Masyarakat Malang punya ciri khas yang berbeda dengan warga Jawa Timur lainnya. ciri khas ini yakni boso walikan (bahasa terbalik). Bahasa ini menjadi dialek keseharian warga Malang, baik mulai anak muda hingga orang tua.
Pengucapan boso walikan ini cukup dengan membaca terbalik susunan sebuah kata. Contohnya, mas menjadi sam, saya menjadi ayas, kamu menjadi umak atau Singo edan menjadi ongis nade serta masih banyak lagi.
Boso walikan ini kemudian menjadi slang atau bahasa gaul khas Malang. Tak hanya itu, bahasa ini juga berkembang dan banyak dipakai oleh orang di luar di luar Malang juga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerhati budaya Malang, Agung Buana mengatakan boso walikan ini memang sudah lama dipakai sebagai bahasa sehari-hari. Untuk itu, ia menyebut gaya bahasa terbalik ini telah menjadi budaya.
"Boso walikan atau Osob Kiwalan adalah sebuah karya budaya ciptaan manusia yang menjadi bagian dari proses dinamika orang Malang. Kapan dia mulai muncul, jawabannya sejak lama. Dan boso walikan menjadi bahasa pergaulan sehari-hari orang Malang," ujar Agung kepada detikJatim, Minggu (27/3/2022).
Menurut Agung, karena menjadi bahasa pergaulan sehari-hari warga Malang. Maka awalnya yang mengerti hanya orang-orang Malang saja. Ini kemudian menjadi ciri khas bagi warga Malang.
"Bahasa ini (boso walikan) itu hanya dimengerti oleh orang Malang sendiri. Setiap hari digunakan sebagai bahasa komunikasi, baik itu di warung, atau nongkrong di depan gang. Semua menggunakan bahasa ini. Hingga akhirnya menjadi ciri khas dari Malang itu sendiri," tuturnya.
Agung menjelaskan secara umum kosakata yang paling banyak digunakan dalam boso walikan memnag berasal dari bahasa Indonesia dan Jawa. Tetapi ada beberapa kata khusus yang disebut berasal dari bahasa lain. Yang jelas, lanjut Agung, bahasa walikan yang populer adalah bahasa yang enak didengar.
Misal dua kata yang paling banyak dan populer digunakan dan tidak berasal dari bahasa Indonesia atau Jawa. Dua kata ini yakni ojir yang berarti uang dan ebes untuk sebutan bapak.
Menurut Agung, dua kata ini merupakan kata yang khas sekali dengan boso walikan juga tidak berasal dari bahasa Indonesia dan Jawa. Agung menyebut tak ada pakem yang khusus memang untuk bahasa walikan ini.
"Bahasa-bahasa yang dibalik itu tidak ada pakemnya, hanya berdasarkan yang enak didengar saja. Jadi sebutan genaro (orang), bahasa sulit idrek (kerja). Tidak juga hanya bahasa Jawa dibalik, tapi juga bahasa Indonesia dan juga bahasa Arab yang dibalik," jelasnya.
Meski demikian, terang Agung, boso walikan memang secara umum selalu membalik terbaca setiap huruf dari kata baik dari bahasa Jawa atau Indonesia. Seperti budal (berangkat) umumnya dibalik menjadi ladub.
Sedangkan dalam sebuah kalimat, bahasa walikan juga cukup hanya membalikkan kata-kata yang telah umum dikenal. Seperti "Awakmu wis budal" (Kamu sudah berangkat) bisa dibalik menjadi "Umak wis ladub."
Atau contoh lain dari bahasa Indonesia, "Kamu makan bakso" bila diucapkan menggunakan boso walikan akan menjadi 'Umak nakam oskab." Kata walikam yang populer misal kabeh (banyak) menjadi hebak, manuk (burung) menjadi kunam, dewe (sendiri) menjadi ewed, dan masih banyak contoh lain.
Nah, kalau kalimat boso walikan " Umak Kadit itreng" kira-kira apa ya detikers?
(abq/sun)