Selain malam selawe dan Sanggring, Kabupaten Gresik memiliki tradisi lainnya. Salah satunya tradisi kontes bandeng kawak untuk menyambut lebaran.
Tradisi kontes bandeng kawak merupakan tradisi yang sudah berusia ratusan tahun. Budaya tersebut sudah ada sejak dimulainya penyebaran agama Islam awal oleh Sunan Giri.
Penulis Buku Gresik Punya Sejarah, Eko Jarwanto menuturkan tradisi tersebut bermula dari kebiasaan santri Sunan Giri menjelang lebaran pada abad ke-15.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Santri Sunan Giri yang berasal dari berbagai daerah, seperti dari Jawa, Ambon, Hitu, Makasar, Sumatera, Kalimantan serta kawasan kepulauan lainnya. Saat hendak mudik (pulang kampung) ke daerahnya masing- masing, selalu menyempatkan membawa oleh-oleh khas dari Gresik.
Mulai dari ikan bandeng utuh, hingga berbagai olahan berbahan dasar bandeng. Oleh-oleh ini lah yang kemudian dibawa ke kampung halaman para santri.
"Secara tidak langsung, banyaknya santri dan pedagang yang melakukan jual beli membentuk sebuah pasar, disebutlah pasar bandeng. Keramaian pasar bandeng semakin meriah dengan diadakan kontes bandeng tradisional," kata Eko.
Kontes bandeng tradisional atau dikenal dengan bandeng kawak merupakan sebuah ajang kompetisi petani tambak bandeng yang ada di Gresik untuk menunjukkan hasil perikanannya. Apabila ikannya paling besar, ikan tersebut akan dilelang oleh Pemkab Gresik.
"Ikan primadona tersebut (ikan bandeng) menjadi ikan paling enak dan paling mahal. Gresik sangat terkenal dengan bandeng kawakan yakni bandeng yang dipelihara selama satu sampai dua tahun," terangnya.
Peringatan pasar bandeng di Gresik merupakan agenda pembuka kontes bandeng. Acara ini hanya diadakan setahun sekali selama tiga hari. Pada malam puncak kontes bandeng kawak akan dilakukan pelelangan ikan bandeng yang menjadi juara.
"Dalam puncak acara kontes bandeng, ikan berukuran besar akan dibawa ke atas panggung untuk di timbang dan diukur. Bandeng yang paling besar, berat, dan tanpa cacat fisik dapat menerima hadiah senilai 5-20 juta," jelas Joko.
Salah satu budayawan Gresik tersebut lalu menceritakan kontes bandeng tradisional tahun 2015. Pelelangan hasil bumi berupa ikan bandeng dimenangkan oleh warga Mengare, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik dengan ukuran bandeng kawak seberat 9 Kg. Langsung dibeli oleh Wakil Gubernur Jawa Timur dengan harga Rp 5 juta.
"Diakui bahwa bandeng yang enak berasal dari Mengare, karena lokasi Mengare berdekatan dengan pantai sehingga bandeng tidak mengandung bau tanah dalam dagingnya, dengan kata lain lebih gurih," tutur Joko.
Harga bandeng dipatok dengan angka mahal pada saat awal dibuka, penduduk asli Gresik asli biasanya akan keluar dari rumah sekitar pukul 01.00- 02.00 WIB hingga setelah shalat subuh. Karena para penjual akan menurunkan harga ke arah normal, atau sedikit di atas harga normal.
Tradisi ditutup dengan melakukan bakar ikan bandeng dan pesta kembang api di alun-alun Gresik dengan tujuan mempersatukan masyarakat Gresik dan menjaga tradisi Pasar Bandeng. Selain itu, sebagai media untuk mempererat silaturahmi seluruh unsur masyarakat dan memperkenalkan potensi wisata masyarakat Gresik ke khalayak umum.
(abq/iwd)