- Berikut informasi soal 6 gereja legendaris yang ada di Surabaya: 1. Gereja Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria (Kepanjen) 2. Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 3. Gereja Katolik Kristus Raja 4. Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat (GPIB) Maranatha Surabaya 5. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder Surabaya 6. Gereja Kristen Indonesia Ngagel
Surabaya merupakan kota dengan banyak bangunan berarsitektur unik peninggalan Belanda. Bangunan unik ini tak hanya berupa bangunan pemerintahan dan fasilitas publik, melainkan juga rumah ibadah, salah satunya gereja.
Di Surabaya terdapat banyak gereja yang dijadikan tempat beribadah umat Kristen dan Katolik. Beberapa diantaranya merupakan gereja dengan arsitektur unik, legendaris, bahkan ada yang dijadikan cagar alam.
Berikut informasi soal 6 gereja legendaris yang ada di Surabaya:
1. Gereja Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria (Kepanjen)
Lokasi: Jalan Kepanjen No.4-6 Surabaya
Di bangun pada 1899, gereja ini merupakan salah satu gereja Katolik tertua di Surabaya. Gaya arsitektur neo gotik yang unik mempengaruhi bentuk gereja yang terletak tak jauh dari Tugu Pahlawan dan Kantor Gubernur ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari laman keuskupansurabaya.org, pada awalnya terdapat sebuah rumah pastoran dan ibadah lebih dahulu ada di Roomsche Kerkstraat atau sekarang bernama Jalan Cendrawasih. Rumah pastoran tersebut dibangun dua pastor yang tiba di Surabaya pada 1810.
Kemudian, pada 22 Maret 1822, Pastor Henricus Waanders bersama seluruh umat Katolik di Surabaya berhasil mendirikan gereja pertama di Surabaya, yang terletak di Jalan Cendrawasih tersebut. Kemudian, pada 1899, gereja ini dialihkan ke Jalan Kepanjen.
Sementara itu, dilansir dari laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, pembangunan gereja ini berawal pada pemancangan tonggak pertama pada 12 April 1899. Pada 19 Agustus 1899, Pastor PJ van Santen meletakkan batu pertama pembangun gereja ini.
Pembangunan gereja bergaya neo gotik ini merupakan rancangan arsitek bernama Westmaas (Belanda) dan Muljono Widjosastro (Indonesia). Kaca mozaik dalam gereja ini berwarna-warni yang membentuk gambar perjalanan Kristus dan murid-muridnya.
Uniknya, jika dilihat dari atas, bentuk gedung gereja ini berbentuk salib. Ruangan dalam gereja ini terdiri dari ruang utama gereja, ruang doa di sisi kiri bangunan utama untuk berdoa, serta kantor gereja.
Pada tanggal 5 Agustus 1900, Mgr Edmundus Sybrandus Luypen memberkati pembangunan gereja tersebut yang dipersembahkan pada Bunda Maria, oleh sebab itu gereja ini dinamai 'Kelahiran Santa Perawan Maria'.
Pada masa-masa kemerdekaan, gereja ini sempat terbakar dan direnovasi dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya.
2. Gereja Katolik Hati Kudus Yesus
Lokasi: Jalan Polisi Istimewa No.15, Surabaya
Gereja rancangan Ed Cypress Bureau ini diresmikan dan diberkati dengan nama Gereja Hati Kudus Jesus oleh Mgr Luypen pada 21 Juli 1921. Seluruh pembangunan itu disebut menelan biaya sebesar 160.000 Gulden.
Gereja ini memiliki daya tampung 900 orang, sedangkan jumlah umat Katolik pada saat itu sebanyak 2.000 orang. Pustakawan Universitas Ciputra Surabaya Chrisyandi Tri Kartika menyebut, denah berbentuk empat persegi panjang dan konstruksi bentuk Basilika gereja tersebut dibangun oleh arsitek Huswit-Fermont.
3. Gereja Katolik Kristus Raja
Lokasi: Jalan Residen Sudirman No.3 60131 Surabaya Jawa Timur
Sejarah berdirinya gereja ini diawali saat kedatangan lima imam Lazaris sebagai misonaris pertama untuk misi Surabaya pada tahun 1923, diantaranya Pastor Dr. Th. de Backere, CM; Th. H. Heuvelmans, CM; Cornelius Klamer, CM; E. Sarneel, CM; dan G.J. Wolters.
Pada 1927 terbentuk Stasi Ketabang, yang kini lebih dikenal dengan Paroki Kristus Raja dengan Romo perintisnya ialah Romo G.W. Litjens, CM, yakni seorang Pastor Pemelihara Rohani untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda (Aalmoezenier) yang ditugaskan di Ketabang.
Sebagai pusat kegiatan di Stasi Ketabang, maka disana dibangun sebuah gedung sekolah di Derxstraat (Jl. Residen Sudirman). Sekolah tersebut diberkati pada Juli 1929 kemudian diresmikan sebagai sekolah pada Februari 1930 serta diberi nama 'Hollands Indische School (HIS) Santa Theresia'.
