Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1948 terjadi di Madiun. PKI menguasai Madiun selama 13 hari.
Peristiwa mencekam itu akan selalu diingat warga Madiun. Terlebih ada Monumen Kresek di Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, sebagai pengingat sejarah kelam tersebut.
Pemberontakan PKI pada 1948 dipimpin oleh Munawar Muso atau Musso. PKI menguasai Madiun selama 13 hari.
"Dalam catatan sejarah, PKI menguasai Madiun selama 13 hari sejak tanggal 18-30 September 1948," ujar Pengelola Monumen Kresek, Tri Sugianto kepada detikJatim, Rabu (28/9/2022).
Pemberontakan PKI menelan banyak korban jiwa. Bahkan menurut Sugianto, total korban jiwa mencapai 1.920 orang. Di mana 17 di antaranya merupakan tokoh di Madiun.
"Nama-namanya pun ada, 17 tokoh korban PKI di Madiun diabadikan pada salah satu prasasti yang ada di kawasan Monumen Kresek. Tapi sebenarnya korban pembantaian PKI kala itu mencapai 1.920 orang tapi tidak dikenali," kata Sugianto.
Salah satunya Kiai Husen. Di Madiun ada patung Kiai Husen. Juga ada patung Musso yang tengah mengayunkan pedang panjang.
"Itu patung tokohnya PKI, Musso yang mengayunkan parang panjang ke patung Kiai Husen," terang Sugianto.
Menurut Sugianto, Kiai Husen merupakan salah seorang ulama yang berpengaruh di Madiun. Ia juga anggota DPRD Kabupaten Madiun saat itu.
Baca juga: Sederet Jenderal yang Jadi Korban G30S/PKI |
Di Monumen Kresek juga terdapat sejumlah relief yang menggambarkan kekejaman dalam Pemberontakan PKI 1948.
"Ini reliefnya yang menggambarkan kekejaman PKI di Madiun saat itu. Ada pula salah satu prajurit TNI yang gugur saat pembantaian tersebut adalah Kolonel Inf Marhadi, diabadikan dalam nama jalan di Madiun Kota," papar Sugianto.
Terlepas dari itu, Monumen Kresek bisa menjadi referensi untuk belajar sejarah kelam Pemberontakan PKI 1948. "Buat dunia pendidikan agar tidak terlupakan kejamnya PKI," pungkasnya.
Dalam data yang dihimpun detikJatim, Monumen Kresek dibangun pada 1987. Lalu diresmikan pada 10 Juni 1991 oleh Gubernur Jawa Timur kala itu, Soelarso.
Kawasan monumen seluas 2 hektare itu juga kerap digunakan untuk upacara dan ajang berkemah oleh para pelajar. Mereka biasanya bermalam 3-4 hari bersama guru mereka. Ada juga kegiatan kepemudaan lainnya seperti napak tilas.
Simak Video "Lukas Tumiso, Eks Tapol Penyintas Pulau Buru"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)