Setiap daerah umumnya memiliki titik nol kilometer yang berfungsi sebagai penanda jarak dengan daerah lain. Titik nol biasanya berupa prasasti, monumen atau prasasti.
Seperti halnya daerah lain, Kota Malang pun memiliki titik nol kilometer. Uniknya, titik nol ini berjumlah 2 buah yang berada di 2 lokasi berbeda. Pertama, di bawah jembatan penyeberangan Jalan Merdeka Utara atau sebelah utara Alun-Alun Malang. Kedua, di ujung selatan Jembatan Brantas yang dikenal dengan nama Buk Gluduk di Jalan Gatot Subroto.
Lokasi 2 titik nol tersebut terpaut 1,2 kilometer. Keduanya memiliki kemiripan bentuk, yakni berupa tugu dengan tinggi sekitar 70 cm dan memiliki tiga sisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua tugu tersebut juga bertuliskan S.Baya (Surabaya) 89 pada bagian atas. Angka itu menunjukkan jarak antara Malang-Surabaya sejauh 89 kilometer. Sedangakan pada bagian bawah sisi kanan tertulis Pw.Sari (Purwosari) 28. Artinya, jarak Malang ke Purwosari adalah 28 kilometer. Sedangkan sisi kiri tugu tertulis M.Lang 0, artinya titik tersebut adalah lokasi titik 0 Malang.
Perbedaan kedua titik nol ini hanya pada warnanya. Titik nol di utara Alun-Alun Malang diberi warna putih, kuning, hijau, dan biru. Sementara titik nol di Buk Gluduk didominasi warna kuning, putih, dan merah pada dasar tugu.
Pemerhati sejarah Kota Malang, Agung Harjaya Buana menuturkan, adanya dua titik nol kilometer menjadi sebuah keistimewaan bagi Kota Malang dibandingkan daerah lain. Keunikan itu juga tak terlepas dari sejarah Malang.
"Adanya titik nol itu tak lepas dari peristiwa yang terjadi saat itu. Yaitu pemecahan wilayah Malang menjadi regent (kabupaten) dan gementee (kotapraja)," terang Agung berbincang dengan detikJatim, Rabu (19/4/2022).
Agung menjelaskan, tugu titik nol yang berada di Jalan Merdeka Utara merupakan penanda jarak antar kota untuk jalur pos Belanda zaman kolonial. Lokasinya juga berubah. Awalnya, tugu itu diletakkan di depan rumah asisten residen Pasuruan di Malang, yang kini menjadi Kantor Pos Malang di Jalan Merdeka Selatan.
"Awalnya tidak di situ, tetapi di depan Kantor Pos. Dulu merupakan rumah asisten residen Pasuruan di Malang," jelas Agung.
Menurut Agung, tugu titik nol itu kemudian dipindahkan di sisi utara Alun-Alun Malang atau Jalan Merdeka Utara. Pemindahan itu terjadi setelah ada perubahan status asisten residen Pasuruan menjadi residen Malang sekitar Tahun 1920an.
Akan tetapi, tugu titik nol itu bukan yang kali pertama didirikan di Malang. Justru titik nol yang berada di sisi selatan jembatan Brantas adalah yang pertama. Sebab, pusat Kota Malang berada di sisi timur saat itu. Kemudian baru bergeser ke arah barat yang ditandai dengan pembangunan Alun-Alun Malang.
"Jika melihat kronologinya, justru titik nol di selatan Jembatan Brantas adalah yang pertama. Karena dibuat tahun 1869, ketika Belanda membangun jalur kereta api ke Pasuruan," beber Agung.
Menurut Agung, kedua titik nol tersebut masih menjadi penanda sampai hari ini. Meski keduanya memiliki sejarah yang berbeda.
"Keduanya dipakai, karena punya nilai sejarah," pungkas Agung.
(hse/fat)