Sekolah tersebut berkembang dengan dibanjiri murid-murid baru, namun pada saat itu Stasi Ketabang belum memiliki gedung gereja. Hingga kegiatan besar keagamaan seperti natal dan upacara misa kudus dilakukan di gedung sekolah.
Sejak 1938, sekolah Santa Theresia menjadi Santa Theresia Hulpkerk (Gereja Bantu Santa Theresia) atau gereja tetap Stasi Ketabang. Semula bernama Santa Theresia Hulpkerk, kemudian gereja ini berganti nama menjadi Kristus Koningkerk atau Gereja Kristus Raja.
Saat masa pendudukan Jepang, Sekolah Santa Theresia dan gereja Kristus Raja diduduki tentara Jepang dan digunakan sebagai pos penjagaan. Pasca kekalahan Jepang, tepatnya pada tahun 1956, Romo M. Dijkstra, CM berinisiatif untuk membangun sebuah gereja Kristus Raja yang baru. Setahun kemudian, tahun 1957, gereja Kristus Raja diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Drs. J.A.M. Klooster, CM.
4. Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Jemaat (GPIB) Maranatha Surabaya
Lokasi: Jalan Yos Sudarso 2- 4, Kel. Ketabang, Genteng, Kota Surabaya.
Gereja dengan gaya arsitektur Belanda yang berciri art deco ini dapat terlihat dari bentuk atap yang besar dan rendah, dengan gaya jendela dan pintu ala Belanda. Gereja ini merupakan salah satu cagar budaya, hal ini tertuang dalam SK WALIKOTA SURABAYA No. 188.45/573/436.1.2/2011.
Dikutip dari gpibmarkus.org, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) adalah kumpulan persekutuan umat percaya Kristen Protestan di Indonesia yang merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) yang pada jaman Hindia Belanda bernama De Protestantse Kerk In Westelijk Indonesie.
5. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder Surabaya
Lokasi: Jalan Pregolan Bunder, Surabaya
Merupakan gereja yang dijadikan salah satu bangunan cagar budaya di Surabaya. Dikutip dari 'Penelitian Representasi Spritualitas Kristen pada arsitektur GKI Pregolan Bunder Surabaya' karya Trifena Wijaya, pembangunan gereja ini diinisiasi oleh seorang misionaris dari Belanda, Pendeta Abraham Delfos.
Gereja ini dibangun pada 1918, dan pembangunannya berlangsung selama 3 tahun, yakni selesai pada 1921. Dosen Sejarah FIB dari Universitas Airlangga, Adrian Perkasa menjabarkan, gaya arsitektur kolonial di GKI Pregolan Bunder terasa kuat.
Hal ini disebabkan gaya bangunannya sejenis dengan bangunan kolonial yang umumnya berkembang di Surabaya sekitar tahun 1880-1920 an.
Pada awalnya, gereja ini bernama Gereja Gereformeerd Surabaya (GGS), yang terbentuk pada 1881 dan diresmikan oleh organisasi bernama de Christeijke Gereformeerde Kerk dengan memperoleh status badan hukum berdasarkan Staatblad pada 9 April 1893 Nomor 100.
GGS kemudian masuk klasis Batavia (Jakarta) dengan anggota Jakarta, Surabaya, dan Bandung pada 1920, lalu bergabung dengan Sinode GKI Jatim pada November 1960.
Hal ini kemudian yang mendasari perubahan nama gereja ini menjadi seragam dengan nama GKI Pregolan Bunder Surabaya pada 11 September 1987. Gereja ini menjadi perintis GKI di Surabaya dan sekitarnya, diantaranya GKI Darmo Satelit, GKI Manyar, GKI Merisi dan GKI Gresik.
6. Gereja Kristen Indonesia Ngagel
Lokasi: Jalan Ngagel Jaya Utara 81, Kota Surabaya
Peresmian gereja ini dipimpin oleh Pendeta Han Bin Kong, pada 13 Desember 1966. Gereja dengan luas sekitar 950 m2 dengan bangunan setinggi 4 lantai ini memiliki daya tampung maksimal 252 orang.
Dalam sejarahnya, GKI Ngagel dimulai dengan pembukaan pos kebaktian di rumah keluarga Kho Kiem Boen Jalan Pucang Anom Timur II/31 Surabaya. Pos kebaktian ini berada di bawah pengelolaan GKI Diponegoro Surabaya.
Selanjutnya, dirasa perlu adanya pembangunan gereja yang lebih memadai untuk beribadah, pelayanan dan kesaksian. Hingga kemudian pada 1 Januari 1966 pembangunan gereja dibangun dengan peletakan batu pertama oleh Kepala Bimbingan Masyarakat Kristen, R. Rasyid Padmosoediro. Pembangunannya terbilang cukup cepat, yakni kurang dari setahun sejak peletakkan batu pertamanya.
(hil/dte)