Mendengar Eks Lokalisasi Dolly akan Disulap Jadi Wisata Religi

Mendengar Eks Lokalisasi Dolly akan Disulap Jadi Wisata Religi

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 12 Sep 2022 09:30 WIB
makam Mbah Kapiludin di Jalan Kupang Gunung Timur surabaya
Makam Mbah Kapiludin di kawasan eks Lokalisasi Dolly Surabaya (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikcom)
Surabaya -

Pemkot Surabaya terus melakukan pembenahan kawasan eks Lokalisasi Dolly. Penataan yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial, tetapi mengkoneksikan seluruh objek yang ada di kawasan eks Lokalisasi Dolly.

Salah satunya yang dilakukan pembenahan di kawasan Klakah Rejo, Sememi dan Jalan Kupang Gunung Timur atau Gang Dolly. Bahkan Pemkot Surabaya juga sengaja membeli beberapa wisma dijadikan tempat pergerakan ekonomi. Misalnya dijadikan produksi UMKM, lokasi membuat film, kafe dan lain-lain.

Bahkan pemkot juga tak segan akan menjadikan eks Lokalisasi Dolly menjadi wisata religi. Rupanya, di kawasan tersebut ada makam seorang ulama besar dan menyebarkan agama Islam bernama Mbah Kapiludin. Tepatnya di Jalan Kupang Gunung Timur, Kecamatan Sawahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini ada makamnya Mbah Kapiludin di sebelahnya lapangan futsal. Ternyata Dolly ini (dahulu) tempat berkembangnya islam. Ada makam penyebar agama islam yang luar biasa dan ini sejarahnya berhubungan dengan Sunan Ampel dan Mbah Karimah, Kembang Kuning," kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, Senin (12/9/2022).

Eri mengatakan, bahwa makam Mbah Kapiludin ini dapat pula dikoneksikan dengan rencana pengembangan kawasan Wisata Dolly. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kawasan itu ke depannya dapat pula menjadi Wisata Religi.

ADVERTISEMENT

"Berarti apa? ini bisa dikembangkan wisata religinya, dicampur wisata yang ada di Dolly. Nah, ini yang akan kita koneksikan," ujarnya.

Sementara tokoh agama setempat, Ngadimin Wahab atau lekat disapa Abah Petruk mengungkapkan, saat itu kawasan Kupang Gunung Timur masih berupa alang-alang. Saat itu sudah banyak orang yang datang berziarah ke makam Mbah Kapiludin.

"Jadi dulu di sini sebelum ada kampung, masih glagah-glagah bong, sudah ada makam Mbah Kapiludin. Jadi, sebelum ada perkampungan itu setiap malam Jumat legi, makam Mbah Kapiludin sudah disekar (Diziarahi) orang," kata Abah Petruk.

Hingga kini, Abah Petruk menyebut makam Mbah Kapiludin juga masih sering diziarahi masyarakat. Bahkan sejak tahun 1965 sudah banyak peziarah. Terutama warga di sekitar Putat Jaya yang memiliki hajat atau keinginan.

"Orang punya hajat sering mengadakan acara selamatan (kirim doa) di sini. Dulu yang punya lahan di sini sebelum meninggal saya sering dipanggil untuk acara pimpin doa selamatan," ujarnya.




(fat/fat)


Hide Ads