Gubernur Khofifah Ungkap Asal Tradisi Halalbihalal Jadi Kultur Nasional

Gubernur Khofifah Ungkap Asal Tradisi Halalbihalal Jadi Kultur Nasional

Erliana Riady - detikJatim
Sabtu, 08 Okt 2022 19:57 WIB
Gubernur Khofifah di Makam Bung Karno
Gubernur Khofifah Indar Parawansa di Makam Bung Karno (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berziarah ke Makam Bung Karno (MBK). Di sini, Khofifah sempat menceritakan asal-usul halalbihalal. Tradisi dari kedekatan Bung Karno dengan ulama itu, kini lestari menjadi sebuah kultur nasional.

Khofifah mengatakan, Bung Karno memiliki kedekatan luar biasa dengan para tokoh agama, utamanya para ulama yang sekarang disebut dengan istilah Ulama-Umarok. Bung Karno sering meminta masukan kepada para ulama terkait semua hal dalam bingkai kebangsaan. Termasuk halalbihalal yang sekarang dilakukan oleh hampir semua warga bangsa.

"Kita melihat halalbihalal bukan hanya domain umat Islam. halal bihalal sudah menjadi kultur masyarakat Indonesia," kata KIP usai ziarah di MBK, Sabtu (8/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KIP kemudian menceritakan, pada tahun 1948, Bung Karno bersilaturahim dengan Kiai Wahab Hasbullah. Saat itu, ia mengkhawatirkan adanya disintegrasi bangsa jika masing-masing pihak merasa paling benar akan menimbulkan perpecahan. Untuk itu, Bung Karno mengusulkan digelarnya silaturahmi.

"Saat itu Kiai Wahab Hasbullah mengatakan 'Pak Presiden kalau silaturahim itu kan sudah biasa. Ini kan bulan puasa, sebentar lagi Lebaran. Bagaimana kalau saya usul halal bihalal. Satu dengan yang lain saling berjabatan tangan sambil menghalalkan jika ada khilaf," tutur Khofifah.

ADVERTISEMENT

Khofifah menilai, usulan ini merupakan upaya Kiai Wahab Hasbullah membangun komunikasi dan memberikan rekomendasi-rekomendasi. Di mana rekomendasi itu pada akhirnya menjadi kultur nasional. Sehingga, jika ada halal bihalal bukan hanya domain umat Islam, namun sudah menjadi kultur warga bangsa.

Betapa kemudian kekerabatan, persaudaraan dan persatuan bisa terbangun antara satu dengan yang lain. Kemudian, perbedaan-perbedaan bisa menjadi penguat untuk membangun bangsa dan negara Indonesia.

"Jadi, perbedaan tidak boleh menimbulkan perpecahan. Perbedaan tetap harus dalam kerangka persaudaraan, persatuan dan kesatuan. Saya rasa pola-pola itu akan menjadi referensi kami semua. Antara ulama dengan umarok, antara tokoh agama dengan kepemimpinan secara formal," pungkasnya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads