Harta Karun Nabi Sulaiman Ditemukan di Israel

Kabar Internasional

Harta Karun Nabi Sulaiman Ditemukan di Israel

Tim detikInet - detikJatim
Selasa, 21 Jun 2022 10:38 WIB
Raja Sulaiman
Harta karun Nabi Sulaiman ditemukan di Israel. (Foto: Archytele)
Surabaya -

Harta karun berupa khazanah teknologi dan sumber kekayaan di era kepemimpinan Nabi Sulaiman yang memerintah sekitar 3.000 tahun silam diklaim ditemukan oleh Tim arkeolog. Nabi Sulaiman diketahui berhasil memisahkan bijih tembaga dari batuan yang ditambang dari situs arkeologi Lembah Timna, Israel.

Nabi Sulaiman atau Salomo (bahasa Ibrani) adalah putra Nabi Daud. Ia adalah seorang nabi sekaligus raja ketiga Kerajaan Israel setelah Saul dan Nabi Daud. Ia pun dikenal sebagai pembangun Baitul Maqdis sebutan yang merujuk pada Masjid Al-Aqsa atau kota Yerusalem pertama.

Penggalian situs kuno di padang pasir di lembah Timna, Israel selatan itu dilakukan para arkeolog pada 1964 silam. Para peneliti menemukan jaringan terowongan yang dikerjakan di era kepemimpinan Raja Sulaiman yang dieksplorasi secara rahasia di Tambang Raja Sulaiman di Smithsonian Channel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Archytele yang dilansir dari detikInet, Selasa (21/6/2022), para arkeolog mencatat mereka mungkin menemukan sumber kekayaan paling legendaris. Tambang di situs itu, menurut Profesor Erez Ben-Yosef dari Tel Aviv University, berkembang pesat selama pemerintahan Raja Sulaiman 3.000 tahun silam.

Bukan emas atau perak yang didulang di tambang itu, melainkan bijih tembaga. Sejumlah bukti yang tersebar di seluruh lokasi menunjukkan keberadaan produksi tembaga secara massal di masa lalu.

ADVERTISEMENT

"Semua bahan ampas bijih hitam yang ditemukan merupakan limbah dari tungku. Ini adalah bukti yang sangat penting untuk produksi tembaga kuno di Timna," katanya.

Tembaga menjadi komoditas umum di zaman kuno karena merupakan salah satu logam paling dicari di Bumi.

"Tembaga pada waktu tertentu dalam sejarah adalah sumber daya ekonomi yang paling penting dan menjadi industri yang paling menguntungkan," kata Prof Ben-Yosef.

Dr Mohammad Najjar, dari Friends of Archaeology of Jordan menjelaskan bahwa kondisi logam tembaga saat itu mirip dengan minyak bumi saat ini, yakni bahan alam yang paling dicari dan dibutuhkan.

"Mirip seperti sekarang di mana manusia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa minyak Bumi. Manusia zaman itu pun tak bisa melakukan apa-apa tanpa tembaga," ujar Najjar.

Tembaga menjadi titik balik radikal dalam sejarah manusia. Untuk pertama kalinya, orang mengekstrak logam dari batu dan mengubahnya menjadi alat dan senjata.

Dr Najjar menggambarkan momen itu sebagai 'lompatan kuantum' ketika manusia mulai memproduksi bahan mereka sendiri. Melalui proses peleburan, tembaga dipisahkan dari bijih alam di dalam batuan.

Bijih tembaga harus dipanaskan hingga 1.000 derajat celcius. Untuk mencapai suhu itu para pekerja harus terus menerus meniupkan api melalui pipa. Dibutuhkan berjam-jam untuk mendapatkan tembaga dalam bentuk murni.




(dpe/fat)


Hide Ads