Pembangunan Masjid Al-Mubarok Kota Blitar yang kerap disebut Masjid Biru ternyata tidak mudah. Pembangunan Masjid yang hampir seluruh bagian bangunannya bercat biru ini sempat tertunda 3 tahun.
Salah satu pendiri Masjid Al-Mubarok H Supriyanto mengisahkan awal mula rencana pendirian masjid itu. Masjid itu pertama kali digagas Drs H Arifudin Sahafu. Saat itu ia melihat Masjid Darusalam, yakni masjid pertama di Kepanjenkidul, tidak mampu lagi menampung jemaah salat Jumat.
Ia pun mengajak empat orang pengurus masjid Darussalam berkumpul dan berdiskusi. Mereka pun bersepakat membentuk Tim Pendiri Masjid Al Mubarok yang jumlahnya tujuh orang. Salah satunya adalah Supriyanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya termasuk dalam tim itu. Pembangunan Masjid Al-Mubarok ini sudah direncanakan sejak 1996. Namun, baru bisa terealisasi pada 1999," kata Supriyanto.
Pendirian bangunan masjid ini tertunda selama 3 tahun karena proses pencarian tanah pengganti yang cukup memakan waktu. Termasuk kepengurusan administrasi tanah yang cukup rumit.
Masjid Al-Mubarok itu berdiri kokoh di atas tanah berukuran 300 meter persegi. Tanah ini sebelumnya merupakan tanah bengkok alias aset milik pemerintah.
"Untuk mengurus tanah pengganti dan berkas-berkas administrasi tanah ini yang lama. Sekitar tiga tahun baru beres," ujarnya.
![]() |
Setelah meminta doa restu kepada KH Nur Miftah selaku pendiri sejumlah masjid di Kabupaten Blitar, pendirian masjid pun mulai dilaksanakan.
Para pendiri masjid menggelar doa bersama untuk meminta kelancaran pembangun masjid kepada Allah SWT.
Saat itu Jumat malam, tepat pukul 24.00 WIB. Dengan kekuatan doa itulah, kata Supriyanto, pembangunan masjid Al-Mubarok dimudahkan.
"Saat itu juga bertepatan dengan pembangunan Perumahan Melati. Direkturnya saat itu memberikan tanah hibah untuk membangun Masjid Al-Mubarok ini," katanya.
Peletakan batu pertama masjid Al-Mubarok berlangsung 25 Oktober 1999. Masjid Al-Mubarok di Kota Blitar baru bisa difungsikan untuk salat berjemaah pada 2004 dengan kapasitas 400 orang.
Sedangkan untuk Salat Jumat berjemaah, pertama kali bisa dilakukan pada 2009 lalu yakni bertepatan dengan 1 Muharram. Momentum itu pun menjadi pengingat Masjid Al Mubarok.
"Sampai saat ini Alhamdulillah sudah menampung 900 orang. Meski pembangunannya cukup panjang dan terus bertahap, Insyaallah Masjid Al-Mubarok ini satu-satunya di Kota Blitar yang berlantai tiga," kata Supriyanto.
(dpe/dte)