Situs Watesumpak di Kabupaten Mojokerto yang ditemukan sekitar 14 tahun lalu, akhirnya diekskavasi untuk pertama kalinya. Penggalian arkeologi tahap awal ini untuk menemukan denah, orientasi, dimensi, serta fungsi bangunan kuno tersebut.
Situs Watesumpak cukup jauh dari permukiman penduduk. Lokasinya di tengah perkebunan jagung Dusun/Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan. Situs ini sebagian besar masih berupa gundukan tanah seluas 28 x 22 meter persegi dengan ketinggian 4-5 meter. Di puncaknya terdapat 4 makam yang dipercaya sebagai leluhur warga setempat.
Struktur sisi barat Situs Watesumpak sudah nampak sebagian. Yaitu berupa 3 umpak berbahan bata merah kuno berjajar dari selatan ke utara. Struktur di sebelah timur umpak terlihat sudah hancur. Nampak pula struktur berundak di sudut timur laut. Bangunan berundak inilah yang membuat warga sempat sejak dulu meyakini situs ini sebagai candi. Terdapat ornamen motif geometris di dindingnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru pelihara Situs Watesumpak juga menemukan puncak miniatur candi di sebelah barat struktur. Pada zaman dulu kala, miniatur candi biasanya diletakkan di tempat tertentu di perumahan sebagai tempat untuk mendoakan arwah para leluhur.
"Undakan itu lebarnya hanya 15 cm. Tidak mungkin untuk orang naik. Sehingga menurut saya itu bukan struktur tangga," kata Koordinator Tim Ekskavasi Situs Watesumpak Vidi Susanto kepada detikJatim di lokasi, Senin (19/9/2022).
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim ini menjelaskan ekskavasi Situs Watesumpak digelar 10 hari, yaitu 17-26 September 2022. Penggalian arkeologi tahap pertama ini fokus di 25 kotak gali yang masing-masing 2x2 meter persegi. Sehingga area yang digali mencapai 100 meter persegi.
![]() |
"Target kami untuk menampakkan denah struktur ini, dimensi, orientasi struktur dan fungsi bangunan ini berdasarkan data struktur dan temuan-temuan lepas, seperti termbikar dan keramik," terang Vidi.
Selama tiga hari pertama ekskavasi, kata Vidi, tim menampakkan struktur memanjang dari barat ke timur. Baik di sisi utara maupun di sisi barat Situs Watesumpak. Tebal bangunan dari bata merah kuno ini 10 cm. Panjang struktur yang sudah nampak sekitar 10 meter. Struktur ini cenderung meninggi dari barat ke timur. Ketinggiannya yang sudah terlihat mencapai 150-200 cm.
Teknik penyusunan bata merah pada bangunan ini berbeda dengan struktur umpak di sisi barat. Jika struktur umpak menggunakan teknik gosok, struktur seperti dinding ini menggunakan teknik spasi. Isian spasi antar bata terlihat menggunakan tanah.
"Struktur ini teknik memasangnya ada spasi, isian eksistingnya tanah. Bedanya yang sebelah utara terdapat tonjolan pilar, baru kami temukan satu. Sedangkan yang sebelah selatan tidak ada," jelasnya.
Menurut Vidi, sejauh ini belum ada referensi sejarah maupun temuan prasasti yang menjelaskan fungsi bangunan purbakala di Situs Watesumpak. Namun, ia mempunyai hipotesis situs ini merupakan bangunan profan yang mengarah ke bekas permukiman.
Teorinya itu didukung banyaknya temuan pecahan genting, bubungan atau puncak atap bangunan, serta ukel atau hiasan atap bangunan. Tak sedikit pula temuan lepas berupa pecahan perabotan rumah tangga berbahan tanah liat maupun keramik. Seperti mangkuk, guci, jambangan dan pedupaan.
Temuan umpak di sisi barat struktur juga menandakan adanya bangunan yang dulu berdiri di atasnya. Karena umpak berfungsi sebagai fondasi tiang bangunan. Ditambah lagi dengan temuan-temuan struktur purbakala di sekitar Situs Watesumpak yang kian mendukung hipotesis tersebut.
"Kalau melihat lingkungan sekitarnya, ada indikasi di sekitar sini potensi arkeologinya cukup tinggi. Seperti ada temuan sumur jobong dan sumur bulat dari bata di sisi barat, ada struktur memanjang di sebelah timur situs ini, sebelah selatan informasi masyarakat ada gapura yang sudah dirusak aktivitas pertanian dan pengambilan bata merah. Jadi, Watesumpak ini berkaitan dengan permukiman yang cukup padat," cetusnya.
Vidi juga belum memperoleh temuan arkeologi yang tak terbantahkan tentang tahun pembangunan struktur purbakala di Situs Watesumpak. Ia hanya memperkirakan bangunan kuno ini berasal dari zaman Majapahit. Karena pecahan keramik yang ditemukan di situs ini bersal dari Dinasti Yuan di Tiongkok abad 10-12 masehi.
"Keramik yang kami temukan hijau dan putih. Kebanyakan bekas mangkuk, cenderung dari Dinasti Yuan dari abad ke-10-12. Sudah masa Majapahit," ungkapnya.
Sedangkan terkait 4 makam di atas Situs Watesumpak, ternyata sudah ada puluhan tahun silam. Vidi merujuk pada peta topografi buatan Belanda tahun 1882-1892. Di peta tersebut, situs ini digambarkan berupa gundukan tanah dengan makam di puncaknya. Namun, gundukan tanah itu bukanlah candi.
"Di peta topografi Belanda tahun 1882-1892, tanahnya sudah berupa gundukan dan terdapat makam di atasnya," tandasnya.
(iwd/iwd)