Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar Perang Dunia (PD) I? Sebagian orang berpikir tentang negara yang berperang, penyebab, dan dampaknya. Namun, tahukah Anda jika pembuat pesawat tempur dalam PD I ternyata lahir di Blitar, Jawa Timur?
Pembuat pesawat tempur PD I itu adalah Anthony Fokker. Seperti yang diceritakan seorang penulis Belanda, MLJ Dierikx mengupasnya dalam buku fiksi sejarah berjudul 'The Flying Dutchman Who Shaped American Aviation'.
Kabar kelahiran Fokker di Blitar sudah diberitakan sebagian media massa. Namun, tulisan MLJ Dierikx sangat membantu penelusur sejarah Blitar, Prabowo, menemukan titik terang di mana lokasi tempat kelahiran Fokker secara spesifik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam akun Facebook Blitar Tempo Doeloe, Prabowo menuliskan sejarah tentang Fokker yang lahir di sebuah perkebunan kopi Blitar. Tepatnya di lereng selatan Gunung Kelud.
"Pada awalnya saya menduga, Fokker lahir di perkebunan kopi wilayah Karanganyar, Nglegok. Namun setelah 2 tahun saya telusuri jejak digitalnya, terungkap jika Anthony Fokker lahir di perkebunan Njoenjoer (baca: Nyunyur), Desa Soso Kecamatan Gandusari," ungkap Prabowo kepada detikJatim, Senin (18/4/2022).
Selain membaca buku miliki Dierikx, Prabowo juga membaca sejumlah literasi digital yang diunduh dari laman resmi pemerintah Belanda untuk menelusuri asal usul Fokker. Seperti dokumen kepemilikan perkebunan di Pulau Jawa zaman kolonial, peta sebaran wilayah perkebunan di Pulau Jawa, sampai almanak tahun 1887 yang secara gamblang menyebut keluarga Fokker sebagai pemilik perkebunan Njoenjoer.
"Dari fiksi sejarah yang ditulis Dierikx, saya berusaha mencari dokumen pendukung, dan saya temukan bahwa keluarga Fokker masuk Njoenjoer pada 29 September 1880," tutur Prabowo.
Terjemahan bebas buku 'The Flying Dutchman Who Shaped American Aviation' menuliskan, Anthony Fokker merupakan anak dari warga Belanda, Herman Fokker. Herman merupakan salah satu petani kopi yang menetap di Njoenjoer.
Herman telah menetap di Njoenjoer dengan dukungan perusahaan dagang Belanda (Nederlandsche Handel Maatschappij atau NHM). Perusahaan ini juga memperoleh monopoli atas ekspor di Indonesia 1824.
Herman sendiri merupakan seorang keturunan keluarga kaya pemilik kapal dan pedagang dari Middelburg, Belanda. Pada tanggal 29 September 1880, Herman Fokker memperoleh sewa di lereng selatan Kelud seluas 500 hektare.
Herman Fokker sempat kembali ke Belanda untuk menikah dengan sepupunya, Anna Diemont pada 18 Maret 1884. Mereka kemudian berangkat ke Hindia Belanda (Indonesia) pada 23 Juni dengan naik kapal laut. Empat bulan kemudian, mereka tiba di pelabuhan Batavia, Tanjung Priok.
Pada akhir Agustus 1888, Herman membawa istrinya tinggal di perkebunan Njoenjoer. Selama tinggal di Njoenjoer, pasangan ini mempunyai 2 anak. Anak pertama berjenis kelamin perempuan dengan nama panggilan Toos. Toos pernah membuat esai di sekolahnya tahun 1904. Inilah sumber awal muncul foto keluarganya saat di Njoenjoer.
"Anthony Fokker adalah putra kedua dari pasangan Herman Fokker dan Anna Fokker-Diemont. Anthony lahir pada Minggu, 6 April 1890 di sebuah rumah sakit bersalin Karisidenan Kediri," papar Prabowo.
Dari sumber tersebut, Anthony Fokker diketahui tinggal di perkebunan Njoenjoer sampai usia 4 tahun. Pada Mei 1894, keluarga Fokker kembali ke Belanda, tujuannya agar anak-anak mereka mendapat pendidikan yang lebih baik. Kemudian, Herman Fokker menjual perkebunan Njoenjoer kepada keluarga Philip Evers dari Den Haag awal Maret 1896.
Namun, perkebunan Njonjoer tidak lagi terdaftar di Almanak Pemerintah Belanda pada tahun 1898. Terlebih, letusan gunung berapi Kelud pada bulan Mei 1901 menghancurkan apa yang tersisa dari perkebunan.
(hse/sun)