Museum Kesehatan Dr Adhyatma atau lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Kelamin di Jalan Indrapura dibongkar. Padahal bangunan ini berstatus Cagar Budaya dan dilindungi.
Selama ini, bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Lapangan Indrapura untuk menampung pasien COVID-19. Rumah sakit ini dibuka pada Mei 2021 lalu.
Kabar pembongkaran ini dibenarkan oleh pegiat sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetya. Ia menyayangkan jika itu benar-benar terjadi. "Iya, saya dikabarin teman saya serta foto-foto para pekerja menurunkan genting," ujar Kuncar kepada detikJatim, Kamis (10/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kuncar, bangunan Museum Kesehatan ini berstatus Cagar Budaya bernomor 185.45/519/436.12/2013 tanggal 18 Desember 2013. Saat ini, bangunan ini merupakan aset Kementerian Kesehatan. Ia menyebut pembongkaran bangunan rencananya diperuntukan pembangunan tower.
"Yang punya Kementerian Kesehatan RI. Mau dibuat tower 10. Yang bongkar kementerian selaku yang punya aset. Ini saya sudah melaporkan ke Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Surabaya, Bu Wiwiek," imbuh inisiator Begandring Soerabaia itu.
Kuncar melanjutkan ada sejarah kelam di balik pendirian pendirian rumah sakit saat itu. Sejarah itu berkaitan dengan upaya pemerintah memberantas penyakit kelamin.
"Ada sejarah kelam yang melatarbelakangi pembangunan gedung Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin (LP4K). Itu juga RS pertama (yang dibangun) sejak RI merdeka," tutur Kuncar kepada detikJatim, Kamis (10/3/2022).
"Bangunan itu berdiri sebagai peninggalan sejarah kelam praktik prostitusi dan pergaulan bebas tentara Belanda di Tanah Air selama 1812-1942 yang menyebabkan meluasnya penyakit kelamin di Pulau Jawa," imbuhnya.
"Nah, Ketika Belanda hengkang dari Indonesia pada 1942, penyakit sifilis sebagai salah satu penyakit kelamin yang meresahkan masih bercokol di Tanah Jawa," tambahnya lagi.
Untuk mengatasi penyebaran penyakit kelamin inilah, Menteri Kesehatan kemudian mendirikan Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin LP4K. Tujuannya, tak hanya untuk menghentikan penularan tapi juga penelitian penyakit.
"Dahulu, dipimpin Soetopo mantan Menteri Kesehatan di era kabinet Abdul Halim Perdana Menteri Indonesia (1949), LP4K menjalankan fungsi preventif, promotif, penelitian dan pendidikan seputar penyakit kelamin di Indonesia," kata inisiator komunitas sejarah Begandring Soerabaia ini.
Menurut Kuncar, sejak didirikan, pemerintah telah melakukan sejumlah penelitian dan pengumpulan data selama 1952 hingga 1957 dari anggota Kepolisian dan Angkatan Darat. Hasilnya, ditemukan sebanyak 21,5 persen personel polisi dan 33 persen personel Angkatan Darat terjangkit penyakit kelamin.
"Setidaknya ada 3.054 personel kepolisian dan 4.570 personel Angkatan Darat di Surabaya yang menjadi menjadi sasaran pemeriksaan penyakit kelamin oleh lembaga ini," terang Kuncar.
"Hasilnya, sebagaimana dikutip dari buku 'Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia' jilid 2 yang diterbitkan Departemen Kesehatan, 21,5 persen polisi dan 33 persen personel Angkatan Darat menderita penyakit kelamin," bebernya.
Rumah sakit ini, kemudian pada tahun 1990 diubah menjadi Museum Kesehatan. Namun museum baru secara resmi dibuka pada 14 September 2004. Untuk itu, Kuncar mengaku sangat menyayangkan pembongkaran Cagar Budaya Museum Kesehatan.
Sebab, museum tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi terutama dalam bidang kesehatan pada saat awal-awal negeri ini berdiri. "Itu RS pertama sejak RI Merdeka," tandas Kuncarsono.
(abq/iwd)