adalah salah satu bagian dari Vietnam sekarang (Cam), Kmir adalah Khmer sekarang, Remen (Mon) salah satu suku dari Burma sekarang.

"Sedangkan para profesional adalah pekerja seni, pengawal, maupun kurir, dan ada pula sekelompok orang pengrajin yang disebut dengan misra," paparnya.

Tidak dapat dipungkiri, imbuh Navis, Lamongan telah eksis sejak masa prasejarah hingga kini. Rentang waktu sejarah yang panjang dari Lamongan ini, tentunya memiliki potensi penting berkaitan dengan pengembangan sejarah dan budaya di Lamongan.

"Berbagai tinggalan masa lalu yang ada di Lamongan merupakan titik awal dalam melakukan pelestarian, pemanfaatan dan pengembangannya," harapnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan Siti Rubikah mengatakan, Lamongan dengan bermacam terobosan budayanya berusaha merekonstruksi kejayaan dengan penemuan berbagai situs, memunculkan kembali budaya lama yang hampir tergerus, dan menjaga warisan budaya baik di masa Hindu-Budha, peradaban Islam, bahkan masa kolonial.

"Lamongan secara sejarah memiliki jejak kejayaan. Sebagai pusat peradaban Raja Airlangga, dilihat dari penyebaran Islam di Pantai Utara oleh Sunan Drajat, Sunan Sendang Dhuwur, dan Joko Tingkir; peninggalan Gapura Paduraksa Bersayap yang biasa disebut sebagai pintu menuju kejayaan; juga menjadi tempat peradaban ekonomi masa Kolonial Belanda yang dibuktikan dengan adanya pembangunan Waduk Prijetan dan penemuan Kapal Van Der Wijck. Jejak ini akan kami rekonstruksi kembali untuk mencapai kejayaan Lamongan yang berkeadilan," ungkap Rubikah.




(fat/fat)


Hide Ads