Sejarah Konferensi Asia Afrika yang Digelar 18 April 1955

Sejarah Konferensi Asia Afrika yang Digelar 18 April 1955

Nanda Syafira - detikJatim
Selasa, 18 Apr 2023 12:14 WIB
Konferensi Asia Afrika digelar di Bandung pada 18-24 April 1955. Salah satu pertemuan internasional terbesar pada masanya itu dihadiri sejumlah pemimpin dunia.
Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung 1955/Foto: Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia via unesco.org
Surabaya -

Hari Konferensi Asia Afrika diperingati setiap 18 April. Tanggal tersebut mengacu pada pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pada 1955.

Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan yang lahir dari perasaan senasib sepenanggungan, antara negara-negara di kawasan Asia dan Afrika sebagai dampak dari Perang Dunia II, serta ketakutan dunia akan kembalinya perang dunia.

Sebab, ada kondisi yang memanas di antara dua blok yakni blok barat dan blok timur. Konferensi itu juga merupakan bentuk solidaritas negara-negara perwakilan, untuk berupaya menghapus penjajahan dari negerinya dan negeri di sekitar Asia-Afrika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Konferensi Asia Afrika:

1. Sejarah Konferensi Asia Afrika

Mengutip situs resmi Museum Konferensi Asia-Afrika, lahirnya gagasan bermula pada 1954. Di mana Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) untuk mengadakan suatu pertemuan informal 'Konferensi Kolombo' di negaranya.

Undangan itu disambut baik pimpinan negara-negara tersebut, termasuk oleh Presiden Indonesia saat itu, Ir Soekarno. Ia menekankan Perdana Menteri Indonesia yang menjadi perwakilan dalam pertemuan tersebut, Ali Sastroamidjojo menyampaikan ide diadakannya konferensi antar-negara di Asia dan Afrika.

ADVERTISEMENT

Gagasan itu disebut Soekarno sebagai cita-cita bersama, yang didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika melalui pergerakan nasional, untuk menciptakan perdamaian dan melawan penjajahan atas negerinya, serta sebagai upaya memperluas kerja sama regional tingkat Asia Afrika.

Konferensi Kolombo yang berlangsung pada 28 April hingga 2 Mei 1954 membahas mengenai segala kepentingan bersama dari negara-negara perwakilannya. Dalam konferensi tersebut, Ali Sastroamidjojo mengusulkan gagasan yang telah disiapkan. Dengan pertimbangan, diperlukan adanya pertemuan lain yang lebih luas antara negara-negara di Asia dan Afrika.

Sebab permasalahan tersebut juga merupakan masalah krusial di antara negara Asia dan Afrika lainnya. Usulan itu membuahkan hasil, dengan diterimanya semua peserta konferensi meskipun masih dalam suasana skeptis.

Dalam suatu pertemuan 5 negara peserta Konferensi Kolombo untuk membahas mengenai persiapan Konferensi Asia Afrika, mereka sepakat menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika dengan Indonesia sebagai tuan rumah.

Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirim kepada kepala pemerintah dari 25 Negara di Asia dan Afrika. Ada satu negara yang menolak undangan tersebut, yakni Federasi Afrika Tengah. Sebab masih dalam kuasa para bekas penjajahnya. Maka dari itu, negara peserta Konferensi Asia Afrika sebagai berikut:

1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan
4. Birma (Myanmar)
5. Filipina
6. Kamboja
7. Irak
8. Iran
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung pada 18 April 1955 dan disambut meriah oleh rakyat. Mereka bertepuk tangan dan menyorak gembira tamu-tamu kenegaraan di sepanjang Jalan Asia Afrika.

Setelah mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Presiden Soekarno pidato dengan judul Let a New Asia And a New Africa be Born (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru).

Soekarno menyatakan para peserta konferensi meskipun dari bangsa dengan latar belakang identitas yang berbeda, namun dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia.

Meskipun ada kesulitan pada beberapa aspek seperti halnya perbedaan pandangan politik selama sidang tersebut, berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta tingginya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka sidang dapat terselesaikan dengan menghasilkan konsensus yang tertuang dalam komunike akhir, isinya mengenai:

1. Kerja sama ekonomi
2. Kerja sama kebudayaan
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
4. Masalah rakyat jajahan
5. Masalah-masalah lain
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional

Deklarasi pada komunike tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Dasasila Bandung:

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.

3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.

4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.

6. Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.

7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.

8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, atau pun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.

9. Meningkatkan kepentingan dan kerjasama bersama.

10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

2. Perayaan Hari Konferensi Asia Afrika Tahun ini

Hari Konferensi Asia Afrika ke-68 di tahun 2023 mengangkat tema 'Road to 2025: Towards Stronger Asia Africa' yang membawa pesan harapan akan terciptanya hubungan yang lebih erat di antara bangsa Asia dan Afrika, serta terwujudnya tonggak baru kerja sama untuk menuju Asia dan Afrika yang lebih kuat dan sejahtera.

Tema ini hadir untuk meningkatkan kesadaran publik akan peringatan KAA, serta sebagai bentuk komitmen museum KAA dalam mengemban visi misinya melestarikan nilai KAA dengan bersumber Dasasila Bandung.

Pada perayaan tahun ini, terdapat berbagai rangkaian kegiatan yang meliputi keterlibatan publik, di antaranya media engagement, pameran foto sejarah dan seminar 'Gedung Merdeka dan Diplomasi Perdamaian Dunia', jamuan teh petang bersama Saksi Sejarah KAA, pengibaran dan penurunan 109 bendera negara peserta KAA dan Bendera PBB, Asian African Conference Model (AACM), jelajah malam Museum KAA, serta perlombaan edukasi sejarah Bandung Historical Study Games (BHSG).

Untuk turut merayakannya, detikers dapat memasang twibbon di media sosial untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan adanya peringatan Hari KAA. Berikut link twibbon Hari KAA 2023.




(sun/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads