Dara Puspita merupakan band rock legendaris asal Surabaya. Band dengan seluruh personel perempuan ini didirikan pada April 1964. Kariernya kemudian melejit di Tanah Air hingga daratan Eropa.
Cikal bakal Dara Puspita berawal dari grup musik sekolah bernama Nirma Puspita pada 1961 di Surabaya. Saat itu grup itu memiliki 14 anggota perempuan dengan usia rata-rata 13 tahun dari berbagai sekolah.
Preva Asmara Subiyantoro dalam jurnal Avatara Unesa berjudul Perkembangan Grup Musik Dara Puspita Tahun 1965-1972 menjelaskan grup musik sekolah saat itu sering mengikuti perlombaan musik dan festival band.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nirma Puspita rutin latihan musik bersama setiap hari Sabtu dan Minggu di Jalan Kilibalu. Banyak lomba-lomba festival band Surabaya yang diikuti oleh Nirma Puspita. Dalam setiap perlombaan Nirma Puspita selalu mendapatkan juara pertama," jelas Preva seperti dikutip detikJatim, Kamis (9/3/2023).
Nama grup musik Nirma Puspita kemudian pada tahun 1964 berubah menjadi Irama Puspita. Ini karena seiring waktu berjalan, anggotanya mulai berkurang karena harus menikah atau bekerja.
"Sisa anggota Nirma Puspita tetap bertahan dalam karier musik dengan nama baru yaitu Irama Puspita. Nama Irama Puspita dinilai lebih cocok menggantikan nama Nirma Puspita, karena grup Irama Puspita memiliki irama musik lain yang lebih baik," kata Preva.
Dari anggota yang tersisa, Titiek A. R, Lies A. R dan Susy Nander merupakan tiga anggota Irama Puspita yang benar-benar memiliki kemauan besar di bidang musik. Mereka kemudian membesarkan nama grupnya menjadi populer di tahun 1960-an.
Awal Oktober 1964, Titiek bersama Lies dan Susy kemudian meninggalkan bangku sekolah dan hijrah ke Jakarta dengan modal nekat. Hijrahnya mereka tak lepas dari saran Koes Bersaudara (Koes Plus) yang sempat mereka temui saat menggelar konser di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.
Saat itu, ketiganya bertemu dengan idola mereka Koes bersaudara dan menyarankan mereka untuk ke Jakarta jika ingin berkarier di musik. Ini karena saat itu di Surabaya belum ada studio rekaman piringan hitam. Padahal Irama Puspita saat itu punya potensi besar.
Gayung bersambut, meski sempat ditentang orang tuanya, keinginan hijrah ke Jakarta akhirnya mendapat restu. Ibu Titiek dan Lies bahkan rela menjual perhiasan yang dimiliki sebagai bekal selama di Jakarta.
"Ibu Titik A.R dan Lies A.R rela menjual perhiasan yang dimiliki untuk bekal anak-anaknya di Jakarta. Titiek A. R, Lies A. R, Susy Nander, dan Ani Kusuma berangkat dengan berbekal uang sebanyak Rp 1.000 masing-masing orang dengan menggunakan kereta api," beber Preva.
Keberangkatan Titiek, Lies dan Susy ke Jakarta kemudian diikuti Ani Kusuma. Keempat dara ini lantas mendatangi markas Koes Bersaudara di Jalan Mendawai III/14 Kebayoran Baru. Di sana, mereka dibimbing dan dilatih langsung oleh para personel Koes.
"Dalam berlatih musik anggota Irama Puspita dapat dengan mudah mempelajari irama musik baik irama musik pop atau irama musik Barat. Lagu-lagu Koes Bersaudara, The Beatles, Rolling Stones yang sedang populer saat itu mampu mereka bawakan dengan sempurna," terang Preva.
Selanjutnya, kesempatan show pertama datang