Tradisi Colok Malem Sanga Likur Ramadan Masih Lestari di Bojonegoro

Tradisi Colok Malem Sanga Likur Ramadan Masih Lestari di Bojonegoro

Ainur Rofiq - detikJatim
Minggu, 01 Mei 2022 03:13 WIB
Tradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di Bojonegoro
Tradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di Bojonegoro. (Foto: Ainur Rofiq/detikJatim)
Bojonegoro -

Ternyata ada tradisi malam 29 (sanga likur) Ramadan yang masih terus dilestarikan warga Bojonegoro. Yakni membuat colok atau lampu penerangan dari ublik atau membuat tiang bambu diberi sumbu.

Ublik-ublik kecil atau bambu oncor itu dipasang di pinggir jalan hingga di pojok-pojok rumah warga. Menjelang Azan Maghrib tiba salah satu anggota rumah mereka akan menyalakannya dengan korek api. Sambil saling bersahutan mereka dengan riangnya meneriakkan colok-colok.

Saat ublik atau oncor itu dinyalakan terlihat warga baik tua maupun muda saling berdiri santai di depan rumah mereka masing-masing sambil menunggu waktu berbuka puasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di BojonegoroTradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di Bojonegoro. (Foto: Ainur Rofiq/detikJatim)

Tradisi colok ini memang masih melekat dan lestari, salah satunya di desa Kedungbondo, Kecamatan Balen, Bojonegoro. Salah satu warga desa setempat Sri Utami (51) menuturkan bahwa tradisi malam Songo Likur Ramadan itu banyak warga yang masih melakukan kearifan lokal dengan menyalakan colok.

Tujuan atau makna dari colok-colok itu diyakini dapat memberikan penerangan bagi keluarga yang telah meninggal. Arwah para leluhur itu pada malam 29 Ramadan diyakini pulang ke rumah masing-masing untuk meminta doa.

ADVERTISEMENT

"Ya ini tradisi leluhur yang selalu kami ingat dan terus kami lakukan setiap malam Sanga Likur Ramadan. Colok-colok kalau orang sini bilangnya," ujar Sri Utami kepada detikJatim.

Tradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di BojonegoroTradisi menyalakan colok pada malam 29 Ramadan yang masih lestari di Bojonegoro. (Foto: Ainur Rofiq/detikJatim)

Hal Senada dituturkan oleh Zamroni, salah satu warga di Bojonegoro. Bahwa colok-colok malam 29 Ramadan itu merupakan kearifan lokal yang sampai saat ini memang masih lestari.

"Lha iku, garai wes tradisi. Rata-rata ngunu angger malam 29. Biasane daerah pedesaan, pada nyumet ublik dideleh ratan (Lha itu, karena memang sudah tradisi. Rata-rata begitu setiap malam 29. Biasanya di daerah pedesaan. Warga menyalakan ublik diletakkan di jalan)," ujar Zamroni.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads