5 Masjid Unik dan Bersejarah di Mojokerto, Ada yang Seperti Kapal

5 Masjid Unik dan Bersejarah di Mojokerto, Ada yang Seperti Kapal

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Rabu, 06 Apr 2022 03:00 WIB
Masjid kapal persiar Ar Rahman
Masjid kapal persiar Ar Rahman/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Mojokerto -

Kabupaten Mojokerto mempunyai 5 masjid bersejarah dan berarsitektur unik dan menarik untuk dikunjungi. Tak sekadar untuk beribadah selama Ramadan, para pengunjung juga bisa menikmati keindahan bangunan sekaligus menyelami jejak-jejak sejarah pembangunannya.

Berikut 5 masjid tersebut:

1. Masjid Ar Rahman Berbentuk Kapal Pesiar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid unik ini terletak di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto. Tepatnya di halaman Vila Durian Doa Yatim Sejahtera, lembaga yang mengasuh anak yatim, duafa dan penyandang masalah sosial lainnya. Masjid ini sangat nyaman untuk beribadah karena udara sejuk Lembah Jubel di antara Gunung Welirang dan Penanggungan.

Masjid yang dibangun tahun 2016 berukuran 45 x 25 meter ini benar-benar mirip sebuah kapal pesiar. Bagian lambung kapal atau lantai bawah tanah menjadi asrama putri, sedangkan lantai 2 atau dek kapal untuk tempat ibadah. Pagar kelilingnya dihiasi pelampung asli. Di bawah dek sisi kiri menjadi kamar mandi dan tempat wudu.

ADVERTISEMENT

Interior lantai dua didesain mirip bagian dalam sebuah kapal. Kanan kiri dindingnya banyak jendela lebar sehingga masjid ini terang di siang hari. Yang menarik adalah tempat imam salat dan mimbar khatib yang didesain layaknya ruang kemudi kapal. Terdapat setir kapal asli, kompas berdiri, beberapa kompas kecil, monitor kemudi, jangkar, derek jangkar, serta lukisan lautan pada dindingnya.

Lantai 3 masjid kapal pesiar ini akan difungsikan sebagai aula. Sedangkan lantai 4 dan 5 menjadi penginapan para donatur Vila Durian Doa Yatim Sejahtera. Selain para penghuni panti asuhan, masjid Ar Rahman juga menjadi tempat ibadah masyarakat di sekitarnya.

2. Masjid di Dalam Tanah

Masjid di Dusun Losari, Desa Pekukuhan, Mojosari, Mojokerto ini dibangun almarhum Imam Malik tahun 1995. Masjid ini tak kalah unik. Betapa tidak, Masjid Agung Wisnu Manunggal Rohmatulloh ini mempunyai musala sekitar 8 meter di bawah tanah. Masjid di permukaan tanah ini menjadi tempat ibadah sehari-hari. Gapuranya megah dengan banyak kaligrafi dan tulisan latin dalam Bahasa Jawa.

Lantai ruangan pertama sama dengan permukaan jalan. Sedangkan ruangan kedua yang dihubungkan 2 lorong dengan ruangan pertama, sekitar 1 meter lebih rendah. Banyak sekali pilar besar di dalam masjid ini. Seperti masjid pada umumnya, di dalam ruangan utama ini terdapat tempat imam dan jemaah laki-laki maupun perempuan.

Musala Kendali Sodo sendiri terletak di bawah Masjid Agung Wisnu Manunggal Rohmatulloh. Posisinya 8 meter di bawah permukaan tanah. Untuk masuk ke dalamnya, harus melalui lorong sempit dan wajib membawa senter karena tanpa penerangan sama sekali. Terdapat 5 ruangan di dalamnya. Salah satunya muat untuk 40 orang. Selain itu, di musala bawah tanah ini juga terdapat 7 sumur dan dua sendang. Fungsi bangunan ini untuk berzikir.

3. Masjid Besar Darusaalam Berumur 129 Tahun

Masjid di jalan nasional Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto ini dibangun Raden Ersadan atau Kromodjojo Adinegoro III tahun 1893. Raden Ersadan ditunjuk pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi regent (bupati era penjajahan belanda) yang pertama. Dia memerintah tahun 1866-1894.

Meski berumur 129 tahun, bangunan Masjid Darussalam mayoritas dipertahankan seperti aslinya. Mulai dari empat pilar dari pohon utuh yang menopang bangunan utama masjid dan joglo tempat azan, mimbar khotbah, tangga ke tempat azan di lantai dua hingga tempat wudu di sisi selatan masjid. Tempat wudu berbentuk segi enam dengan bak air berbentuk segi delapan.

Sayangnya, Masjid Darussalam sudah tak lagi difungsikan untuk peribadatan umat Muslim. Karena tempat ibadah dipindahkan ke masjid baru yang lebih megah persis di belakangnya. Tempat ibadah umat Muslim ini ramai disinggahi pemudik dari berbagai daerah karena lokasinya di jalan nasional.

4. Masjid Baitul Muttaqin Berumur 94 Tahun Bukti Kerukunan dengan Etnis Tionghoa

Masjid di Desa/Kecamatan Kutorejo, Mojokerto ini dibangun tahun 1928 atau 94 tahun silam. Masjid berukuran sekitar 10 x 10 meter itu berdiri di atas lahan sekitar 60 x 20 meter persegi. Tanah tersebut merupakan hibah dari keluarga Etnis Tionghoa, The Boen Keh.

Keluarga The Boen Keh juga menyumbang sebuah mimbar berbahan kayu yang masih digunakan hingga kini. Oleh sebab itu, Masjid Baitul Muttaqiin menjadi simbol toleransi antar umat beragama di Kabupaten Mojokerto. Selain mimbar, alat penentu waktu salat duhur dan asar menggunakan bayangan dari sinar matahari juga masih dipertahankan di halaman masjid ini.

5. Masjid Ba'bud Berdiri di Atas Peribadatan Zaman Majapahit

Masjid di Desa Lebakjabung, Jatirejo, Mojokerto ini bukan masjid kuno. Karena dibangun tahun 1990. Yang menjadikannya menarik, di bawah masjid ini terdapat struktur purbakala yang diduga sisa-sisa bangunan peribadatan zaman Majapahit.

Struktur tersebut ditemukan saat pembangunan fondasi untuk perluasan masjid sekitar tahun 2005/2006. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim pernah melakukan ekskavasi sekitar tahun 2006. Setelahnya, pembangunan masjid dilanjutkan hingga menjadi megah seperti saat ini.




(abq/sun)


Hide Ads