Sejarah kolonialisme Belanda di Surabaya tak bisa dilepaskan dari peran Pakubuwono II. Raja Mataram kesembilan itu menghadiahkan wilayah pesisir utara Jawa termasuk Surabaya ke VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), karena membantunya dalam perebutan tahta dengan Amangkurat V.
Pakubuwono II resmi menghadiahkan Surabaya dan pesisir utara Jawa pada November 1743. Sejak saat itu, maskapai perusahaan dagang asal Belanda tersebut berkuasa penuh di wilayah pesisir meliputi Surabaya, Madura Barat, Blambangan, Rembang dan Jepara.
Pegiat sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetya mengatakan, dengan penyerahan itu, maka sejarah kolonialisme VOC Belanda resmi dimulai dan kokoh di Kota Pahlawan. Menurutnya, salah satu jejak simbol kolonialisme awal yang masih berdiri hingga kini yakni Gedung Negara Grahadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekuasaan ini makin kokoh pada 1763 ketika Surabaya ditetapkan sebagai pusat komando Oosthoek (ujung timur) yang dipimpin pejabat Gezaghebber (Letnan Gubernur). Kekuasaannya dari Semarang hingga Banyuwangi," papar Kuncar kepada detikjatim, Kamis (3/2/2022).
"Dan satu-satunya monumen sejarah awal kolonialisme itu adalah Gedung Grahadi sekarang," imbuh inisiator komunitas diskusi sejarah Begandring Soerabaia itu.
Kuncar melanjutkan, wilayah pesisir termasuk Surabaya tersebut sengaja dijanjikan oleh Pakubuwono II. Janji itu ditunaikan setelah VOC mengalahkan dan merebut istana Kartasura yang diduduki Amangkurat V dan kaum pemberontak.
"Wilayah-wilayah tersebut (memang) dijaminkan Pakubuwono II ke VOC, asalkan VOC bisa membantu Pakubuwono II merebut kursi raja Mataram dari tangan sepupunya, Amangkurat V," papar Kuncar.
Dalam buku 'Sejarah Indonesia Modern' M.C Ricklef memaparkan, konflik perebutan tahta itu dipicu karena sebagian rakyat Jawa kecewa melihat Pakubuwono memutuskan bersahabat dengan VOC, usai peristiwa Geger Pecinan di Batavia.
Peristiwa Geger Pecinan atau Tragedi Angke terjadi pada tahun 1740. Dalam peristiwa itu ribuan orang-orang Cina di Batavia yang akan memberontak dibantai oleh VOC. Mereka yang selamat dari pembantaian kemudian melarikan diri ke arah timur pesisir dan melakukan pemberontakan bersama-sama orang Jawa.
Pada mulanya, Pakubuwono II secara sembunyi-sembunyi turut membantu pemberontakan itu. Namun karena kalah dan dukungannya kepada kaum pemberontak diketahui VOC, Pakubuwono II kemudian menyerah dan memilih berpihak kepada VOC.
Melihat sikap Pakubuwono II itu, rakyat Jawa kemudian kecewa. Kaum pemberontak yang kecewa kemudian mengangkat Raden Mas Garendi menjadi susuhanan (raja) Mataram baru dengan gelar Amangkurat V. Raden Mas Garendi merupakan cucu dari Amangkurat III dan anti-VOC.
"Pada awal 1742, kaum pemberontak mengangkat susuhanan baru, seorang cucu laki-laki Amangkurat III yang dibuang VOC," catat Ricklef.
Masih di tahun yang sama, pemberontakan mencapai puncaknya dengan takluknya istana Kartasura. Hal itu kemudian mengakibatkan lengsernya tahta Pakubuwono II dan harus melarikan diri ke arah timur hingga Ponorogo.
Merasa terancam dengan pemberontakan itu, Pakubuwono II kemudian meminta bantuan ke VOC untuk dapat merebut kembali tahtanya. Sebagai imbalannya, Pakubuwono menawarkan ke VOC hadiah wilayah pesisir utara Jawa. Tawaran itu diterima VOC.
"Pakubuwono II mengajukan permohonan nekat kepada VOC. Apabila dia dapat menduduki singgasananya, maka dia akan menghadiahkan wilayah pesisir kepada pihak Belanda dan memperkenankan memilih patih baru. VOC memutuskan untuk menerima tawaran itu," tulis Ricklef.
Dalam waktu singkat, VOC mampu memukul mundur Amangkurat V dan kaum pemberontak. Tak hanya itu, istana Kartasura juga dapat dikuasai kembali dan diserahkan ke Pakubuwono II.
Pada November 1743, Amangkurat V dan pengikutnya menyerah kepada VOC. Penyerahan itu kemudian diikuti dengan pengembalian tahta Pakubuwono II. Atas keberhasilan VOC itu, Pakubuwono II kemudian menepati janjinya dengan menghadiahkan wilayah pesisir utara Jawa.
"Raja memberi kedaulatan penuh atas Madura Barat, Surabaya, Rembang, Jepara serta Ujung Timur dan sebagian dari pendapatan pelabuhan lainnya," papar Ricklef.
(abq/sun)