Tradisi Unik Mepe Kasur Suku Osing Ritual Bersih-bersih Desa

Tradisi Unik Mepe Kasur Suku Osing Ritual Bersih-bersih Desa

Ardian Fanani - detikJatim
Minggu, 03 Jul 2022 13:47 WIB
Tradisi Unik Warga Banyuwangi Dalam Bersih Desa Mepe Kasur
Tradisi unik suku Osing (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Tradisi unik warga Desa Kemiren Kecamatan Glagah Banyuwangi digelar. Warga Desa Kemiren ramai-ramai mengeluarkan kasur dari kamar mereka. Mereka kemudian menjemur kasur yang memiliki warna yang seragam, merah dan hitam. Unik ya?

Tradisi ini adalah Mepe Kasur (menjemur kasur). Sepanjang jalan Desa Kemiren Kecamatan Glagah Banyuwangi, terlihat berjejer kasur yang sedang dijemur, Minggu (3/7/2022). Mepe kasur ini adalah rangkaian kegiatan bersih desa setempat.

Ritual Mepe Kasur dilakukan sejak pagi hingga siang hari. Ribuan kasur berwarna hitam dan merah ini dijemur berjejer di depan rumah warga. Terlihat sesekali warga membersihkan debu di kasur dengan cara memukul-mukul kasur tersebut dengan penebah dari rotan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warna kasur di desa ini sama, yakni merah dan hitam. Warna ini melambangkan keberanian dan keabadian.

"Merah itu berani. Sementara warna hitam itu kelanggengan atau keabadian," ujar Adi Purwadi, salah satu warga Kemiren, kepada detikJatim.

ADVERTISEMENT

Kasur-kasur khas Kemiren ini, kata Adi, dikeluarkan dan menunjukkan bahwa dalam ritual bersih desa, warga Kemiren ingin membersihkan rumah dan lingkungan dari berbagai penyakit dan mara bahaya.

"Dari hal terkecil dan paling dasar yakni kamar dan ranjang juga dibersihkan. Karena terkadang penyakit itu munculnya dari kasur. Harus dibersihkan. Dan jarang juga warga menjemur kasur. Tidak mesti setahun sekali. Kalau (warga) Kemiren pasti menggelar ini," ujarnya.

Sementara Ketua Adat Kemiren, Suhaimi, mengaku warga Osing beranggapan kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat dengan manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang.

"Proses menjemur kasur berlangsung sejak pagi hingga menjelang siang hari," jelas Suhaimi.

Begitu matahari terbit, lanjut dia, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit.

Setelah matahari melewati kepala alias pada tengah hari, semua kasur harus digulung dan dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan hingga matahari terbenam, kebersihan kasur ini akan hilang dan khasiat untuk menghilangkan penyakit pun tidak akan ada hasilnya.

"Kalau sampai sore ya nanti khasiatnya akan menurun. Apalagi kalau kemalaman. Bisa ndak sehat," pungkasnya.

Kasur-kasur berwarna merah dan hitam ini memang sama. Yang berbeda adalah ukuran dari kasur tersebut. Jika semakin tebal, menunjukkan jika sang pemilik adalah orang berada di desa tersebut.

Setiap rumah atau keluarga dipastikan memiliki kasur yang serupa. Ini dikarenakan, setiap keluarga yang menikah pasti dibuatkan kasur oleh orangtuanya.

Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah masing-masing, warga Using pun melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju ke batas akhir desa. Setelah arak-arakan Barong, masyarakat Using melanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa.

Puncaknya, saat warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng khas warga Using, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Menikmati Pesona Indah Pantai Watudodol yang Memesona di Banyuwangi "
[Gambas:Video 20detik]
(fat/fat)


Hide Ads