.webp)
Kepala Desa Pocong, H Masturi mengakui soal kekompakan warga dalam menjaga sumber mata air yang ada. Terlebih banyak sumber air yang dikeramatkan, sehingga warga tidak berani untuk melakukan hal-hal yang berakibat buruk bagi alam.
"Tidak ada warga saya yang berani mengganggu ikan yang ada di sumber desa. Kecuali yang sudah keluar di sungai. karena takut kena bala," tutur Masturi kepada detikJatim, Jumat (23/9/2022).
Warga juga menjaga alam dengan menggelar tradisi. Namanya rokatan atau selamatan.
"Tiap satu bulan sekali habis salat jumat biasanya itu. Biasanya ada rokatan bawa tumpeng," imbuh Masturi.
Menurut Masturi, tradisi itu biasanya diikuti semua warga desa bersama para sesepuh dan tokoh masyarakat. Ada tiga lokasi yang rutin dirokat.
Tiga lokasi itu yakni Sumber Potat di Dusun Karang Anyar, Sumber Payung di Dusun Karang Asem, dan sumur yang berdampingan dengan petilasan Nyai Maduretno.
"Kalau dulu zaman kakek saya itu rutin bawa tumpeng tujuh warna, yang lengkap dengan ikan dan buahnya ke tiga sumber," tambahnya.
Baca juga: Asal-usul Nama Desa Pocong di Bangkalan |
Saat ini, tradisi itu sudah tidak digelar setiap bulan. Paling hanya satu tahun sekali. Nasi tumpeng tujuh warna juga tidak lagi menjadi keharusan dalam rokat.
"Biasanya setelah didoakan sama kiainya, tumpeng tersebut langsung jadi rebutan warga. Kadang doa belum selesai sudah langsung rebutan ngambil tumpengnya untuk dimakan. Konon katanya untuk keselamatan, gitu," pungkasnya.
Desa Pocong berada di Kecamatan Tragah. Di Desa Pocong banyak sumber air yang terus mengalir meski kemarau.
Sumber air yang dimaksud berada di tiga dusun. Ada Sumber Gantung, Sumber Potat dan Sumber Kerre di Dusun Karang Anyar.
Lalu ada Sumber Payung, Sumber Brumbung, dan Sumber Lonca di Dusun Karang Asem. Yang terakhir Sumber Guddhul di Dusun Karang Guddhul.
(sun/iwd)
