Ini Asal-asul Desa Temboro Disebut Kampung Madinah

Ini Asal-asul Desa Temboro Disebut Kampung Madinah

Sugeng Harianto - detikJatim
Rabu, 06 Apr 2022 11:48 WIB
kampung madinah
Kampung Madinah Magetan (Foto: Sugeng Harianto/detikJatim)
Magetan -

Bulan Ramadan waktunya menjelajah spot-spot unik. Baik untuk sekadar jalan-jalan, ngabuburit, maupun menelusuri jejak budayanya.

Seperti menjelajah Kampung Madinah, di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan. Nama Madinah bukan tanpa alasan.

Sebutan itu muncul karena hampir semua warganya berbusana layaknya masyarakat di jazirah Arab. Yakni kaum pria menggunakan thobe atau gamis panjang semata kaki, sedangkan para wanita kerap menggunakan abaya hitam dengan cadar untuk penutup wajah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pantauan detikJatim, terlihat banyak orang berlalu-lalang di jalan menggunakan baju muslim. Bahkan, warga di sana juga menggunakan gamis atau jubah walaupun hanya di teras rumah.

"Desa Temboro memang dikenal dengan sebutan kampung Madinah. Karena mayoritas warga berpakaian muslim untuk sehari-hari, baik pria maupun wanita. Yang pria pakai celana dan jubah dan kaum wanita memakai jilbab dan bercadar," kata Kepala Desa Temboro, Sabar kepada detikJatim Rabu (6/4/2022).

ADVERTISEMENT

Sebutan ini sudah melekat pada Desa Temboro sejak 1980an. Yakni sejak Desa Temboro memiliki 4 Pondok Pesantren (Ponpes) untuk para santri menuntut ilmu agama.

Ponpes tersebut yakni Ponpes Al Fatah, Ponpes Al Qodir, Ponpes Roudhotut Tholibin, dan Ponpes Darul Muttaqin. Keempat Ponpes itu memiliki jumlah santri yang luar biasa. Bahkan, lebih besar dari penduduk Desa Temboro sendiri.

"Totalnya 25 ribu santri, paling besar dari Ponpes Al Fatah, jumlah santrinya belasan ribu dan tersebar di 5 lokasi di Desa Temboro. Padahal jumlah penduduk Temboro hanya 7.500 jiwa," terang Sabar.

Desa Temboro Kampung MadinahKepala Desa Temboro, Sabar. (Foto: Sugeng Harianto) Foto: Sugeng Harianto

Karenanya, mayoritas warga berusaha menyesuaikan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka lantas berbusana muslim atas kesadaran sendiri. Meski tidak ada peraturan desa yang mengatur kewajiban berbusana muslim.

"Kalau busana muslim itu sudah otomatis kesadaran warga Desa Temboro sendiri. Untuk wanita misalnya, kalau mereka enggak pakai hijab ya pasti akan malu sendiri," tandas Sabar.

Lantaran mayoritas warganya berbusana muslim, banyak dijumpai pedagang pakaian muslim di sana. Sepanjang jalan juga banyak ditemui masjid. Sehingga, suasana desa yang seperti Kota Madinah di Arab Saudi bukan hanya saat bulan Ramadan saja, tapi setiap hari.

Desa Temboro sendiri memiliki luas wilayah sekitar 517 hektare. Rinciannya, 259 hektare areal persawahan, sisanya merupakan permukiman, ponpes, sekolah, serta pasar dan pertokoan.

"Kalau luas desa sekitar 517 hektare, 259 hektare di antaranya adalah persawahan. Untuk tempat ibadah terdapat 29 bangunan masjid dan musala," terang Sabar.




(hse/dte)


Hide Ads