Pamer Budaya dan Busana Jawa di Surabaya Mengisi 1 Suro

Pamer Budaya dan Busana Jawa di Surabaya Mengisi 1 Suro

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Minggu, 31 Jul 2022 08:03 WIB
Tahun Baru Islam atau 1 Suro kerap diisi sejumlah kegiatan. Mulai dari melakukan syukuran, memberi sesaji hingga memandikan pusaka.
Pamer budaya dan busana Jawa di Surabaya/Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
Surabaya -

Tahun Baru Islam atau 1 Suro kerap diisi sejumlah kegiatan. Mulai dari melakukan syukuran, memberi sesaji hingga memandikan pusaka.

Namun ada yang berbeda di kawasan Gubernur Suryo, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Di sana ada sekitar 35 orang yang mengenakan busana kebaya dan adat Jawa Timuran.

Pantauan detikJatim, mereka berjalan sembari memamerkan busananya kepada warga dan pengendara yang melintas. Sesekali, mereka berfoto bersama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penanggung Jawab Pamer Budaya dan Busana Jawa, Rishandono Prawiro Tejo mengatakan, kegiatan itu dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam atau 1 Suro. Serta, melestarikan budaya Indonesia di Kota Pahlawan.

"Tujuan kami adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa busana dan kebudayaan Jawa masih ada," kata Rishandono saat ditemui, Sabtu (30/7/2022).

ADVERTISEMENT

Rishandono juga menjelaskan, busana adat Jawa itu merupakan satu kesatuan dari kebudayaan di Nusantara. Bahkan, paling gampang dikenal.

"Misalnya, panjenengan (Anda) baru memakai blangkon, sudah kelihatan dari orang Jawa, meski belum berbicara, dari kejauhan kan sudah tahu," ujarnya.

Arsitek yang fokus pelestarian budaya Jawa itu menjelaskan, hal serupa seyogyanya juga dilakukan oleh masyarakat daerah lainnya. Mulai dari Sabang sampai Merauke.

"Saya fokusnya di busana, jadi komunitas kita mengajak masyarakat Indonesia melestarikan budaya tradisionalnya," tutur pria yang berasal dari Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) di Surabaya itu.

Oleh karena itu, ketika ada event seperti Festival Tunjungan, ia menganggap lebih pas untuk memamerkan budaya lokal, terutama Jawa. Dengan begitu, anak muda kekinian bisa memahami tentang kebudayaannya.

"Jadi, kalau di Surabaya ada Festival Tunjungan dan sebagainya, harapannya kita berbusana khas Surabaya, jangan malah berbusana yang lain. Memang, di era globalisasi lepas dari hal-hal yang global, tapi jangan sampai tercabut dari akar budayanya. Misalnya, global digabungkan dengan tradisional kan bagus, jadi berbudaya jawa tidak harus bernostalgia menggunakan dokar atau sepeda," tutupnya.




(sun/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads