Warga Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi menggelar ritual jamasan Resik Kagungan. Mereka membersihkan pusaka peninggalan Buyut Cungking yang merupakan leluhur masyarakat Cungking. Mereka percaya, dengan membersihkan pusaka peninggalan itu, bakal memberikan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi.
Ritual tersebut digelar di petilasan Buyut Cungking, Kamis (17/2/2022). Ritual ini digelar setiap tahun di pertengahan bulan Rajab di penanggalan Jawa.
Acara dimulai dengan memakan jenang Wonopuro. Jenang Wonopuro melambangkan permohonan maaf dari masyarakat Cungking untuk leluhur jika selama acara Resik Kagungan ada salah dan celah. Seluruh orang yang hadir diwajibkan untuk memakan atau mencicipi makanan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ritual dilanjutkan dengan pengambilan pusaka yg disimpan di Tajug. Pusaka terdiri dari beberapa macam, dan disimpan di kain putih, antara lain, Tombak Kyai Gagak Rimang, keris kagungan, sangku, layang, sirip ikan agung, endog kebo, krikil suwargo, krikil madinah, tepung gelang, dan greto.
![]() |
Keris dan tombak kagungan dibersihkan dengan jeruk nipis, bubuk katul, dan serutan bambu.
"Ini ritual sakral masyarakat Cungking. Setiap tahun pasti kita selenggarakan. Agar keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi terwujud," ujar Ki Sunoto Carito, juru bicara dalam acara Resik Kagungan.
Ki Sunoto Bercerita, tombak Gagak Rimang merupakan pusaka Buyut Cungking. Sebenarnya ada ada dua tombak. Satu dipegang oleh presiden Soekarno, sementara satunya ada di Cungking Banyuwangi.
"Ini pusaka peninggalan Buyut Cungking. (tombak) Kyai Gagak Rimang sebenarnya ada dua. Satu dipegang oleh presiden pertama kita Soekarno yang kedua ada di Banyuwangi. Nanti pasti akan dipertemukan kembali, entah kapan," katanya.
Saat membersihkan tombak Kyai Gagak Rimang Ki Sunoto menyampaikan, terdapat tanda pada kagungan tersebut. Konon, jika keris tersebut dibuka dari pembungkusnya dan didapati karat di bagian tertentu, maka menurut juru kunci akan terjadi hal besar.
"Karat iki sebagai tanda, petunjuk, pituduh. Selama dua tahun ini berwarna merah. Ternyata ada COVID-19. Kalau ini tadi warna putih keperakan. Ini sepertinya pertanda bagus bagi Banyuwangi dan Indonesia," pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan membersihkan pusaka lainnya menggunakan air. Air yang setelah digunakan untuk membersihkan pusaka dipercaya masyarakat Cungking dan sekitarnya dapat membuat awet muda, mendatangkan rezeki, dan kesehatan. Masyarakat berbondong-bondong berebut air tersebut dengan membawa botol masing-masing untuk dibawa pulang.
(iwd/iwd)